Dalam wawancara dengan “La Stampa” yang diterbitkan 20 Maret 2020, Paus Fransiskus berbicara tentang kesedihan dan rasa sakit yang “semua orang” sedang alami karena virus corona. Satu-satunya cara untuk selamat dari situasi ini, kata Paus, adalah bersatu. Paus mengajak kita menjalani saat ini “dengan pertobatan, kasih sayang dan harapan.”
Kita perlu “kerendahan hati,” lanjut paus, “karena terlalu sering kita lupa” bahwa ada juga masa-masa kelam dalam kehidupan. “Kita mengira masa-masa itu hanya bisa terjadi pada orang lain. Tetapi saat ini, kelam itu bagi semua orang,” kata Paus, seraya menjelaskan, masa Prapaskah “melatih kita menunjukkan solidaritas kepada sesama, terutama yang menderita.”
Paus menekankan pentingnya doa, dan mengingat cara para Rasul berpaling kepada Yesus untuk menyelamatkan mereka dalam badai (Markus 4: 35-41). “Doa membantu kita memahami kerentanan kita,” kata Paus. “Itulah tangisan orang yang tenggelam, yang merasa dalam bahaya dan sendirian. Dan dalam situasi sulit dan putus asa, perlulah mengetahui bahwa Tuhan ada di sana untuk kita berpegang.”
Paus Fransiskus tidak membuat perbedaan antara “orang beriman dan tak beriman.” Orang-orang menangis karena mereka menderita, kata Paus. “Semua orang” menderita. “Kita semua adalah anak-anak di hadapan Tuhan,” lanjut Paus.
Paus lalu berbicara tentang orang-orang yang sekarat sendirian tanpa penghiburan dari keluarga mereka. Paus mengatakan, dia terkejut mendengar kisah seorang wanita tua yang mengucapkan selamat tinggal terakhir kepada orang-orang yang dicintainya melalui telepon milik salah satu dari para perawat.
“Rasa sakit dari orang-orang yang meninggal tanpa pamit menjadi luka di hati orang-orang yang ditinggalkan,” kata Paus. Paus berterima kasih kepada “semua perawat, dokter dan sukarelawan yang, meskipun kelelahan luar biasa,” memberikan diri mereka sendiri, “dengan kesabaran dan kebaikan” menggantikan anggota-anggota keluarga yang tidak bisa berada di sana.
Paus juga membahas konsekuensi pandemi virus corona untuk masa depan kita. Krisis saat ini akan membantu mengingatkan kita “sekali dan untuk selama-lamanya, bahwa umat manusia adalah satu komunitas,” kata Paus. Kita akan diajarkan bahwa “kekeluargaan universal” itu penting dan kritis.
Pandemi itu harus kita pikirkan sebagai fenomena “pasca perang,” kata Paus. “Bukan lagi ‘mereka’ tetapi ‘kita’. Karena, kita hanya bisa keluar dari situasi ini secara bersama.” Paus mengakhiri wawancaranya dengan mengatakan, “Kita perlu melihat lebih dekat pada akar kita: kakek nenek kita, orang lanjut usia.” Kita perlu “membangun kekerabatan sejati di antara kita.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)
Artikel Terkait:
Vatikan beri indulgensi penuh bagi umat penderita COVID-19 dan yang bantu mereka
Paus Fransiskus pergi berdoa kepada Maria dan berjalan kaki di Via del Corso Roma
Covid-19: Perayaan Pekan Suci Vatikan tanpa partisipasi publik
Covid-19: Paus memanjatkan doa kepada Perawan Maria untuk perlindungan
Dengan persetujuan Paus, gereja-gereja paroki di Roma tetap dibuka untuk doa pribadi
Virus Corona: kantor-kantor Vatikan tetap buka, Paus sumbang 100 ribu Euro
Virus Corona: Vatikan menutup Basilika Santo Petrus bagi para wisatawan
Paus Fransiskus berdoa bagi mereka yang terkena dampak virus corona
Angelus dan audiensi umum Paus Fransiskus akan disiarkan langsung secara streaming
Vatikan tutup sementara layanan kesehatan Roma kosongkan wadah air suci
Selalu melayani dengan sabdanya yang nyata. Rela berjalan kaki mengelilingi Basilika Santo Petrus.
Semoga pengabdiannya di berkati Bapa di surga,,Lewat santa maria dan putranya
Yang kudus…Amin.