Gereja dan bangunan di Filipina menyala merah untuk orang Kristen teraniaya

0
2378
Gereja Baclaran ikit memperingati "Rabu Merah" tanggal 27 November 2019 untuk meningkatkan kesadaran akan nasib orang-orang Kristen yang dianiaya di seluruh dunia. ELMARC LIM
Gereja Baclaran ikut memperingati “Rabu Merah” tanggal 27 November 2019 untuk meningkatkan kesadaran akan nasib orang-orang Kristen yang dianiaya di seluruh dunia. ELMARC LIM

Lebih dari 2100 bangunan di seluruh Filipina dinyalakan dengan warna merah guna memperingati “Rabu Merah,” yang bisa merupakan acara global dengan peserta paling banyak. Orang-orang mengenakan pakaian merah saat gereja-gereja paroki dan sekolah-sekolah memberi perhatian pada situasi sulit umat Kristen yang dianiaya karena iman mereka di seluruh dunia.

“Tanggapannya benar-benar luar biasa,” kata Jonathan Luciano, direktur nasional Aid to the Chuch in Need (bantuan untuk Gereja yang membutuhkan, ACN) Filipina. “Rabu Merah hanyalah awal. Semoga kita terus berdoa dan membantu saudara-saudari kita yang membutuhkan,” katanya.

Luciano juga mengungkapkan bahwa sedang dilakukan sebuah gerakan untuk menjadikan Rabu Merah sebagai perayaan “resmi” Gereja. Untuk maksud itu, katanya, ACN sudah mengirim permintaan kepada para uskup, yang akan membicarakannya dalam pertemuan para uskup Januari tahun depan.

Jadi, lanjutnya, “Kita berdoa agar permintaan itu dikabulkan. Dan kalau dikabulkan, Rabu Merah akan menjadi acara resmi Gereja mulai tahun depan, pada hari Rabu setelah Kristus Raja,” lanjut Luciano.

Peringatan utama Rabu Merah ACN tahun ini diadakan dalam  Misa di Katedral Manila yang dipimpin Uskup Kalookan Mgr Pablo Virgilio David. Dalam homilinya, wakil ketua Konferensi Waligereja Filipina itu meminta umat beriman untuk berdoa tidak hanya bagi umat Kristen yang dianiaya tetapi juga bagi mereka yang menganiaya mereka.

“Terlepas dari kenyataan bahwa kita tidak menyukai penderitaan yang ditimpakan kepada kita oleh mereka yang membenci kita, iman kita mengajarkan untuk tidak pernah belajar membenci orang-orang yang membenci kita,” kata Mgr David. “Pembalasan tidak pernah menjadi cara Yesus Kristus. Kita tidak akan pernah membalas kekerasan dengan kekerasan, kejahatan dengan kejahatan,” tegas uskup itu.

Setelah Misa, dilaksanakan doa ekumenis di luar katedral yang bermandikan cahaya merah darah. Acara yang pertama kali diselenggarakan oleh organisasi amal kasih kepausan di Inggris tahun 2016 itu diadakan di Filipina untuk ketiga kalinya.

Merah adalah warna kemartiran Kristen dan penelitian menunjukkan bahwa umat Kristen terus menjadi kelompok agama “paling teraniaya” di dunia, terutama di Timur Tengah dan Afrika.

Luciano meminta gereja-gereja untuk tetap bersatu sebagai satu komunitas Kristen. “Kita tidak berbeda karena kita satu dalam iman kita kepada Tuhan. ACN ingat, Gereja kita ingat dan kita ingat,” kata Mgr David.(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan CBCPNews)

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here