Anak-anak di atas kursi roda dari panti asuhan yang dijalankan oleh para suster Kongregasi Institut Sekulir Asosiasi Lembaga Misionaris Awam (ALMA) di Pontianak nampak begitu gembira sepanjang sore hingga malam hari di Gedung Pasifikus Katedral Pontianak. Mereka tersenyum, tangan mereka ditepuk-tepuk, dan kaki mereka juga tak henti bergerak mengikuti lagu-lagu penuh sukacita dari anak-anak beberapa panti asuhan.
Ketika Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus datang mendekati, seorang di antara mereka langsung mengulurkan tangannya dan dengan penuh senyum menyalami Mgr Agus dengan genggaman hangat dan lama seakan tak ingin melepaskannya.
Mgr Agus secara khusus merayakan Pesta Natal bersama anak-anak panti asuhan yang dijalankan Gereja di Pontianak. Pesta yang dirayakan 30 Desember 2020 itu dihadiri 36 anak Panti Asuhan Theresa Bakti dengan satu pembina, 26 anak Panti Asuhan Bunda Pengharapan dengan dua suster pendamping, tiga anak Panti Asuhan Marie Joseph dengan satu suster pembimbing, dan 38 anak Panti Asuhan Bakti Luhur yang diasuh Para Suster ALMA dengan empat suster dan 11 pembina.
Meskipun dengan suara yang “hampir menghilang,” Mgr Agus, yang memprakarsai acara itu dan mengundang anak-anak itu, serta datang menghibur mereka dengan beberapa lagu dan cerita, bahkan memberikan angpao sebanyak 50 ribu rupiah untuk setiap anak.
Meski demikian, Mgr Agus mengaku tidak membawa kado untuk anak-anak itu. “Kado yang saya bawa adalah hadir di tengah adik-adik,” kata Mgr Agus yang mengaku berasal dari Nasaret. “Kalau ditanya saya berasal dari mana, saya akan jawab dari Nazaret. Saya memang lahir di Kecamatan Sanggau Kapuas, Kabupaten Sanggau, tetapi sejak dipermandikan, saya sudah warga Yesus dari Nazaret, apalagi ketika ditahbiskan imam dan lebih lagi saat menjadi uskup agung,” lanjut uskup itu.
Sebagai warga Nazaret, jelas Mgr Agus, “kalau ada perayaan berhubungan dengan Yesus, saya wajib datang, karena saya sudah mendapat berkat luar biasa dari Tuhan.” Dan, sebagai pengikut Yesus serta pembantu Yesus, “saya bertanggung jawab kepada adik-adik, dan saya yakin kalau adik-adik belajar bagus dan hidup disiplin, pasti kalian bisa menjadi ‘orang’.”
Mgr Agus mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa angpao yang dia bagikan kepada anak-anak adalah berkat yang dia terima dari orang lain, “karena saya sendiri tidak punya apa-apa.” Selama ini, lanjut uskup, kita orang dewasa pesta terus dan anak-anak hanya menonton. Oleh karena itu “rezeki yang datang dari Tuhan saya kembalikan kepada Tuhan melalui anak-anak. Sederhana logikanya. Itu yang saya lakukan selama ini dan saya tidak pernah kekurangan.”
Prakarsa mengundang anak-anak untuk keluar dari panti dan datang merayakan Natal di kawasan Katedral Pontianak sejak tahun lalu dimotivasi oleh rasa sedih melihat anak-anak panti itu. “Kalau saya ke panti asuhan, saya sedih melihat anak-anak SMA, khususnya. Orang lain punya papa dan mama dan bisa merayakan Natal bersama orangtua, sedangkan mereka? Mereka sudah mengerti dan pasti mereka sedih. Maka saya tergerak hati.”
Maka, meski pusing dengan jadwal padat, dengan berbagai kunjungan, terlebih ke lapas anak-anak, dewasa, perempuan serta ke rutan di musim Natal untuk menanggapi Injil Matius 25:36, “ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku,” serta memberkati sebuah menara dari gereja paroki, Mgr Agus mengatakan, “saya tidak lupa mengundang anak-anak panti asuhan untuk merayakan Natal bersama.”
Selain berkunjung Mgr Agus juga menerima berbagai kunjungan. Waktu Misa Malam Natal di Katedral Santo Yoseph Pontianak, 24 Desember 2019, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono dan Pangdam XII/Tanjungpura Mayjen TNI Achmad Supriyad dan rombongan mereka datang dan diberi kesempatan menyalami umat sesudah Lagu Penutup, dan ketika open house datang Walikota, Wakapolda dan Pangdam.
Namun, Mgr Agus masih bersedia hadir sepanjang acara yang dikoordinir oleh Ekonom Keuskupan Agung Pontianak Pastor Andreas Kurniawan OP itu dibuka dengan ibadat yang dipimpin uskup itu. Ibadat diawali dengan perarakan membawa patung Bayi Yesus ke dalam ruangan acara dan diletakkan di bawah pohon Natal oleh Mgr Agus.
Berbagai hiburan yang dipimpin oleh Tina dari Surabaya dan Litwina dari STKIP Pamane Talino Ngabang, yang dimiliki oleh Keuskupan Agung Pontianak, serta penampilan sulap dari Soni yang juga menampilkan dan berdialog dengan Boneka dengan dua suara berbeda. Acara yang ditemani band serta musik dan penyanyi dari Komsos KAP itu juga menampilkan pentas seni dari setiap panti asuhan yang menemani makan malam bersama.
Suster Sinta ALMA mengaku bahagia, karena uskup begitu mencintai anak-anak panti asuhan dengan memprakarsai dan hadir dalam acara itu. “Kami bahagia, bisa merayakan Natal bersama dengan Bapa Uskup, apalagi anak panti kami bisa berkumpul bersama dengan anak-anak dari panti lainnya. Mengumpulkan kami bersama di sini juga memberi semangat bagi kami para pembina,” kata suster.
Ria, anak Panti Asuhan Bakti Luhur mengatakan, “Ini kesempatan seru untuk bermain dan berkenalan dengan saudara panti lainnya.” Sementara itu, Ola, pembina dari Panti Asuhan Bakti Luhur mengaku terharu bisa melihat adik-adiknya boleh tertawa bersama dan berkumpul serta bermain bersama teman-teman yang lain.
Masih dengan penuh cinta, Mgr Agus menemani foto bersama semua kelompok yang terlibat dalam acara itu serta semua peserta yang ikut dalam Natal bersama itu, bahkan setiap orang yang minta berfoto bersama uskup.
Mgr Agus juga masih bersedia bernyanyi dan mengajak ‘berjoget” bersama anak panti yang mengalami ‘keterbelakangan mental,’ menyalami anak-anak panti satu per satu sebelum pulang membawa kado dan angpao yang dibagikan para suster.(PEN@ Katolik/pcp/semz)