Senin, November 18, 2024
26.1 C
Jakarta

Pastor Andreas Kurniawan OP: Berdoa Rosario, seperti bernafas, sangat sederhana

Rosario
Pastor Andreas Kurniawan OP sedang berkotbah online tentang Bunda Maria dan Rosario (PEN@ Katolik/pcp)

Berdoa Rosario adalah sesuatu yang dilakukan tanpa berpikir, seperti bernafas. Pernapasan sangat penting bagi kehidupan. Sama seperti bernafas sepanjang waktu, saya juga terus berdoa Rosario, doa yang sangat sederhana, dan tak perlu saya ceritakan itu kepada orang lain.

Pastor Andreas Kurniawan OP berbicara dengan Keluarga Dominikan Indonesia dalam Misa Hari Minggu Panggilan untuk menutup sharing para frater, suster, dan awam Dominikan tentang “Peran Bunda Maria dalam Panggilanku sebagai Dominikan” yang dilaksanakan online, 3 Mei 2020.

Sharing, “untuk saling meneguhkan dan menguatkan, agar semakin banyak orang terpanggil menjadi imam dan suster, serta menjadi awam yang bekerja di bidang masing-masing,” yang dipandu Pastor Andrei, begitu dia biasa disapa, serta Suster Serafine OP itu menampilkan tiga frater OP dari Indonesia di Filipina, Frater Aris Kung OP, Frater Rambang Ngawan OP, dan Frater Samuel Sonny Gunawan OP.

Tampil juga dalam sharing itu Suster Benedicta OP dari Suster-Suster Blessed Imelda dari Brazil dan yang berkarya di Pontianak, Dokter Anna Elisa OP yang merupakan spesialis kedokteran Jiwa yang menjadi anggota Persaudaraan Dominikan Awam (PDA) Jakarta, Suster Emerita OP di Biara Pejaten Jakarta yang baru saja dilantik menjadi dokter, dan Robertus Belarminus Adi Ismawan OP sebagai presiden PDA Chapter Santo Martin de Porres Yogyakarta.

Menurut Pastor Andrei, Kapitel Umum Ordo Dominikan 1574 mendesak para saudara (biarawan OP) untuk mengkhotbahkan Rosario. “Ini adalah nostra sacra haereditas (warisan suci kami) dengan tradisi panjang yang digambarkan dengan foto Bunda Maria yang memberikan Rosario kepada Santo Dominikus,” pendiri Ordo Dominikan.

Rosario sebagai hadiah atau warisan, lanjut bendahara Keuskupan Agung Pontianak itu, adalah “doa yang dapat diucapkan kapan saja, di mana saja, sendirian atau bersama.” Bahkan, lanjut imam itu, bisa dengan sekedar “memegang manik-manik di tangan kita, seperti menggenggam tangan Maria sendiri.”

Doa “Salam Maria” dimulai dengan kata-kata Malaikat Gabriel, “Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu.” Kata-kata Malaikat Gabriel ini, jelas Pastor Andrei, adalah pewartaan yang sempurna yang “singkat, dan menyatakan inti dari semua pewartaan: Tuhan menyertaimu.”

Di zaman Dominikus, lanjutnya, yang sering diucapkan hanya doa sederhana itu ditambah dengan “Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah Tubuhmu Yesus” yang merupakan ungkapan doa Elisabeth. “Dua frase ini yang jadi satu doa itu. Ini yang pertama diucapkan dalam doa Salam Maria zaman Santo Dominikus,” kata pewarta Dominikan itu.

Salam Maria kemudian berkembang setelah Konsili Trente (1545-1563) dan menjadi doa yang kita ucapkan saat ini, yakni doa kita, di mana kita pun ikut menjawab sapaan itu dengan mengatakan, “Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.”

Berarti, “selama hidup sampai waktu mati kita pegang Rosario, kita genggam tangan Bunda Maria. Nanti di peti mati pun kita pegang Rosario, pegang tangan Bunda Maria, seraya minta tolong agar membawa kita sampai ke surga. Itu warisan luar biasa yang ditinggalkan Tuhan lewat orangtua kepada kita.” Orangtua harus memberi warisan luar biasa kepada anak-anaknya dengan mengajak mereka belajar berdoa. “Ajarkan anak-anak tiga doa sederhana, Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan,” ajak imam itu.

Pastor Andrei mengenang masa kecilnya hingga seminari menengah, saat kuliah hingga hidupnya saat ini yang terkait erat dengan devosi kepada Maria dan Rosario. “Ayah saya selalu ajak saya ikut bersama dia berdoa Rosario lingkungan. Meski tak mengerti, saya senang, karena yang penting makan. Selesai doa pasti makan dan main. Itu saya ingat.”

Ketika putra altar, pastor paroki suka mengajak anak-anak putra altar berdoa Rosario di bulan Mei dan Oktober. “Setelah Misa, pastor kumpulkan kami di taman belakang pastoran, yang ada patung Bunda Maria. Di situ kita disuruh berlutut dan pastor pimpin doa. Saat liburan panjang, pastor ajak rekreasi, dan dengan semangat dan suara kuat pastor pimpin doa perjalanan, doa Rosario. Itu juga saya ingat.” Berkat warisan itu, ketika kelas satu di Seminari Wacana Bakti “saya sudah masuk Legio Maria.”

Setelah lulus dari Seminari Wacana Bakti, Pastor Andrei tidak langsung ke seminari tinggi tapi beristirahat setahun, karena ibunya meninggal, sambil kuliah. Ketika kuliah, “saya juga mencari Legio Maria, karena saya senang berdoa kepada Bunda Maria. Itulah warisan. Kalau lagi bingung, kita cari lagi yang sebenarnya kita rindukan. Itu refleksi saya.”

Di Unika Atma Jaya, Pastor Andrei ikut bergabung di salah satu presidium Legio Maria, lalu bersama teman-teman Legio Maria dari presidium mahasiswa kampus lain membentuk kuria mahasiswa yang anggota-anggotanya dari presidium Legio Maria mahasiswa Universitas Tarumanegara, Trisaksi, Bina Nusantara, dan Tarakanita. “Kami menjadi perwira di presidium baru kuria mahasiswa itu. Saya senang kumpul dengan teman-teman untuk devosi kepada Bunda Maria,” kata Pastor Andrei.

Lulus kuliah, Pastor Andrei masih punya kerinduan membentuk Legio Maria. Terbentuklah Presidium Alumni Legio Maria dari beberapa anggota Legio Maria kampus yang berbeda dengan rapat di Paroki Kemakmuran dengan dibimbing oleh Pastor Handoko MSC. “Kita rapat di sana dan kita namakan Alumni Mahasiswa Legio Maria.” Kini Pastor Andrei adalah biarawan Dominikan yang berdevosi kepada Maria dan Rosario. “Saya tidak tahu kenapa. Pasti itu semua jalan Tuhan.”(PEN@ Katolik/paul c pati)

Menggenggam tangan Bunda Maria

Suster Serafine OP
Suster Serafine OP
Frater Rambang, Frater Elson dan Frater Aris,  para frater calon imam OP Indonesia di Filipina
Frater Rambang, Frater Elson dan Frater Aris, para frater calon imam OP Indonesia di Filipina
Rosario 2
Suster Emerita OP
Anna
Anna Elisa OP
Rosario 6
Suster Benedicta OP
Sebagian peserta studi dan sharing tentang peran Bunda Maria dalam Panggilan Seorang Dominikan
Sebagian peserta studi dan sharing tentang peran Bunda Maria dalam Panggilan Seorang Dominikan

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini