Seorang ibu dari Lingkungan Ratu Itang Paroki Katedral Santo Yosef Maumere mengatakan, dia mulai berdoa di Taman Doa Kristus Raja (TDKR) Maumere sejak tahun 1993 setelah gempa tektonik dan gelombang tsunami meluluhlantakkan Flores di tahun sebelumnya.
Kepada PEN@ Katolik yang menemuinya usai berdoa di TDKR, 15 Januari 2020, wanita bernama Elvi yang memiliki dua anak itu mengatakan, “saya rasakan bahwa semua doa di taman doa ini terjawab, sehingga apa pun pergumulan hidup saya pasti ada jalan keluar terbaik yang Tuhan sediakan.”
Ketika mengalami kesulitan dan datang berdoa di TDKR, “ada saja jalan keluar yang tiba-tiba muncul tanpa disadari sebelumnya, bahkan terkadang saya mendengar bisikan di telinga kalau lagi bingung.”
Maka, lanjut pengusaha rumah makan itu, dia selalu mengajarkan dua anaknya sejak kecil untuk selalu berdoa di sana. “Saya selalu mengatakan kepada mereka, apa pun masalah yang kalian hadapi jangan ke mana-mana. Datang saja kepada Kristus Raja dan berdoa, pasti ada jalan terbaik.”
Ibu lain bernama Martha dari KBG Ratu Kontas Lingkungan Santo Rafael Paroki Spiritu Santo Misir Maumere juga selalu berdoa di tempat itu usai Misa hari Minggu di Katedral Maumere. “Saya merasakan kedamaian dalam hati. Lagi pula setelah berdoa selalu terjadi mujizat-mujizat kecil dalam hidupku,” katanya.
Patung Kristus Raja di Jalan Mgr Soegiyapranoto Kota Uneng, depan Pelabuhan Lorens Say, Maumere, didirikan tahun 1926 di masa pemerintahan Raja Sikka ke-15, Don Yosephus Ximenes da Silva. Patung itu terkenal karena kesaktiannya dan disebut sebagai pelindung Kota Maumere.
Menurut kisah dari L Teka da Lopez, seorang sopir mobil Jepang, tanggal 23 Januari 1944 Sekutu membombardir Kota Maumere, namun patung itu sama sekali tidak hancur. Amarah tentara Jepang pun terpancing. Malam harinya, tentara Jepang yang dirasuk perang dan mabuk alkohol merobohkan kemegahan patung itu dengan sebatang besi hingga patah dan hancur.
Patung Kristus Raja itu kemudian diberkati oleh Paus Yohanes Paulus II saat memimpin Misa di Maumere 11 Oktober 1989. Ketika gempa tektonik dan tsunami mengguncang Kota Maumere 12 Desember 1992, banyak orang yakin patung itu akan diterjang tsunami karena jarak antara pantai dan patung itu tidak terlalu jauh.
Namun, banyak kesaksian kala itu mengatakan, Patung Kristus Raja merentangkan tangannya menghalau tsunami sehingga Kota Maumere tidak ditelan tsunami dan patung itu tetap berdiri kokoh. (PEN@ Katolik/Yuven Fernandez)