30.1 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Homili Paus: Santo Paulus, keras kepala tetapi tidak keras hati

BERITA LAIN

More
    Paus Fransiskus memberikan homili dalam Misa pagi. (Vatican Media)
    Paus Fransiskus memberikan homili dalam Misa pagi. (Vatican Media)

    Dalam homili Misa di Casa Santa Marta hari Jumat, 10 Mei 2019, Paus Fransiskus mengajak umat Kristiani untuk patuh pada suara Tuhan, mengikuti model Santo Paulus. Sesuai Bacaan Pertama hari itu, Kis. 9:1-20, yakni tentang pertobatan Santo Paulus dalam perjalanannya menuju Damaskus, Paus Fransiskus mengatakan, “Rasul bagi bangsa-bangsa lain” (non-Yahudi) itu keras kepala tetapi tidak keras hati.

    Bapa Suci mengatakan saat pertobatannya “menandai perubahan dalam perjalanan Sejarah Keselamatan.” Pertobatannya mengungkap universalitas Gereja dan keterbukaannya terhadap “orang-orang kafir, orang bukan Yahudi, dan yang bukan orang Israel,” yang, menurut Paus, diijinkan oleh Tuhan karena “itu penting.”

    Ketika merenungkan karakter Santo Paulus, Paus Fransiskus menyebutnya “pria yang kuat” yang “terpikat pada kemurnian hukum,” dengan mengatakan dia “jujur” dan “konsisten,” meskipun dia memiliki “karakter yang sulit.”

    “Pertama-tama, dia konsisten, karena dia adalah orang yang terbuka kepada Tuhan. Jika dia menganiaya orang Kristen, itu karena dia yakin bahwa Allah menginginkannya. Tapi bagaimana mungkin? Tidak peduli bagaimana: dia yakin akan hal itu. Inilah semangat yang dia bawa untuk kemurnian rumah Allah, untuk kemuliaan Allah. Hati yang terbuka pada suara Tuhan. Dan dia mempertaruhkan semuanya. Karakteristik lain dari tindakannya adalah bahwa dia orang penurut – penuh kepatuhan – dan tidak keras hati.

    Paus menunjukkan bahwa, meskipun dia keras kepala, Santo Paulus tidak keras hati. Dia “terbuka terhadap petunjuk Allah.”

    Dia telah mengurung dan membunuh orang-orang Kristiani “dengan api di dalam dirinya,” tetapi “begitu dia mendengar suara Tuhan, dia menjadi seperti anak kecil, membiarkan dirinya dituntun.”

    “Semua keyakinannya tetap diam, menunggu suara Tuhan: ‘Apa yang harus saya lakukan, Tuhan? Dan dia sampai pada perjumpaan di Damaskus, bertemu manusia penurut lainnya, dan membiarkan dirinya mendapat pelajaran agama seperti anak kecil dan dibaptis seperti anak kecil. Kemudian dia mendapatkan kembali kekuatannya, dan apa yang dia lakukan? Dia diam. Dia pergi ke Arabia untuk berdoa, berapa lama kita tidak tahu. Mungkin bertahun-tahun, kita tidak tahu. Kepatuhan. Keterbukaan terhadap suara Tuhan. Dia adalah contoh untuk kehidupan kita.

    Paus mengatakan ada banyak pria dan wanita pemberani dewasa ini yang mempertaruhkan hidup mereka untuk menemukan jalan baru bagi Gereja.

    “Mari kita mencari jalan baru; itu akan membantu kita semua. Selama mereka adalah jalan-jalan Tuhan. Tetapi maju terus dalam kedalaman doa, kepatuhan, dan hati yang terbuka untuk Allah. Inilah caranya perubahan sejati terjadi dalam Gereja.

    Paus berdoa “untuk menerima rahmat menjadi penurut suara Tuhan dan hati yang terbuka bagi Tuhan; rahmat untuk tidak takut melakukan hal-hal besar dan kepekaan untuk memperhatikan hal-hal kecil.” (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI