Bercermin kepada Yesus yang mengutus orang berdua-dua, karena seorang tidak akan mampu bekerja sendiri, dan Tuhan menciptakan manusia, lelaki dan perempuan, supaya menjadi satu, maka seorang imam meninggalkan keluarganya, terutama orangtuanya, untuk bergabung dalam keluarga besar para imam.
Oleh karena itu, ketika menahbiskan Pastor Paulinus Surip Pr dan Pastor Valerius Hilarion Thjen Hendra Pr sebagai imam diosesan Keuskupan Agung Pontianak di Gereja Santo Yosef Pemangkat, Kalimantan Barat, 28 Februari 2019, Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus minta kedua imam itu untuk hidup dengan para imam lainnya sebagai saudara.
“Persaudaraan di kalangan para imam sangatlah penting. Maka, meski dalam struktur Gereja ada pastor paroki dan ada pastor rekan, saya tidak mau mendengar pastor membuat program tanpa bicara dengan rekan kerjanya,” kata Mgr Agus.
Sebanyak 54 imam menjadi konselebran Misa itu, antara lain Vikjen, Sekretaris, Bendara Keuskupan Agung Pontianak (KAP), masing-masing Pastor William Chang OFMCap, Pastor Pius Barces CP dan Pastor Andreas Kurniawan OP, serta Kepala Paroki Katedral Pontianak Pastor Alexius Alex Pr, Provinsial Kapusin Pontianak Pastor Hermanus Mayong OFMCap, Kepala Paroki Santo Yosep Pemangkat Pastor Alexander Mardalis Pr dan Rektor Seminari Tinggi Antarkeuskupan Antonino Ventimiglia Pastor Edmund Nantes OP.
Menurut Mgr Agus, kepala paroki harus menjadi pastor yang peduli terhadap anak buahnya, sama seperti suami peduli isteri dan anak-anaknya. “Maka saya menekankan bahwa persaudaraan di kalangan para imam dewasa ini sangatlah penting. Masalah bisa diselesaikan oleh para imam kalau mereka memiliki semangat kekeluargaan dan persaudaraan,” kata Mgr Agus seraya menambahkan bahwa fasilitas Gereja untuk mendukung karya pastoral tidak ada artinya kalau semangat itu tidak ada.
Selain itu, Mgr Agus mendorong para imam baru itu untuk “dekat” dengan yang mengutus mereka. “Kedekatan dengan Yesus yang mengutus kalian merupakan kata kunci, kalau ingin sukses berkarya sebagai imam,” kata Mgr Agus yang meminta mereka tidak melupakan Bunda Maria, bunda para imam. “Tuhan sudah memberi Maria, seorang ibu, yang nanti akan membantu kita.”
Sebagai uskup, Mgr Agus juga ingin menjadi “bapa yang baik” bagi para imamnya. “Sekarang, saya adalah orang tua kalian,” kata uskup yang meminta ibu-ibu yang anaknya imam, “jangan takut, kalau uskupnya lapar imamnya tidak lapar.” Uskup juga meminta keluarga agar mendoakan para imam dan bekerja sama dengan Gereja untuk menguatkan para imam dalam menjalankan tugasnya.
Perayaan tahbisan itu dimulai dengan penampilan Drum Band SMA Amkur yang menyambut Mgr Agus yang menaiki mobil terbuka bersama kedua diakon yang siap ditahbiskan. Di depan gereja nampak mercon yang digantung dan bambu yang melintang. Tarian ala Dayak Kanayatn menyambut uskup bersama kedua diakon itu memasuki gereja.
Pastor Paulinus Surip yang lahir di Dusun Tauk, Air Besar, Landak, 31 Agustus 1990, adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Meon Bujang (Alm) dan Canggek. Moto panggilan dari umat Paroki Santo Yohanes Maria Vianny Serimbu itu adalah “Dari Injil aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku” (Ef. 3:7). Dia ditugaskan untuk membantu Paroki Santo Yosep Pemangkat.
Pastor Valerius Hilarion Tjhen Hendra lahir di Pemangkat, 14 Februari 1988. Umat Paroki Santo Yosep Pemangkat yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bustamin Cen Jau Bu dan Cen Jam Khim (Alm.) mengambil moto panggilan “Ini aku, utuslah aku!” (Yes 6:8b). Pastor Hilarion Thjen Hendra ditugaskan melayani Paroki Santo Yosep Samalantan.(PEN@ Katolik/samuel/srmarias/aop/pcp)