Pada Jumat Agung, umat menaiki 33 anak tangga dengan lutut di Bukit Kalvari Lela

0
2955

Wisung Fatima 1

Umat Paroki Santa Perawan Maria Tak Bernoda Lela di bawah pendampingan Pastor Herman Bolscher SVD membangun jalan menuju ke kaki salib Tuhan dalam bentuk anak tangga sebanyak 33 buah. Setiap umat atau peziarah yang beriman kepada Yesus, dalam niat dan intensi penyilihan dosa sesuai pesan Maria Fatima, terutama pada Jumat Agung, menaiki tangga ini dengan lutut (Nidi Nora Tur, bahasa Sikka, Red.), menyembah salib Tuhan tempat Yesus menyerahkan nyawa-Nya pada Bapa.

Tokoh Umat Paroki Lela Agripinus Yoseph mengisahkan hal itu kepada PEN@ Katolik, 19 Pebruari 2020, seraya menunjukkan leaflet “50 Tahun Wisung Fatima Lela, Dalam Dekapan Hati Tak Bernoda Bunda Maria Fatima.”

Pensiunan guru ini mengisahkan, Bukit Kalvari diberkati oleh Deken Maumere Pastor Johannes Hoeijmakers SVD 13 Mei 1957 saat peringatan 40 tahun Penampakan Bunda Maria di Fatima, dan Pastor Bolscher SVD menjelaskan tahun 1988 bahwa jumlah 33 anak tangga itu sebagai peringatan akan umur manusiawi Yesus di dunia, 33 tahun.

Riwayat devosi kepada Maria Fatima di Lela dan Sikka, menurut Agripinus, berawal dari himbauan Paus Pius XII tahun 1942 agar Gereja membuat penyerahan diri kepada Hati Tak Bernoda Maria. Maka, ceritanya, tanggal 5 Oktober 1947 umat Paroki Lela dan Sikka melakukan penyerahan di lapangan bola Lela karena belum ada tempat khusus. Dalam penyerahan yang dipimpin Pastor Herman Bolscher SVD itu, umat mempersembahkan 2000-an karangan bunga.

Setelah tempat khusus selesai dikerjakan dan diberi nama “Wisung Fatima”, lanjutnya, 26 Oktober 1949 dilaksanakan upacara meriah dan besar-besaran berupa “penyerahan umat dan rakyat Kerajaan Sikka oleh Pastor Deken Hoiveld dan Raja Don Josephus Thomas Ximenes da Silva yang dihadiri sekitar 12.000 umat dan rakyat.”

Kesaksian lain datang dari Fatima Pareira. Saat masih SDK Lela 2 tahun 1956, kisah Fatima, setiap tahun di bulan Oktober diadakan ziarah besar-besaran ke Patung Bunda Maria di Wisung Fatima oleh seluruh umat paroki se-Kabupaten Sikka. “Ribuan lilin bernyala sampai di bukit Salib. Kami sebagai malaikat kecil membawakan rosario hidup sebanyak 59 orang sesuai jumlah biji kontas, membentuk hati sambil memegang lilin bernyala,” kenang Fatima.

Sejak 1950 dilakukan perarakan Wisung Fatima. Kala itu Patung Bunda Maria diarak keliling Kerajaan Sikka. Umat menyambutnya dengan perayaan-perayaan. Devosi terhadap Wisung Fatima tetap dipelihara dan dilaksanakan oleh Keuskupan Maumere sampai saat ini di bulan Oktober setiap tahun.(PEN@ Katolik/Yuven Fernandez)

Artikel Terkait:

Peringatan 100 Tahun Penampakan Maria di Fatima ditandai pelepasan balon berbentuk Rosario

Wisung Fatima

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here