Seorang perempuan yang dikenal pintar, kaya, cantik, serta lulusan ITB dan Universitas Havard, yang bekerja sebagai Presiden Marketing Boeing, tiba-tiba dia memutuskan masuk biara dan setiap hari selalu berdoa agar Tuhan selalu berbagi kasih kepada sesama. Dia pun melakukan perbuatan belas kasih yang sangat beragam, misalnya mendamaikan perselisihan antara orangtua dengan anak, menyapa orang-orang yang dijumpai dalam keadaan miskin, dan membantu tetangga yang memerlukan pertolongan.
Kisah itu dibacakan oleh Ketua Komunitas Pria Katolik (KPK) Santa Helena Curug Tangerang Andi Janto Singgih mengawali homili yang disampaikan oleh Kepala Paroki Santa Helena Curug Tangerang Pastor Lukas Sulaiman OSC dalam Misa yang dipimpinnya di LP Pemuda Kelas II Tangerang, 24 Agustus 2019. Misa untuk memperingati HUT ke-5 KPK Santa Helena dan Pesta Nama Paroki Curug (18 Agustus) serta Perayaan Santo Bartolomeus, martir, itu dihadiri 150-an warga binaan, 50-an relawan Paroki Curug dan umat paroki-paroki tetangga.
Nama perempuan itu Elisabeth Sutedja. Tanggal 20 Desember 2010, setelah Misa di Gereja Santo Antonius, Boston, dia tidak langsung pulang seperti biasanya tapi berjalan di Fanway Park, sebuah taman indah di Boston. Ia sangat menikmati keindahan kota Boston.
Saat berjalan, ia melihat seorang wanita lanjut usia. Di tempat itu ada penjual makanan. Melihat nenek itu, ia bertanya kepada penjual makanan apakah mengenalnya. Penjual itu menjawab tidak. Terdorong rasa prihatin, ia membeli sandwich dan segelas susu panas lalu memberikan kepada nenek tua itu. Pemberian Elisabeth diterima dan dinikmatinya.
Nenek itu bertanya tentang iman Elisabeth, maka Elisabeth menjawab, “Katolik.” Namun wanita tua itu bertanya lagi, “Siapa itu Tuhan? Tolong tunjukkan Tuhan kepada saya!”
Elisabeth melihat nenek itu sangat kedinginan lalu ia membuka mantelnya lalu memberikan kepada nenek itu. Nenek itu langsung menangis, kemudian mengatakan, “Ketika aku lapar mau memberi aku makan, ketika aku tak punya pakaian kamu memberi aku pakaian!” Elisabeth sangat heran mendengar perkataan wanita tua itu.
Pastor Lukas menjelaskan dalam homili bahwa riwayat sosok Elizabeth Sutedja itu sesungguhnya merupakan “Injil Hidup” yang dipraktikkan secara nyata. “Marilah kita hidup dan mengisinya dengan perbuatan baik,” kata imam itu.
Misa di LP Pemuda itu dilakukan dengan gaya Taize dan dilanjutkan dengan adorasi kepada Sakramen Mahakudus. Selain makan bersama, para warga binaan dihibur oleh maestro guitar klasik Indonesia, Jubing Kristianto. Menurut rencana, KPK Santa Helena akan melaksanakan Makan Sore Natal bersama warga binaan di akhir Desember yang rencananya akan dihadiri oleh Uskup Agung Jakarta, Vikep, atau Vikjen KAJ. (PEN@ Katolik/Konradus R Mangu)