Menyusul “Konser Kebhinekaan Suluh Nusantara” di Pelabuhan Muara Jati Cirebon pertengahan Desember, Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis datang ke Sekolah Santa Maria Cirebon untuk memberi penghargaan bagi 1300 siswa yang ikut bermain dalam konser itu.
Menanggapi penghargaan yang langsung Azis sampaikan kepada perwakilan murid dan guru di persekolahan itu, 2 Januari 2020, Kepala Yayasan Santo Dominikus Cabang Cirebon Suster Albertine Padmo OP mengatakan, penghargaan itu adalah sesuatu yang spesial.
Namun, kata penulis naskah konser itu kepada PEN@ Katolik, 5 Januari 2020, “saya tetap kembali pada semangat atau filosofi awal bahwa mendapatkan penghargaan atau apresiasi dari pihak mana pun bukanlah tujuan kita dalam menyelenggarakan even besar itu.”
Tujuan konser itu, tegas suster, tidak bisa dilepaskan dari konteks karya kerasulan pendidikan Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia bahwa “kegiatan apapun di sekolah harus bersumber pada cita-cita yang telah ditetapkan Santo Dominikus untuk Ordonya, yakni Kebenaran.”
Dan tugas kongregasi, lanjut suster, “adalah membantu murid-murid agar mulai dan terus-menerus sepanjang hidupnya mencari Kebenaran dan menerima dengan lapang dada dan positif apa saja yang diwahyukan oleh Tuhan sumber segala kebenaran kepada mereka atau dituntut dari mereka” (Konstitusi No. 68).
Manakala dunia, masyarakat dan anak-anak muda saat ini tumbuh dan dibesarkan oleh media yang lebih banyak didominasi oleh konten-konten yang sifatnya bernarasi negatif, tegas suster, “maka melalui konser itu anak-anak kita mengarahkan pandangannya pada kegiatan bermuatan pewartaaan yang mengalir dari potensi alamiah atau bakat, yang secara positif dikoreografi dengan kolase-kolase budaya dan kisah-kisah warisan kearifan dari sejarah masa lalu dan dibawa ke tampilan seni kekinian yang berujung pada pengalaman sukacita yang diwartakan.”
Menurut Suster Albertine OP, yang utama ingin dicapai dari konser yang diselenggarakan sebagai selebrasi atas Tahun Pewarta bagi seluruh sekolah Dominikan Indonesia itu, bukanlah piagam “tetapi sukacita bersama dalam kebhinekaan yang ingin kita bagikan kepada masyarakat. Sukacita bersama dan hebat bersama menjadi nilai yang langka di tengah wajah-wajah suram yang sering mendominasi media kita di era 4.0.”
Menurut penjelasan suster, “Ikrar Anak Nusantara” yang diucapkan seluruh siswa di tengah konser itu, “dirancang sebagai akumulasi bentuk dan warna pewartaan sukacita Injil yang khas bagi generasi kekinian yang sudah mulai melupakan kehidupan yang benar sebagai warga bangsa. Isi ikrar bersifat inklusif, sebagai ajakan atau inspirasi bagi semua anak Indonesia untuk menerapkannya dalam hidup.”
Meski bukan tujuan, namun Suster Albertine yakin, penghargaan dari pejabat daerah itu “kami maknai sebagai pengakuan bahwa pewartaan kami bersama anak-anak diterima dan diakui untuk selanjutnya berarti juga dipanggil untuk terus berkarya mewujudkan Kebenaran dan sukacita agar suluh yang sudah dinyalakan bisa terus menerangi dan berkobar di tahun tahun berikutnya.”
Pemberian penghargaan itu, menurut Azis, merupakan bentuk dari rasa salut, bukan sekedar perhatian tapi rasa salut. “Ini adalah bentuk rasa salut Pemerintah Daerah terhadap karya yang telah ditorehkan. Sungguh sangat luar biasa seluruh siswa Santa Maria Cirebon mulai dari tingkat TK hingga SMA beserta guru-gurunya terlibat dalam pagelaran,” ujar Azis seperti dikutip oleh About Cirebon.
Konser itu, lanjut wali kota, mengingatkan akan pentingnya kebhinekaan, karena Indonesia lahir dari kebhinekaan, Indonesia Merdeka dari kebhinekaan. “Kebhinekaan harus menjadi ruh dari bangsa Indonesia. Dan Santa Maria Cirebon telah membuktikan dirinya menjadi salah satu Suluh Kebhinekaan itu.”(PEN@ Katolik/paul c pati)
Artikel Terkait:
Pemain Konser Kebhinekaan Suluh Nusantara berjanji jadi inspirator kedamaian
Konser Kebhinekaan: Buah kontemplasi Tahun Pewarta Sekolah Santa Maria Cirebon
Pimpinan Produksi Konser Kebhinekaan: Kami salut dan sambut ide suster Katolik