“Kami sudah menjalankan profesi pemulung sejak tahun 1990, 29 tahun silam. Kami sudah akrab dengan bau busuk dan lalat demi mengais rupiah untuk kebutuhan makan minum, biaya sekolah, dan membeli tangki air minum.”
Pemulung asal Nita, Stefanus Sino, berbicara dengan PEN@ Katolik di sela-sela kegiatan hariannya, 16 Oktober 2019. Hari itu, sengatan mentari cukup menyengat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Wairii, Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka. Namun, itu tidak menyurutkan semangat Stefanus dan juga 39 frater SVD tingkat I dan II Ledalero unit Gabriel.
Para frater itu datang bersama Dosen STFK Ledalero Pastor Hendrikus Maku SVD ke komunitas pemulung di TPA itu “untuk memaknai Hari Orang Miskin se-Dunia yang sedianya akan diperingati bersama Minggu 17 November 2019,” kata ketua rombongan Frater Fancy Balo SVD kepada media ini di TPA Wairii. Keterlibatan para frater itu, lanjutnya, berkaitan dengan spirit misi SVD sejagat yakni ‘putting the last first.’
Di TPA itu nampak para frater bergabung dengan para pemulung memilah-milah sampah dan memasukkannya ke dalam karung.
Namun menurut pengakuan Laurensia Nita, beberapa waktu lalu para frater, suster dan pastor juga datang ke TPA itu dan merayakan Ekaristi bersama para pemulung. “Kami ini bekerja di tempat kotor, tetapi para frater, suster dan pastor punya hati untuk kami. Kami sangat senang dan berterimakasih kepada biarawan dan biarawati, karena setiap kali mereka datang selalu ada bantuan untuk kami orang kecil ini,” kata Laurensia, yang menutup telinga bagi cemoohan orang. “Bagi kami yang penting kerja halal dan bisa menghasilkan uang!”
Dalam suasana penuh canda antara para pemulung dan para frater itu, para frater membagikan tanda solidaritas kepada semua keluarga pemulung berupa deterjen, sabun mandi, pasta gigi dan alat tulis menulis untuk anak sekolah dari keluarga pemulung. Dan, mereka makan bersama.(PEN@ Katolik/Yuven Fernandez)