Hari pertama kunjungan apostolik di Thailand, Paus Fransiskus bertemu Patriark Agung Buddha Ariyavongsagatanana IX dan menegaskan komitmen Gereja untuk membuka dan menghormati dialog demi perdamaian. Pertemuan itu berlangsung di Kuil Wat Ratchabophit Sathit Maha Simaram, Bangkok, 21 November 2019.
Dalam sambutan kepada Paus, Patriark Agung Buddha itu mengenang kunjungan bersejarah Santo Paus Yohanes Paulus II kepada pendahulunya 35 tahun lalu, sebuah pertemuan yang juga dihadirinya. Patriark itu lalu menyebut daftar kunjungan yang dilakukan Raja-raja Thailand kepada Paus di Vatikan, yakni kepada Paus Leo XIII tahun 1897, Paus Pius XI tahun 1934, dan Paus Yohanes XIII tahun 1960. Dia berbicara tentang “persahabatan yang dalam dan langgeng, bersama-sama datang dengan semangat saling pengertian yang sejati dan kemitraan yang setara.”
Dalam sambutannya kepada Patriark Agung Buddha itu, Paus membenarkan bahwa pertemuan mereka berlangsung “sebagai bagian dari perjalanan penghormatan dan saling menghargai yang diprakarsai para pendahulu kita.” Mengenang kunjungan Patriark Agung ke-17 kepada Paus Paulus VI di Vatikan hampir 50 tahun lalu, Paus mengatakan dia ingin “mengikuti jejak mereka guna meningkatkan rasa hormat tetapi juga persahabatan di antara umat kita.”
Paus mengatakan langkah-langkah ini “membantu bersaksi bahwa budaya perjumpaan itu mungkin, bukan hanya dalam umat kita tetapi juga di dunia kita, yang begitu rawan terhadap terciptanya dan tersebarnya konflik dan pengucilan.” Kejadian-kejadian seperti ini “mengingatkan kita betapa pentingnya bagi agama-agama untuk menjadi mercusuar pengharapan, sebagai promotor dan penjamin persaudaraan,” lanjut Paus.
Paus mengungkapkan rasa syukur atas fakta bahwa, “sejak kedatangan agama Kristen di Thailand sekitar empat setengah abad lalu, umat Katolik telah menikmati kebebasan menjalankan agama, meskipun mereka minoritas, dan selama bertahun-tahun hidup rukun dengan saudara dan saudari mereka yang beragama Buddha.”
Paus menegaskan kembali komitmen pribadinya dan komitmen seluruh Gereja, “untuk memajukan dialog terbuka dan saling menghormati demi perdamaian dan kesejahteraan” rakyat Thailand. Paus mengatakan, melalui pertukaran ilmiah, “yang mengarah pada saling pengertian lebih besar, serta pelaksanaan kontemplasi, belas kasihan dan kebijaksanaan … kita bisa tumbuh dan hidup bersama sebagai tetangga yang baik.”
Paus mendorong “pengembangan proyek-proyek amal kasih yang baru,” oleh anggota kedua agama itu. Proyek-proyek ini harus mampu “menghasilkan dan melipatgandakan inisiatif praktis di jalur persaudaraan, terutama berkaitan dengan orang miskin dan rumah kita bersama yang banyak disalahgunakan,” kata Paus. “Dengan cara ini, kita akan berkontribusi pada pembentukan budaya belas kasih, persaudaraan, dan perjumpaan” pungkas Paus, dan “perjalanan ini akan terus menghasilkan buah berlimpah.”
Di hari itu Paus juga bertemu Perdana Menteri Thailand, para pemimpin sipil dan agama, serta anggota korps diplomatik. Kepada mereka Paus menggambarkan Thailand sebagai “penjaga tradisi spiritual dan budaya kuno,” sebuah negara multi-etik dan beragam yang telah “lama mengetahui pentingnya membangun keharmonisan dan hidup berdampingan secara damai di antara banyak kelompok etnis.”
Paus juga mengunjungi pasien dan staf Rumah Sakit Santo Louis di Bangkok, yang tahun ini merayakan peringatan HUT ke-120 yayasannya. Rumah sakit itu didirikan tahun 1898 oleh Uskup Agung Louis Vey. Misinya didasarkan pada moto “Di mana ada cinta, di situ ada Tuhan.” Saat ini rumah sakit itu dijalankan oleh tim dokter, perawat, dan peneliti dengan bantuan peralatan medis canggih.
Berbicara kepada sekitar 700 staf di auditorium rumah sakit itu, Paus mengatakan, adalah suatu berkat baginya “menyaksikan secara langsung pelayanan berharga yang diberikan Gereja kepada orang-orang Thailand, terutama bagi yang paling membutuhkan ini.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)
Artikel Terkait:
Kata-kata pertama Paus di Bangkok adalah meminta OMK berbuat sesuatu dan bekerja keras
Paus kirim pesan video ke Thailand dan Jepang sebelum kunjungannya