Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC berharap perayaan 100 Tahun Prefektur Apostolik Celebes menjadi momen bersyukur atas penyertaan Tuhan pada karya pewartaan para misionaris 100 tahun lalu. “Kita bersyukur atas warisan yang kita terima. Dan, sebagai wujud syukur atas warisan iman, harap dan kasih itu, kita melanjutkan dan sudah melanjutkan perjalanan prefektur, yang kini menjadi Keuskupan Manado dan Keuskupan Agung Makassar,” kata Mgr Rolly.
Mgr Rolly berbicara dalam acara syukuran Perayaan 100 Prefektur Apostolik Celebes yang digelar Panitia 100 Tahun MSC di Sulawesi, 19 November 2019, di Katedral Hati Kudus Maria Manado yang dihadiri Uskup Emeritus Mgr Yos Suwatan MSC, puluhan pastor, dan sekitar 300 biarawan-biarawati serta umat.
Perayaan itu ditandai juga dengan pembacaan Dekrit Paus Benedictus XV tentang Prefektur Apostolik Celebes, sambutan-sambutan, serta penampilan koor Deo Cantate dan Viri Gregoriani, serta makan malam bersama di samping katedral.
Menurut Mgr Rolly, mantan Provinsial MSC Indonesia, warisan iman, harap dan kasih itu sungguh luar biasa. Itulah sebabnya, “warisan iman, harap dan kasih hendaknya terus-menerus ditumbuhkan dan dikembangkan,” minta uskup seraya meminta umat Katolik di keuskupannya untuk pergi memberitakan Sabda Allah dan meyakinkan bahwa Tuhan selalu menyertai karya pewartaan.
Superior Daerah MSC Sulawesi dan Kalimantan Timur Pastor Stephanus Berty Tijow MSC dalam homili Misa itu sependapat bahwa momentum mengenang 100 tahun berdirinya Prefektur Apostolik Celebes adalah kesempatan mengenang “dengan penuh syukur” jejak-jejak kasih Allah kepada umat-Nya melalui hidup dan karya para misionaris “yang mengikuti nasihat Santo Paulus, yakni sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu.”
Pastor Berty menegaskan, catatan sejarah perjalanan misi mengantar dan mengajarkan kita untuk bersyukur. “Mengenang dengan penuh syukur menjadi tanda terima kasih kita kepada para misionaris yang telah menanam, mengolah, menyuburkan pertumbuhan dan perkembangan iman Katolik yang kita banggakan ini,” kata imam itu.
Lintas sejarah panjang yang kita kenang, jelas Pastor Berty, adalah perjalanan panjang umat beriman, dalam binaan para misionaris, baik religius maupun awam “yang bertekun dalam imannya, terus-menerus mewartakan iman itu kepada anak cucu dan generasi ke generasi.”
Menurut imam itu, para misionaris telah melakukan pewartaan tanpa takut atas pelbagai kesulitan dan ancaman nyawa sekalipun, “karena mereka semua percaya dan yakin akan kata-kata Yesus, ‘Aku akan menyertai mereka sampai akhir zaman’.”
Perayaan itu, lanjut Pastor Berty, menantang kita semua untuk mengobarkan api misioner yang meredup dan membakar semangat martiria kita yang terkadang memudar. “Kita adalah pemegang estafet pewarisan nilai iman untuk generasi yang akan datang,” ujar Pastor Berty yang juga Ketua Panitia 100 Tahun MSC di Sulawesi.
Perjalanan Prefektur Apostolik Celebes ini diawali karya misi para imam dari Serikat Jesus (SJ), salah satunya adalah Pastor Johanes de Vries SJ. “Dialah satu dari manusia dalam zamannya, yang telah melaksanakan amanat Injil untuk melanjutkan karya misi di Tanah Air dan daerah kita,” kata Pastor Berty.
Hanya dalam kurun waktu 51 tahun (1868-1919), tegas imam itu, “benih iman Katolik, yang dimulai kembali di Kema (Sulawesi Utara) itu, telah bertumbuh dan berkembang sehingga umat di Pulau Sulawesi dan pulau-pulau kecil di sekitarnya sudah layak dan pantas diberi perhatian penuh dan istimewa dengan mendirikannya sebagai satu wilayah misi baru yakni Prefektur Apostolik Celebes” dan Paus Benedictus XV meneguhkan hal itu dengan Dekrit Pendirian Prefektur Apostolik Celebes, 19 November 1919.(PEN@ Katolik/A. Ferka)