Kehidupan Kristen akan tetap di dalam Allah, mengikuti Roh Kudus dan bukan roh dunia, yang mengarah pada korupsi, dan tidak membedakan yang baik dari yang jahat. Paus Fransiskus melanjutkan perayaan Misa pagi di Casa Santa Marta dan dalam homili Paus mengomentari bagian dari Surat Pertama Rasul Yohanes, bacaan pertama liturgi 7 Januari 2020, tentang nasihat Yesus kepada murid-murid-Nya: “Tetaplah di dalam Allah”.
Seseorang bisa “berada di kota paling berdosa, di masyarakat paling ateistik, tetapi jika hatinya tetap di dalam Allah,” tegas Paus, dia membawa keselamatan. Paus lalu mengingat episode yang diceritakan Kisah Para Rasul. Para Rasul tiba di sebuah kota, bertemu orang-orang Kristen yang dibaptis oleh Yohanes, dan bertanya kepada mereka, “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus?” Tetapi mereka bahkan tidak tahu bahwa Roh Kudus itu ada. Menurut Paus, betapa banyak orang Kristen, bahkan hari ini mengidentifikasi Roh Kudus hanya dengan seekor merpati dan tidak tahu bahwa “yang membuat Anda tetap di dalam Tuhan adalah jaminan, kekuatan untuk tetap di dalam Tuhan.”
Paus lalu berbicara tentang roh dunia, yang bertentangan dengan Roh Kudus. “Yesus, pada Perjamuan Terakhir,” kenang Paus, “tidak meminta Bapa mengeluarkan para murid dari dunia,” karena kehidupan Kristen ada di dunia, “tetapi untuk melindungi mereka dari roh dunia.” Dia menekankan bahwa roh dunia, “bahkan lebih buruk daripada melakukan dosa. Itu suasana yang membuat Anda tidak sadar, membawa Anda ke titik di mana Anda tidak tahu cara mengenali yang baik dari yang jahat.”
Sebaliknya, untuk tetap di dalam Allah, “kita harus meminta karunia ini” dari Roh Kudus, yang merupakan jaminan. Dari karunia ini “kita tahu bahwa kita tetap di dalam Tuhan.” Tetapi, tanya Paus, bagaimana kita bisa tahu apakah kita memiliki Roh Kudus atau roh dunia? Santo Paulus, jelas Paus, memberi kita nasihat ini, “Jangan buat Roh Kudus sedih. Kalau kita pergi ke arah roh dunia kita mengecewakan Roh Kudus dan mengabaikannya, kita membuang-Nya dan hidup kita salah arah.”
Roh dunia, lanjut Paus, adalah melupakan. “Dosa tidak membuat Anda berpaling dari Allah jika Anda menyadarinya dan meminta pengampunan, tetapi roh dunia membuat Anda lupa apa itu dosa” segala sesuatu diperbolehkan. Kemudian kata Paus, hari-hari ini seorang imam memperlihatkan kepadanya sebuah film tentang orang-orang Kristen yang merayakan Tahun Baru di sebuah kota wisata, di sebuah negara Kristen.
Mereka merayakan Tahun Baru dengan keduniawian yang mengerikan, membuang-buang uang dan banyak hal. Roh dunia. “Apakah ini dosa?” – “Tidak sayang: ini korupsi, lebih buruk dari dosa.” Roh Kudus menuntun Anda kepada Allah, dan jika Anda berdosa, Roh Kudus melindungi dan membantu Anda untuk bangkit, tetapi roh dunia membawa Anda kepada korupsi, sampai-sampai Anda tidak tahu mana yang baik dan mana yang jahat: semuanya sama.
Paus mengenang sebuah lagu Argentina yang mengatakan: “Ayo, ayo, ayo … semuanya sama, di bawah sana di dalam oven kita akan bertemu.” Roh dunia, kata Paus, membawa Anda ke dalam ketidaksadaran “tidak membedakan dosa.” Dan bagaimana saya tahu, tanya Paus, jika “saya berada di jalan menuju keduniawian, ke roh dunia, atau jika saya sedang mengikuti Roh Allah?”
Rasul Yohanes memberi kita nasihat ini: “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh (yaitu kepada setiap perasaan, setiap inspirasi, setiap gagasan), tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka benar-benar berasal dari Allah (atau dari dunia).” Tetapi apa artinya menguji Roh? Sederhananya: kalau Anda merasakan sesuatu, Anda merasa seperti melakukan sesuatu, atau Anda datang dengan sebuah ide, penilaian tentang sesuatu, tanyakan kepada diri sendiri: apakah ini yang saya rasakan dari Roh Allah atau dari roh dunia?
Dan bagaimana Anda melakukannya? Saran Paus adalah bertanya pada diri sendiri “sekali, dua kali sehari, atau kalau Anda merasakan sesuatu yang muncul di pikiran Anda:” Inilah yang saya rasakan, yang ingin saya lakukan, dari mana asalnya? “Dari roh dunia atau Roh Allah? Apakah ini akan membuat saya baik atau akankah itu melemparkan saya ke jalan keduniawian yakni ketidaksadaran?”
Paus mengeluh bahwa banyak orang Kristen “hidup tanpa tahu apa yang terjadi di hati mereka.” Itulah sebabnya Santo Paulus dan Santo Yohanes mengatakan, “Janganlah percaya akan setiap roh,” akan apa yang Anda rasakan, tetapi mengujinya. Dengan demikian “kita akan tahu apa yang terjadi di hati kita.” Karena, kata Paus, “Bagi banyak orang Kristen, hati mereka seperti jalan dan mereka tidak tahu siapa yang datang dan pergi, siapa yang datang dan pergi, karena mereka tidak tahu bagaimana memeriksa apa yang terjadi di dalam hati.”
Karena itu saya sarankan agar Anda meluangkan waktu setiap hari sebelum tidur atau di siang hari – kalau Anda mau – [dan bertanya pada diri sendiri]: apa yang terjadi dalam hatiku hari ini? Apa yang ingin saya lakukan, pikirkan? Roh apakah yang bergerak dalam hatiku? Roh Allah, karunia Allah, Roh Kudus yang selalu membawa saya maju untuk perjumpaan dengan Tuhan atau roh dunia yang dengan lembut, perlahan-lahan menjauhkan saya dari Tuhan; gerakannya lambat, lambat, lambat.
Dalam nasihat terakhir, Paus mengatakan, “kita meminta rahmat ini,” untuk tetap di dalam Tuhan dan berdoa kepada Roh Kudus, agar Dia membuat kita tetap di dalam Tuhan dan memberi kita rahmat membedakan roh, yakni, yang bergerak dalam diri kita. Semoga hati kita tidak menjadi jalan,” semoga hati kita menjadi titik pertemuan antara kita dan Allah.(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Alessandro Di Bussolo/Vatican News)