Melanjutkan katekese tentang “Bapa Kami,” Paus Fransiskus mendesak umat Katolik yang menghadiri Audiensi Umum di Lapangan Santo Petrus, 6 Februari 2019, untuk membuka hati mereka dengan menunjukkan bahwa kemenangan Kristus belum sepenuhnya tercapai.
Yesus sudah datang, kata Paus, dan ada banyak tanda kerajaan, namun dunia masih ditandai oleh dosa dan hati banyak orang tetap tertutup, sehingga kita terdorong untuk memohon kepada Tuhan: “Datanglah kerajaan-Mu!”
Dunia, kata Paus, terus dihuni begitu banyak orang yang menderita, oleh orang-orang yang tidak berdamai dan tidak memaafkan, oleh peperangan dan oleh berbagai bentuk eksploitasi. “Mari berpikir, misalnya, tentang perdagangan anak-anak,” kata Paus. Semua fakta ini, lanjut Paus, adalah bukti bahwa banyak pria dan wanita masih hidup dengan hati tertutup.
Dalam situasi-situasi ini, kata Paus, kita berpaling pada permohonan kedua dalam Doa Tuhan Kita: “Datanglah Kerajaan-Mu!” Dengan doa itu kita mengatakan, ‘Bapa, kami membutuhkan Engkau, Yesus, kami membutuhkan Engkau di mana-mana” dan “Tuhan, tinggallah terus di antara kita!”
Dengan mengingat kata-kata Kristus ketika memulai khotbahnya di Galilea dan menyatakan: “Saatnya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobat, dan percaya kepada Injil!” Paus menjelaskan bahwa kata-kata ini tidak mengandung ancaman, sebaliknya, merupakan pengumuman dan pesan sukacita.
Yesus, kata Paus, tidak ingin mendorong orang untuk bertobat dengan menabur rasa takut akan penghakiman Allah yang akan datang. Yesus juga tidak berupaya mendorong orang untuk mempercayai Dia. Yesus mengumumkan, lanjut Paus, bahwa tanda-tanda kedatangan Kerajaan-Nya adalah nyata dan semuanya positif. Bahkan, kata Paus, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan merawat orang sakit jasmani maupun rohani, merawat orang-orang yang hidupnya terkucil secara sosial, seperti penderita kusta, dan merawat orang berdosa.
Kadang-kadang kita mungkin bertanya, mengapa permohonan “datanglah kerajaan-Mu” muncul begitu lambat? Itu karena Tuhan tidak seperti kita, jelas Paus. “Tuhan itu sabar!” Dan dia ingin membangun kerajaan-Nya bukan dengan kekerasan tetapi dengan kelembutan, “seperti sebutir biji sesawi, yang, meskipun kecil, tumbuh menjadi pohon yang besar.”
Paus Fransiskus mengakhiri katekese dengan mendesak umat Katolik untuk mendoakan Bapa Kami dan menaburkan kata-kata yang mendorong kedatangan Kerajaan-Nya di tengah-tengah dosa-dosa dan kegagalan-kegagalan kita.
Mari berikan kata-kata ini “bagi mereka yang dikalahkan dan dibengkokkan oleh kehidupan, bagi mereka yang telah merasakan lebih banyak kebencian daripada cinta, bagi mereka yang telah menjalani hari-hari tanpa makna tanpa pernah memahami alasannya. Mari kita berikan kata-kata itu bagi mereka yang telah berjuang demi keadilan, bagi semua martir sejarah.”
Mari kita memberikan kata-kata ini, Paus memohon, “bagi mereka yang telah menyelesaikan apa yang mereka perjuangkan dengan sia-sia sehingga kejahatan mendominasi dunia ini.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan laporan Linda Bordoni dari Vatican News)