Selasa, November 5, 2024
30.1 C
Jakarta

Misa Paus di Thailand: Umat diminta menjadi murid-murid misionaris

Paus berdoa di depan patung Bunda Maria. DI AKHIR TULISAN INI ANDA BISA MELIHAT RANGKAIAN FOTO MISA PAUS DI BANGKOK YANG DIPERSEMBAHKAN OLEH MEDIA VATIKAN)
Paus berdoa di depan patung Bunda Maria. DI AKHIR TULISAN INI ANDA BISA MELIHAT RANGKAIAN FOTO MISA PAUS DI BANGKOK YANG DIPERSEMBAHKAN OLEH MEDIA VATIKAN)

Paus Fransiskus merayakan Misa publik pertama di Thailand, Kamis malam, 21 November 2019, di Stadion Nasional Bangkok. Ketika merenungkan Injil pada peringatan Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah itu, Paus berbicara tentang maksud pemuridan misionaris.

Paus, menurut laporan Robin Gomes dari Vatican News, mendorong umat Katolik Thailand untuk menjadi murid-murid misionaris Yesus dengan mengikuti jejak para misionaris pertama ke tanah air mereka. Cara itu, kata Paus, akan membantu mereka berjumpa, menemukan dan mengenali dengan sukacita wajah-wajah semua ibu dan bapa, saudara dan saudari, yang Tuhan ingin undang ke meja-Nya.

Paus menyampaikan homili dalam bahasa ibunya, Spanyol, berdasarkan Injil Matius di mana Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya, “Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

Injil, tegas Paus, penuh pertanyaan yang memperbaharui hidup kita dan pertanyaan umat yang disampaikan dengan sukacita yang tiada tara. Menanggapi kata-kata Tuhan, para misionaris pertama ke tanah Thai menyadari bahwa mereka adalah bagian dari keluarga yang jauh lebih besar daripada apapun yang berdasarkan garis keturunan, budaya, wilayah atau kelompok etnis.

Terdorong oleh kuasa Roh dan dengan tas-tas penuh harapan dari kabar gembira Injil, mereka berangkat mencari anggota keluarga yang belum mereka kenal. Tanpa pertemuan itu, agama Kristen tidak akan memiliki wajah Thai, lagu-lagu, tarian dan senyum mereka, kata Paus kepada umat Katolik Thailand.

Paus berada di Thailand untuk merayakan peringatan ke-350 berdirinya Vikariat Apostolik Siam tahun 1669, yang secara resmi menandai dimulainya Gereja di negara itu. Moto yang dipilih untuk kunjungan Paus itu adalah, “Murid-Murid Kristus, Murid-murid Misionaris.”

Menurut Paus, murid misionaris bukanlah prajurit upahan dari iman atau penghasil umat baru, melainkan pengemis rendah hati yang merasakan tidak adanya saudara, saudari, dan ibu yang ikut merasakan karunia rekonsiliasi yang diberikan Yesus kepada semua orang.

Sumber dan inspirasi dari semua upaya evangelisasi Gereja, kata Paus, ditemukan dalam Perumpamaan Pesta Pernikahan, saat Tuhan memerintahkan sebanyak mungkin orang dari jalanan diundang ke pesta pernikahan.

Dengan api harapan, kata Paus, peringatan 350 tahun itu membantu kita maju dengan penuh sukacita untuk berbagi kehidupan baru yang lahir dari Injil kepada semua anggota keluarga yang belum kita kenal.

Sebagai murid-murid Tuhan, kata Paus, kita memilih untuk menjadi bagian yang hidup dari keluarga Tuhan dengan berbagi dengan orang lain sebagaimana Dia lakukan. Dia makan bersama orang-orang berdosa dan meyakinkan mereka bahwa mereka juga mendapat tempat di meja Bapa dan meja dunia ini. Dia menyentuh orang yang dianggap najis dan, dengan membiarkan diri-Nya disentuh oleh mereka, Dia membantu mereka menyadari kedekatan Allah dan memahami bahwa mereka diberkati.

Dalam hal ini, pemikiran Paus mengarah pada anak-anak dan perempuan yang menjadi korban pelacuran dan perdagangan manusia, kaum muda yang diperbudak oleh kecanduan narkoba dan kurangnya makna yang membuat mereka tertekan dan menghancurkan impian mereka, kaum migran, yang kehilangan rumah dan keluarga mereka, banyak orang lain yang merasa diri yatim piatu dan ditinggalkan, serta para nelayan yang dieksplotasi dan pengemis yang dilewati.

“Mereka semua, adalah bagian dari keluarga kita,” kata Paus seraya menambahkan, “mereka adalah ibu kita, saudara dan saudari kita.” Dia mendorong agar umat melihat wajah-wajah mereka, luka-luka mereka, senyuman mereka dan hidup mereka serta membuat mereka mengalami kenyamanan yang penuh belas kasih dari cinta Tuhan yang menyembuhkan luka-luka dan rasa sakit mereka. Seorang murid misionaris, kata Paus, adalah yang membuka pintu untuk mengalami dan berbagi pelukan Allah Bapa yang penuh belas kasih dan menyembuhkan, yang menjadikan kita satu keluarga.

Sebagai penutup, Paus mendorong umat Katolik Thailand untuk mengikuti “langkah-langkah para misionaris pertama, untuk berjumpa, menemukan dan mengenali dengan sukacita wajah-wajah semua ibu dan bapak, saudara dan saudari, yang ingin Tuhan berikan kepada kita dan yang tidak menghadiri meja hari Minggu kita.”(PEN@ Katolik/paul c pati/Vatican News)

Artikel Terkat:

Paus kirim pesan video ke Thailand dan Jepang sebelum kunjungannya

Kata-kata pertama Paus di Bangkok adalah meminta OMK berbuat sesuatu dan bekerja keras

Paus di Thailand: Umat Katolik dan Budha bisa hidup sebagai tetangga yang baik

Misa Paus di Thailand 15 Misa Paus di Thailand 2 Misa Paus di Thailand 3 Misa Paus di Thailand 4 Misa Paus di Thailand 5 Misa Paus di Thailand 6 Misa Paus di Thailand 7 Misa Paus di Thailand 8 Misa Paus di Thailand 9 Misa Paus di Thailand 10 Misa Paus di Thailand 11 Misa Paus di Thailand 12 Misa Paus di Thailand 13 Misa Paus di Thailand 14

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini