Minggu, Desember 22, 2024
28.6 C
Jakarta

Ketua Komisi Kepemudaan KWI mengajak OMK menjadi pribadi penuh sukacita

 

Mgr Pius Riana Prapdi dan Mgr Agustinus agus duduk bersama peserta HOMKKAP 2 (PEN@ Katolik/Sem)
Mgr Pius Riana Prapdi dan Mgr Agustinus agus duduk bersama peserta HOMKKAP 2 (PEN@ Katolik/Sem)

Ketua Komisi Kepemudaan KWI Mgr Pius Riana Prapdi minta agar Orang Muda Katolik (OMK) menjadi “Online Missionary of God” untuk menggarami Kabar Sukacita di dunia maya, menjadi berkualitas, dan menjadi pribadi yang penuh sukacita, “karena ciri khas OMK adalah Sukacita.”

Permintaan itu disampaikan dalam homili Misa Pembukaan Hari OMK Keuskupan Agung Pontianak Kedua (HOMKKAP 2) di Pusat Kerohanian Shanti Bhuana Karmel Bandol, Kalbar, 9-12 Juli 2019. Misa dengan 20 imam konselebran itu diawali perarakan dihantar oleh 20 penari wanita serta pemotongan bambu dan pengalungan bunga kepada Mgr Riana Prapdi dan Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus diiringi musik tradisional.

HOMKKAP bertema “Inilah Aku, Utuslah Aku” (Yesaya 6:8) dan dihadiri lebih dari 1000 OMK itu dibuka di akhir Misa dengan pemukulan gong sebanyak tujuh kali oleh Mgr Riana Prapdi dan pengguntingan tali baliho HOMKKAP 2 oleh Mgr Agus.

Ketika datang ke tempat itu, Mgr Riana Prapdi teringat kisah Yesus yang berubah rupa di Gunung Tabor. Ketika menyaksikan penampakan Yesus itu, kata uskup, Petrus mengatakan kepada Yesus, “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini, baiklah saya akan dirikan tiga tenda, satu untuk Tuhan, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”

Hari ini, tegas Uskup Ketapang itu, peristiwa itu terjadi lagi. “OMK datang ke puncak bukit ini dan menjumpai tiga kemah (kampung), kemah orang muda, kemah iman, dan kemah panggilan,” tegas uskup seraya bertanya, “Apakah teman-teman muda bahagia? Adakah sukacita di tempat ini?” Orang yang sukacita tegas Mgr Riana Prapdi, adalah yang siap diutus ke mana pun.

Ketika membaca tema temu OMK itu, uskup teringat kunjungan ad limina para uskup saat Paus Fransiskus mengatakan, “Tanda bahwa orang mengikuti Kristus adalah sukacita, dan orang yang dipenuhi sukacita ia akan siap diutus oleh Tuhan.”

Dalam kunjungan ke sebuah komisi di Vatikan, lanjut uskup, juga dikatakan bahwa masa depan Gereja dunia ada di Gereja Asia, “Tumpuan harapan Gereja dunia universal ada di Gereja Asia dan di antara Gereja Asia itu ada lima yang menjadi harapan panggilan yang paling besar yakni Vietnam, Korea, Filipina, India dan Indonesia.”

Tapi, tanya Mgr Prapdi, cukupkah hanya urutan kelima? “Indonesia menjadi istimewa karena Gereja Katolik berada di negara Muslim terbesar di dunia dan Indonesia mendapat anugerah bonus demografi artinya penduduk muda jauh lebih besar daripada jumlah penduduk usia tua dan anak-anak.”

Hari berikutnya, peserta yang tinggal di tiga “kampung” itu berdiskusi tentang “Dialog Sukacita” bersama kedua uskup itu, kemudian setiap kampung membicarakan “Orang Muda, Iman dan Panggilan,” dan perbincangan bersama Mgr Prapdi yang mengajak peserta untuk “berjalan bersama Gereja,” karena “tidak ada lagi sekat antara pastor dan orang muda, uskup dengan orang muda.”

Sementara itu Mgr Agus menceritakan masa kecilnya, masa pendidikannya, kisah cintanya, hingga menjadi imam dan Uskup Agung Pontianak. “Terus terang, saya bisa sekolah sampai Nyarumkop, karena dibiayai oleh imam Passionis dari Belanda. Singkat cerita, kalau orang Belanda, orang asing, rela meninggalkan kampung halamannya untuk melayani kita di sini, enggak malukah kita?” Mgr Agus menceritakan motivasinya menjadi Imam.

Mgr Agus juga menegaskan keyakinannya bahwa Tuhan sangat mencintainya sehingga sampai sekarang merasakan berkat setiap hari. “Martabat orang kampung sama dengan orang kota dan jangan pernah sesekali minder dengan apa yang kita punya,” tegas Mgr Agus yang mengajak OMK menjaga keimanan kepada Tuhan di saat kurang percaya diri.

“Awal dari cinta” menyanyilah Mgr Agus dan semua OMK mengikutinya, dan di ujung lagu itu Mgr Agus berpesan agar OMK jangan pernah ingin menjadi orang lain. “Banyak orang muda ingin jadi orang lain, itu keliru! Mengakui diri itu penting. Jadilah dirimu sendiri, apa pun itu, apa pun keadaannya. Saya orang Dayak dan tuak itu biasa, tetap biasa, karena itu budaya kami. Anehnya, ada orang bukan Dayak memaksa diri minum tuak dan mabuk. Itulah yang tidak boleh!” kata uskup.

Mgr Agus mengajak OMK bersukacita dengan menyanyi lagu Doleng Donado dan lagu Dayakng Janjola. “Kita harus berani sombong, harus berani mengakui diri sendiri untuk membuktikan bahwa kita menyukuri hal-hal yang sudah Tuhan berikan,” tegas Mgr Agus.

Dalam HOMKKAP 2, peserta membicarakan juga tentang proses panjang pendidikan para calon imam, pernikahan dalam Gereja Katolik menikah, bahaya narkoba, dengan menghadirkan narasumber AKBP Wayan Korna dan melakukan ibadat Taize.

Secara keseluruhan, HOMKKAP 2 dikemas dalam tiga konsep, pertama selebrasi dalam doa, Ekaristi, pengakuan dosa, katekese, pentas seni; kedua, animasi meliputi welcoming night, expo panggilan; dan ketiga, edukasi seperti seminar, dialog dan refleksi.

HOMKKAP 2 ditutup dengan Misa oleh Mgr Agus, didampingi Ketua Komisi Kepemudaan KAP Pastor Yosep Maswardi, Ketua Panitia HOMKKAP 2 Pastor Arsenius Viccar CSE, dan 22 imam konselebran beserta seorang diakon. Setelah Misa, diadakan prosesi penyalaan lilin simbol perutusan, dan Mgr Agus melepaskan nametag peserta dan spanduk HOMKKAP 2.

Peserta pun pulang mengenang kesan Mgr Agus yang tidak takut akan masa depan. “Saya tidak takut akan masa depan Gereja Katolik, ketika hari ini saya melihat semangat OMK yang berkobar bak suluh yang tak terpadamkan,” kata Mgr Agus dalam Misa Penutupan.

Uskup juga bangga dengan partisipasi aktif OMK dalam hidup menggereja di era digital. Namun menyadari tantangan duniawi yang dihadapi OMK di era digital sangat komplek, Mgr Agus meminta OMK berani membuat terobosan baru dan mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi.

“Untuk menjawab tantangan zaman digital, orang muda perlu membekalkan diri dengan hidup keagamaan yang baik, pengetahuan umum dan hidup menggereja agar mampu menghidupi imannya.” (PEN@ Katolik/ Semz dan SrSeba)

Artikel Terkait:

OMK Keuskupan Agung Pontianak bertekad menjadi misionaris online

Mgr Agus bangga karena kaum muda memiliki semangat mewartakan kabar sukacita

Penari menjemput dan mengantar para uskup dan para imam dalam prosesi. (PEN@ Katolik/sems)
Penari menjemput dan mengantar para uskup dan para imam dalam prosesi. (PEN@ Katolik/semz)
Salib HOMKKAP dari setiap paroki (PEN@ Katolik/semz)
Salib HOMKKAP dari setiap paroki (PEN@ Katolik/semz)
Peserta serta para imam dan uskup sesudah Misa Penutupan (PEN@ Katolik/Sr Seba)
Peserta serta para imam dan uskup sesudah Misa Penutupan (PEN@ Katolik/Sr Seba)

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini