Home VATIKAN Paus memberi berkat perdamaian untuk Indonesia empat hari menjelang pelantikan presiden

Paus memberi berkat perdamaian untuk Indonesia empat hari menjelang pelantikan presiden

5
Paus Fransiskus menandatangani draft berkat untuk Indonesia yang diserahkan oleh Putut Prabantoro.
Paus Fransiskus menandatangani draft berkat untuk Indonesia yang diserahkan oleh Putut Prabantoro.

Paus Fransiskus secara khusus memberikan berkatnya untuk Bangsa Indonesia dan berharap Indonesia hidup dalam damai.  Berkat itu menjadi nyata ketika Paus Fransiskus berkenan menandatangani kertas bertuliskan Pace Per Il Popolo Indonesiano – La Mia Benedizione, Papa Francesco (Damai Untuk Bangsa Indonesia – Berkatku, Paus Fransiskus) yang disampaikan Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), AM Putut Prabantoro, dan wartawan Investor Daily dari BeritaSatu Group, Gora Kunjana, dalam Audiensi Umum Rabu 16 Oktober 2019.

Menurut Putut Prabantoro, dalam siaran pers yang diberikan kepada PEN@ Katolik sehari sesudahnya, gagasan untuk meminta berkat bagi Bangsa Indonesia dari Paus Fransiskus sudah ada sejak keberangkatan dari Indonesia. Meskipun kesempatan bertemu Paus dalam audiensi umum yang dihadiri ratusan ribu orang sangat kecil kemungkinannya, gagasan itu tetap dilakukan dengan menuliskannya pada kertas tebal.

“Malam sebelumnya, draft berkat itu ditulis bersama Suster Matilda INSC, Suster Maria Matrona Ola INSC dan Pastor Suherman Pr dari Keuskupan Tanjung Karang. Ketiganya sedang studi di Roma, Italia. Suster Matrona Ola diminta menuliskan drat berkat yang sudah disepakati,” katanya.

Ketua Presidium Bidang Komunikasi Politik ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) itu menyadari, dalam audiensi umum yang dihadiri ratusan ribu orang, setiap peziarah selalu berharap dapat menyentuh atau bersalaman dengan Paus. “Namun tak seorangpun bisa memperkirakan apakah harapan menyentuh atau bersalaman dengan Paus dapat terwujud. Biasanya yang dihampiri Paus saat berkeliling di tengah peziarah dengan mobil kehormatannya adalah anak-anak kecil. Bahkan ketidakpastian ini juga dialami para peziarah yang mendapat tempat khusus di sekitar podium,” katanya.

Sejak subuh, Putut Prabantoro dan Gora Kunjana sudah berada di luar Lapangan Santo Petrus. Akses berkontrol baru dibuka pukul 08.00. Karena berada pada urutan pertama, keduanya mempunyai kesempatan memilih tempat yang dianggap paling strategis untuk mendapat perhatian Paus. Tempat yang mereka pilih adalah posisi kursi paling depan, berhadapan langsung dengan tribun Paus. Meski demikian mereka menyadari bahwa bersalaman dengan Paus adalah persoalan mukjizat mengingat tak seorangpun bisa “menyetir” Paus kepada siapa harus disalami. Pengecualian terjadi bagi mereka yang sudah direncanakan untuk disalami dan berada di tempat yang khusus.

Selain itu, tulis siaran pers itu, meski mendapat kesempatan memilih tempat yang dianggap paling strategis, keduanya tetap harus dituntut bersabar dan menahan lapar, menunggu kehadiran Paus beberapa jam ke depan. Mereka mengaku tidak berbekal apa-apa, namun itu risiko yang harus diambil untuk bersama-sama dengan ratusan ribu peziarah mengharap terjadinya mukjizat dapat bersalaman dengan Paus.

Menurut Gora Kunjana, mengenakan busana adat Jawa adalah salah satu bentuk upaya mengambil perhatian Paus. “Tadinya kami ingin membatalkan karena malam sebelumnya hujan deras mengguyur kota Roma. Namun karena sudah kepalang tanggung, kami tetap mengenakan busana adat Jawa. Jika nanti ada perubahan cuaca dan hujan datang, ya risiko harus ditanggung. Saya kira mengenakan busana tradisional dalam audiensi bukan ide yang salah. Namun, tetap saja itu tidak menjamin bahwa Paus akan menengok ke kita. Semua serba tidak pasti, para peziarah tetap bahagia sekalipun tidak bersalaman dengan Paus. Tapi yang kami alami adalah suatu mukjizat, Paus menengok kepada kami, Paus menghampiri dan kami bersalaman agak lama dan bahkan menandatangani kertas yang dibawa oleh mas Putut Prabantoro.”

Bagi Putut Prabantoro, Alumnus Lemhannas RI – PPSA XXI, itulah perjumpaan kedua dengan Paus Fransiskus menyusul pertemuan pertama, 28 Oktober 2015. Saat perjumpaan itu, Gora Kunjana memberikan kepada Paus baju batik dari Indonesia yang merupakan titipan dari Ketua Forkoma PMKRI, Hermawi Taslim.

Seperti biasa, Paus mengenakan mobil kebesarannya dan jalur pertama adalah melewati depan peziarah yang duduk paling depan termasuk Putut Prabantoro dan Gora Kunjana. Kehadiran Paus di publik langsung disambut tepuk tangan dan teriakan “Papa Francesco.” Putut dan Gora juga meneriakkan “Papa Francesco.” Tiba-tiba Paus menengok kepada keduanya agak lama, seakan memberi tanda.

“Paus mengenal kalian sepertinya. Itu tangannya menunjukkan sesuatu dan matanya terus kepada kalian,” kata Rosa, peziarah dari Italia, yang duduk di sebelah Putut Prabantoro, seperti tertulis dalam siaran itu. Paus terus berkeliling dan teriakan “Papa Francesco” dari ratusan ribu peziarah tidak surut. Yang di duduk di baris paling depan tidak tahu apa yang sedang terjadi di belakang.

“Dan ketika kendaraan kebesaran berhenti di depan tribun setelah berkeliling, tiba-tiba Paus turun dan menghampiri kami. Tepat seperti yang dikatakan oleh ibu Rosa dari Italia. Sungguh kami merasa menjadi perhatian Paus. Tanpa menyia-nyiakan waktu, mas Putut Prabantoro mengeluarkan kertas yang harus ditandatangani Paus dan saya memberikan hadiah batik. Ketika Paus disodori kertas, beliau membaca sesaat dan menandatanganinya dengan spidol hijau yang telah kami siapkan. Dan… Paus memberkati bangsa Indonesia dan berharap bangsa Indonesia damai,” cerita  Gora Kunjana, yang mengaku bersama Putut Prabantoro berteriak bahagia setelah Paus menandatangani Berkat Damai untuk Bangsa Indonesia, empat hari menjelang pelantikan Presiden RI.***

Gora Kunjana memberikan kepada Paus sebuah baju batik dari Indonesia

5 KOMENTAR

  1. Semoga Indonesia selalu aman terkendali, menjadikan negara yang berdaulat berdasarkan Pancasila, saling menghargai menghormati perbedaan, iman kristiani semoga menjadi garam dunia, terimakasih

  2. Salam

    Maaf.. Ini kapan y kegiatannya? Krn mas Putut alm. Sudah meninggal sekitar 2 thn yg lalu,

    Berkah Dalem

    • Elizabeth yang baik, terima kasih tanggapannya. Linus Putut Pudyantoro tidak sama dengan AM Putut Prabantoro yang menjadi topik dalam tulisan di atas. Mereka berdua memang kakak beradik. Salam dan Doa.

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version