Home SOSIAL Lebih dari 100 frater STFT Fajar Timur ‘turun ke jalan’ menolak segala...

Lebih dari 100 frater STFT Fajar Timur ‘turun ke jalan’ menolak segala kekerasan dan kejahatan

0
Para frater STFT Fajar Timur dalam protes diam menolak kekerasan
Para frater STFT Fajar Timur dalam protes diam menolak kekerasan. PEN@ Katolik/abdon bisei

Memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) se-Dunia 10 Desember 2018, 135 frater yang bergabung dalam BEM Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Fajar Timur Jayapura mengadakan aksi turun ke jalan yang dipimpin Puket III STFT Fajar Timur Pastor Silvinus Soter Renyaan OFM dan didampingi oleh direktur SKPKC OFM Duta Damai Papua Pastor Wilhelmus I Gonzaga OFM.

Aksi diawali dengan berkumpul bersama di Kampus STFT Fajar Timur pukul 10.00, kemudian long march ke Lingkaran Abepura, tempat peserta diam menunjukkan poster-poster tanpa orasi.

Pastor Soter mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa “tujuan aksi diam dan pemajangan spanduk itu sekedar mau menyadarkan masyarakat Papua dan pihak terkait agar tidak menjadi lupa atas peristiwa besar pelanggaran HAM di tanah ini. Ini semacam aksi melawan lupa.”

Pastor Soter, yang mengampuh mata kuliah Etika dan Moral di STFT itu menegaskan, dengan aksi itu, “kami membangkitkan kesadaran orang bahwa hak asasi yang kami perjuangkan dalam pengertian hak moral, bukan dalam pengertian legal. Maka, kami mengharapkan agar segala bentuk kekerasan dan kejahatan kepada manusia dari pihak mana pun, dan dalam bentuk apa pun harus ditolak.”

Sementara itu, Pastor Gonzaga menegaskan, HAM meliputi juga hak ekonomi dan sosial. Karena itu “dalam aksi ini diperlihatkan desakan terhadap pemerintah dan investor untuk menghargai hak-hak rakyat Papua dalam berbagai bidang lain,” kata imam itu seraya menegaskan bahwa pemerintah bertanggungjawab atas akses pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi rakyat Papua.

Dalam spanduk yang dibentangkan, peserta mendesak pemerintah Indonesia segera menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat di Tanah Papua, terutama kasus Biak berdarah (6 Juli 1998), Wamena Berdarah (2000), Peristiwa Waior (2001) dan yang paling aktual kasus Paniai berdarah (08 Desember 2014). Aksi juga mendesak agar semua pihak, segera menghentikan segala bentuk kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di Tanah Papua.(PEN@ Katolik/abdon bisei)

Long march para frater/abdon bisei

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version