Minggu, Desember 22, 2024
29.9 C
Jakarta

Mengikuti jejak-jejak Yesus Historis saat Keluarga Kudus mengungsi di Mesir

Sphinx Raya dari Giza and Piramida Khafre, Datara Tinggi Giza, Cairo. Oleh Christian Rosenbaum/Wikimedia
Sphinx Raya dari Giza and Piramida Khafre, Datara Tinggi Giza, Cairo. Oleh Christian Rosenbaum/Wikimedia

Dalam Injil kita membaca narasi bahwa seorang malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Yosep dalam mimpi dan berkata: “Bangkitlah, bawa anak itu dan ibunya, dan larilah ke Mesir, dan tetap di sana sampai aku memberitahumu; karena Herodes akan mencari anak itu, untuk membunuhnya. ”Dan Yosep segera bangkit dan mengambil anak itu dan ibunya pada malam hari, dan pergi ke Mesir, dan tetap di sana sampai kematian Herodes” (Mat. 2:13-15)

Pertama-tama harus dikatakan bahwa narasi alkitabiah tidak pertama-tama dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Kitab Suci adalah buku historis atau buku ilmiah. Narasi Kitab Suci pada hakikatnya dimaksudkan untuk membangkitkan iman umat akan Tuhan dan karya penyelamatan-Nya bagi dunia.

Akan tetapi, para ahli telah berusaha menggali makna narasi kitab suci dan mencari jejak-jejak hidup Yesus. Salah satunya adalah mengenai tempat tinggal Yesus dan kedua orang tuanya pada saat mengungsi ke Mesir.

Kembali ke narasi di atas.

  1. Dalam narasi Kitab Suci disebutkan sosok Raja Herodes. Narasi menyebutkan bahwa malaikat berpesan kepada Yosep untuk kembali ke tanah kelahirannya setelah Herodes wafat.Para sejarawan cenderung tidak memiliki kata sepakat mengenai tanggal kematian penguasa Galilea itu. Kebanyakan sarjana menunjuk abad ke-4 SM, sementara beberapa mengklaim bahwa ia meninggal paling lambat 1 Masehi. Apapun tanggal sebenarnya, tradisi setempat mengklaim bahwa Keluarga Kudus tinggal di Mesir selama 4 tahun.
  2. Para ahli berpendapat bahwa kemungkinan besar Yesus mulai belajar berjalan dan belajar berbicara untuk pertama kalinya bukan di Betlehem atau Nazareth, tetapi di Mesir.
  3. Tapak-tapak perjalanan Yesus dan kedua orang tuanya. Menurut tradisi setempat, perhentian pertama untuk Keluarga Kudus adalah Farma, sebuah daerah di sebelah timur Sungai Nil. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Mostorod, sebuah kota di utara Kairo. Ada mata air di dekat kota yang dilaporkan bermunculan setelah mereka tiba. Setelah itu, mereka berhenti di Sakha, dan merupakan situs batu yang memiliki kesan kaki bayi Yesus.

Mereka terus bergerak ke Wadi El Natroun sebelum berhenti di luar Kairo. Di situs ini ada tempat di mana pohon memberikan keteduhan kepada Keluarga Suci. Mereka tentu saja melihat piramida kuno Mesir ketika mereka melanjutkan perjalanan, mungkin berhenti untuk melihat pemandangan yang menakjubkan itu. Keluarga Kudus di pengasingan kemudian melanjutkan perjalanan ke Kairo Lama dan sampai ke Maadi, di mana mereka naik perahu ke Deir El Garnous dan kemudian Gabal Al-Teir. Titik perhentian utama bagi Keluarga Suci adalah Gebel Qussqam. Diyakini bahwa mereka tinggal di sini selama sekitar 6 bulan. Sebelum kembali ke Nazaret, Keluarga Kudus berhenti di Assiut dan kemudian kembali ke Tanah Suci.

WARISAN DUNIA UNESCO

Orang-orang Kristen Koptik sangat bangga dengan bagian khusus dalam kehidupan Yesus ini. Mereka merasa sangat dekat dengan Keluarga Kudus, yang berjalan dan hidup di antara mereka selama tahun-tahun awal Yesus sebagai seorang anak. Kini, tempat tinggal Keluarga Kudus di pengungsian telah menjadi situs Warisan Dunia UNESCO, menurut laporan dari Agenzia Fides. Menurut laporan koran “Daily News Egypt,” situs-situs yang ditunjuk di sepanjang “Jalan Keluarga Kudus” ditentukan dan disetujui oleh Gereja Ortodoks dan oleh Paus Tawadros II.

Penunjukan ini dipandang sebagai anugerah bagi pariwisata di negara yang telah mengalami penurunan tajam pengunjung karena terorisme dan ketidakstabilan di wilayah tersebut. Menurut Daily News Egypt, perjalanan udara ke Mesir turun 40 persen dari 2015 hingga 2016. Dalam beberapa tahun terakhir, kementerian pariwisata Mesir telah mempromosikan ziarah mengikuti rute Keluarga Suci, berdasarkan pada Injil dan tradisi Kristen. Bahkan pada 9 Mei 2017, Menteri Pariwisata Mesir Yahiya Rashid berangkat ke Vatikan untuk mempromosikan program “Perjalanan Keluarga Kudus” dan bernegosiasi mengenai kemungkinan kunjungan Bapa Suci ke Mesir.

Situs arkeologi yang ditunjukkan oleh program itu, antara lain, fase pertama yang meliputi Gereja Santo Sergius dan daerah sekitarnya di Kairo tua, biara-biara Wadi El-Natrun di gubernur Beheira, Pohon Perawan di Matariya, Biara Gabal El Teir di Minya, dan semua instalasi arkeologi di Assiut. Perjalanan akan dimulai dari daerah tua Kairo yang dikenal sebagai Benteng Babel, di mana Keluarga Kudus tinggal di sebuah gua yang terletak di Gereja Santo Sergius. Peziarahan juga mencakup Gereja Gantung dan kemudian akan menuju ke Maadi untuk mengunjungi Gereja Perawan Maria di Kairo Selatan, pindah ke Wadi El Natrun di sisi barat Sungai Nil, di mana sejumlah besar biara dan gereja berada. Area ini mencakup Biara Santo Pishoy, Biara Suriah, dan Biara Paromeos.

Perjalanan kemudian akan menuju Biara Gabal El Teir dan ke Biara Muharraq di Assiut, tempat Keluarga Kudus menghabiskan enam bulan di guanya. Tujuan akhir akan mencakup Gunung Dronka, di mana ada sebuah gua tua, di gunung tempat Keluarga Kudus tinggal sebelum perjalanan mereka kembali Nazaret.

REFLEKSI

Seluruh data di atas hendak menyatakan kebenaran ajaran Gereja bahwa YESUS ADALAH SUNGGUH-SUNGGUH ALLAH DAN SUNGGUH-SUNGGUH MANUSIA. Sebagai Allah, Yesus menyatakan kebenaran dan kemuliaan Tuhan dalam seluruh tutur kata dan tindakan-Nya, sejak kelahiran hingga kemuliaan kebangkitan-Nya. Sebagai manusia, Yesus lahir dan tinggal dalam dunia, mengalami pahit-getirnya hidup manusia, mulai dari kelahiran, pengungsian dan sampai wafat dan penguburan-Nya.

Yesus bukan sosok mitologis yang dinarasikan oleh para penginjil, melainkan sosok historis dan spiritual yang melampaui sejarah hidup manusia.

Walaupun kita tidak pernah bertemu dengan Yesus historis, namun tapak-tapak kaki-Nya menceriterakan kehadiran dan kemuliaan-Nya di segala waktu sampai ke ujung bumi. Tapak-tapak kaki historis menjadi saksi bahwa YESUS ADALAH SUNGGUH-SUNGGUH TUHAN DAN SUNGGUH-SUNGGUH MANUSIA.

Lalu masihkah kita ragu mengakui kebenaran ajaran iman kita akan Yesus?

Manila, 30 Desember 2018

Pastor Constan Fatlolon

Sumber

1. https://aleteia.org/…/where-did-the-holy-family-live-in-eg…/
2. https://aleteia.org/…/the-path-of-the-holy-familys-exile-i…/
3. https://aleteia.org/…/the-egyptian-oasis-through-which-mar…/

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini