“Persekutuan nyata dari para Rasul adalah bentuk pertama kesaksian mereka tentang Tuhan yang Bangkit dan tentang kasih-Nya yang menyelamatkan. Semoga kita juga menjadi saksi kekuatan rekonsiliasi kasih itu dengan persatuan kita, yang menang atas kesombongan dan perpecahan, dan yang dari keragaman menciptakan satu-satunya Umat Allah.”
Paus Fransiskus mengatakan hal itu dalam katekese tentang Kisah Para Rasul yang disampaikan dalam audiensi umum di Lapangan Santo Petrus 12 Juni 2019 dengan menegaskan bahwa Yesus telah memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka akan dikenal kalau mereka saling mengasihi (Yoh 13:35).
Paus menegaskan bahwa misi penginjilan Gereja dimulai dengan kebangkitan Kristus. “Ketika para murid, bersama-sama Maria, menunggu penggenapan janji Yesus akan Roh Kudus di Ruang Atas, mereka dipersatukan dalam doa. Sejak awal, Gereja kelihatan sebagai persekutuan, komunitas, Umat Allah,” kata Paus.
Pilihan dua belas Rasul Kristus, lanjut Paus, menunjukkan kesinambungan antara Gereja dan orang-orang Israel. “Setelah pembelotan Yudas, para Rasul sadar bahwa posisi Yudas dalam Dua Belas harus diambil oleh yang lain. Dengan panduan Petrus, komunitas itu berdoa untuk memahami pilihan Matias dari Tuhan,” kata Paus.
Di penghujung audiensi, Paus menyalami para peziarah dan pengunjung yang hadir saat itu, termasuk peziarah dan tamu dari Indonesia serta para imam SVD dari Indonesia. Sehari sebelumnya Paus menerima kunjungan ad Limina Apostolurum dari 35 uskup dan satu uskup emeritus dari Indonesia.
Pada saat yang sama 26 imam SVD dan Suster SSpS dari Indonesia sedang mengadakan Program Tersiat (pembaharuan) di Generalat SSpS di pinggir kota Roma. (PEN@ Katolik/paul c pati)
Artikel Terkait:
Katekese Kisah Para Rasul: Keselamatan tidak dibeli keselamatan adalah karunia