Profesi wartawan mendapat perhatian khusus dalam Gereja Katolik

0
2342
Paul C Pati berbicara di depan anggota  Komunitas Pria Katolik Santa Helena, Curug, Tangerang  (PEN@ Katolik/soni)
Paul C Pati berbicara di depan anggota Komunitas Pria Katolik Santa Helena, Curug, Tangerang (PEN@ Katolik/soni)

Profesi wartawan media cetak dan media online serta semua penggerak komunikasi sosial mendapat perhatian khusus dalam Gereja Katolik. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan Gereja merayakan Hari Minggu Komunikasi Sedunia setiap hari Minggu di antara Hari Raya Kenaikan Tuhan dan Hari Raya Pentakosta yang tahun tahun ini dirayakan 2 Juni 2019.

“Hari Minggu Komunikasi Sedunia setiap tahun menandakan bahwa Gereja begitu besar memberikan perhatian kepada bidang pewartaan. Apalagi, di hari itu kita membaca Pesan Paus untuk Hari Komunikasi Sedunia yang biasa diterbitkan di Vatikan tanggal 24 Januari, Pesta Santo Fransiskus de Sales,” kata Paul C Pati yang pernah jadi Redaktur Pelaksana Mingguan HIDUP dan wakil editor Indonesia dari UCANews.

Pemimpin Redaksi PEN@ Katolik atau penakatolik.com itu berbicara di depan 30-an anggota Komunitas Pria Katolik (KPK) Santa Helena dan beberapa tamu dari paroki tetangga di Gedung Karya Pastoral (GKP) Paroki Santa Helena, Curug, Tangerang, 30 Agustus 2019, tentang “Evangelisasi ‘Jaman Now’ di Paroki.”

Selain dokumen Inter Mirifica dari Konsili Vatikan II dan Communio et Progressio serta Aetatis Novae yang berbicara tentang alat komunikasi, lanjut pria yang sudah 35 tahun bekerja sebagai wartawan Katolik itu, Vatikan hingga keuskupan, paroki bahkan lingkungan mendirikan kantor komunikasi sosial (komsos), dari Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial hingga komisi atau seksi komsos di lingkungan.

Mantan anggota International Network of Young Journalists yang merupakan bagian dari L’Union Catholique Internationale de la Presse (UCIP) dan pernah menerima penghargaan international di Brazil dan Burkino Faso, Afrika, itu bangga karena Santo Fransiskus de Sales menjadi pelindung wartawan.

Uskup Jenewa yang dikanonisasi oleh Paus Aleksander VII (1665) dan ditetapkan sebagai Doktor Gereja oleh Paus Pius IX (1877), jelasnya, adalah penginjil yang sukses. Doktor bidang hukum dan teologi dari Universitas Kepausan Urbaniana itu menghasilkan karya-karya arahan dan pembinaan spiritual dan khotbahnya memukau, membuat umat Protestan kembali ke Katolik.

Menurut catatan, jelas editor yang pernah mengikuti summer university untuk komunikasi di Universitas Fribourg Swiss, Universitas Lyon Perancis dan Universitas Gregoriana Roma itu, Fransiskus de Sales adalah bangsawan yang cerdas dan tampan, tinggi dan kekar, mata biru keabu-abuan, dan agak pendiam. “Namun, kepala dewan imam Katedral Jenewa itu terlibat kampanye penginjilan (evangelisasi) di daerah yang hampir semua warganya jadi Calvinis. De Sales yang bersemangat, berani, dan sabar itu hanya gagal di Thonon, ibu kota Provinsi Chablais karena penduduknya membuat perjanjian menolak mendengar pewarta yang fasih berbicara itu.”

Saat menjabat Uskup Koajutor Jenewa (1601), de Sales dikirim dalam misi diplomatik kepada Raja Henry IV dan diundang membawakan khotbah Prapaskah di Kapel Kerajaan. Raja tertarik dan mengatakan “burung langka” itu memiliki kombinasi yang sangat langka, “saleh, terpelajar, dan bangsawan.” Henry IV adalah pemimpin Protestan yang akhirnya menjadi Katolik dalam Misa dan menandatangani perdamaian antara Katolik dan Protestan juga menghentikan perang agama serta menaklukkan agresi dari Spanyol.

De Sales adalah pelindung, antara lain, Catholic press, tuna rungu (karena pernah ciptakan bahasa isyarat), pendidik, penulis, dan jurnalis. Orang kudus itu meninggal 28 Desember 1622 dan dimakamkan 24 Januari 1623, tanggal yang menjadi tanggal perayaannya.

Namun, yang menjadi perhatian besar pembicara adalah moto yang menjadi kekuatan dan semangat de Sales yakni “Yang mewartakan dengan cinta, mewartakan dengan efektif.” Karena mewartakan dengan cinta, tegasnya, “saya bisa bertahan sebagai wartakan Katolik hingga saat ini.”

Wartawan yang sudah berbagi keterampilan di banyak keuskupan itu menjelaskan, tema Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Komunikasi Sedunia ke-53 (2019), “Kita adalah sesama anggota” (Ef 4:25), sangat relevan untuk peserta yang merupakan sesama anggota KPK Santa Helena, untuk semua umat Paroki Santa Helena, semua umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta dan semua anggota Gereja Universal, umat Katolik seluruh dunia, “yang merupakan sesama anggota, yang ditampung dalam wadah yang sama, yang memiliki tujuan, visi dan misi yang sama, dan saling mendukung.”

Paus berharap semua umat Allah di tengah perkembangan teknologi dan komunikasi tetap “bersaudara,” karena ternyata, “Medsos mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat” dan ternyata kehadiran medsos memiliki dampak positif dan dampak negatif, membuat yang jauh berinteraksi langsung dengan video call, dan membuat banyak orang terisolasi, menimbulkan banyak hoax, manipulasi data, dan kejahatan serta bully lewat dunia maya. “Jejaring sosial bisa membantu kita saling terhubung, bisa juga dimanfaatkan secara keliru,” jelas Paus.

Evangelisasi adalah pewartaan Kristus, yang dilakukan dengan kesaksian hidup dan kata-kata. KPK Santa Helena terkenal dengan evangelisasi bagi warga binaan di penjara dan para wartawan menjalankan evangelisasi lewat kata-kata. Kaum awam melaksanakan tugas sebagai nabi juga melalui penginjilan, “yakni pewartaan Kristus, yang disampaikan dengan kesaksian hidup dan kata kata,” kutip Paul C Pati dari Lumen Gentium 35 dan Katekismus Gereja Katolik 905.

Maka, pembicara berharap agar dalam “persaudaraan,” anggota KPK Santa Helena dan umat Paroki Santa Helena, serta semua umat Katolik “saling mendukung dan menguatkan sehingga muncul jaringan solidaritas yang saling menghargai, saling mendengarkan dan saling bertanggung jawab untuk menjalankan evangelisasi bagi yang miskin, kecil dan menderita, misalnya pelayanan penjara.”

Paul C Pati mengakhiri pembicaraan dengan membaca lengkap ayat Ef 4:25 yang jadi tema Pesan Hari Komunikasi Sedunia 2019 dari Paus, yakni “Karena itu, buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.”

Selain meminta wartawan dan penggerak evangelisasi untuk mengungkapkan dalam satu kalimat sederhana apa yang mau ditulis dan dibagikan, dia menegaskan, wartawan Katolik dan penggerak evangelisasi sejati “adalah yang mengutip dan menulis serta membagikan sesuatu yang benar tanpa dusta bagi sesama anggotanya, sesama umat Katolik.” (PEN@ Katolik/Konradus R Mangu)

Ketua KPK Santa Helena Andy Janto Singgih (kiri) menyerahkan kenang-kenangan kepada Paul C Pati (PEN@ Katolik/soni)
Ketua KPK Santa Helena Andy Janto Singgih (kiri) menyerahkan kenang-kenangan kepada Paul C Pati (PEN@ Katolik/soni)
Sebagian perserta berfoto bersama pembicara (PEN@ Katolik/soni)
Sebagian perserta berfoto bersama pembicara (PEN@ Katolik/soni)
Suasana Temu Pria Katolik Santa Helena (PEN@ Katolik/krm)
Suasana Temu Pria Katolik Santa Helena (PEN@ Katolik/krm)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here