Ziarah Rohani PS Gregorian Anak-Remaja Papua meraih ‘Gold’ di Pesparani Ambon

0
1700
Dalam perjalanan menuju Merauke. Dokumentasi Kontingen Kabupaten Mapi

Pesparani I di Ambon sudah selesai. Provinsi Kalimantan Timur, yang berhasil meraih Juara Umum, juga mengalahkan Provinsi Papua dalam kategori Paduan Suara Gregorian Anak-Remaja. Dalam kategori itu Provinsi Papua harus puas dengan “Gold.”

Yang dipercayakan untuk kategori itu, adalah Kabupaten Mapi, yang mengirim 31 orang, 80 persen asli Papua, yang terdiri atas 28 perempuan dan 3 laki-laki berusia 10 hingga 15 tahun dengan pelatih sekaligus dirigen, Albertus Kameubun. Ketika tampil 30 Oktober 2018 di gedung “Baleo Ekumene” mereka menyanyikan lagu wajib “Laudatio” dan lagu pilihan “Alma Redemptoris Mater.”

Kabupaten Mapi dengan ibu kota Kepi, terletak di sebelah utara Kabupaten Merauke dan selatan Kabupaten Pegunungan Bintang. Kabupaten, yang berada di dataran rendah berawan dengan suku bangsa Yahrai, itu merupakan pemekaran dari Kabupaten Merauke. Kabupaten itu berada dalam wilayah Keuskupan Agung Merauke.

Menurut pembina, Kristoforus Dendhi, proses perekrutan kelompok paduan suara ini melalui beberapa tahap. Pertama, audisi yang diselenggarakan tim pastoral Paroki Kepi. Pada tahap ini, peserta yang mendaftar sebanyak 170 anak. Dari audisi itu, menurut Kepala Paroki Kepi Pastor Fransiskus Melkior MSC, “Minat anak-anak dan remaja untuk mengikutinya sangat besar. Kemampuan menyanyi mereka juga sangat potensial. Sayangnya, hampir semua tidak tahu membaca not.”

Karena itu, lanjut imam itu, strategi audisi adalah meminta peserta mengulang penggalan lagu yang mereka dengar dari pelatih. Seleksi pertama menyisakan 50 orang. Jumlah itu kemudian diseleksi lagi oleh pelatih dengan meminta peserta mengulang menyanyikan satu ayat lagu. Akhirnya terpilih 31 orang, yang mulai berlatih secara efektif sejak Juli hingga menjelang keberangkatan ke Ambon. Mulanya mereka berlatih seminggu dua kali, kemudian pertengahan September menjadi lima kali seminggu. Pelatihan dimulai dengan belajar notasi angka, olah vokal, kemudian mengucapkan kata dan kalimat bahasa Latin serta memahami arti kata dan arti lagu.

Menurut Albertus Kameubun, menyanyi merupakan kegiatan harian yang biasa dilakukan anak-anak. “Mereka bernyanyi untuk bermain, sewaktu bekerja, bahkan waktu senggang, terutama waktu malam purnama. Anak-anak tumbuh secara alamiah dan mengandalkan bakat alam mereka dalam menyanyi. Mereka masih polos, bersahabat dengan alam dan lingkungan. Dan, mereka menyanyikan lagu-lagu secara spontan berdasarkan keadaan yang benar mereka alami,” katanya.

Tugas pelatih, lanjutnya, hanyalah memoles sedemikian rupa sehingga anak-anak dapat bernyanyi dengan benar sesuai ketentuan lagu. Menjadikan kelompok ini sebagai satu paduan suara, tegasnya, menuntut kesabaran tinggi dan seni pendampingan yang bersahabat dengan mereka. “Dengan ketekunan tinggi, mereka akan mendapatkan hasil terbaik, soal juara adalah hal lain,” tegasnya.

Yang menarik, kelompok ini memaknai perjalanan ke Ambon sebagai ziarah rohani. Sebelum meninggalkan Kepi, kepala paroki memberi rekoleksi sehari untuk kontingen berjumlah 42 orang itu. Rekoleksi ditutup dengan Misa bersama umat paroki, 17 Oktober 2018. Keesokan harinya, kontingen dilepas oleh Bupati Mapi, dan 19 Oktober mereka berangkat ke Merauke dengan kapal angkutan sungai KM Muyu, mengarungi Sungai Mapi Pos, menyusuri Sungai Digul menuju Asiki.

Setelah melalui perjalanan sekitar 36 jam, mereka berhenti di Asiki. Di sana mereka beribadat dan mengucap syukur atas perlindungan Tuhan. Selanjutnya perjalanan mereka diteruskan dengan tujuh unit mobil double garden jenis Hi Lux dan Strada. Mereka menuju kota Merauke dalam perjalanan sekitar 10 jam. Beberapa hari mereka menginap di Merauke dan selama di penginapan, mereka merayakan Misa setiap pagi. Tanggal 24 Oktober mereka terbang menuju Ambon melalui Makasar.

Sehari sebelum perlombaan, peserta dan ofisial mengadakan rekoleksi di Hotel Manise, Ambon, tempat mereka menginap. Rekoleksi itu dipimpin oleh pastor parokinya.

Menurut ketua kontingen, Yohanes Yamtel, iklim ziarah rohani diciptakan agar peserta berorientasi bukan pada juara, tetapi pada pesta, yakni “merayakan kebersamaan dalam cita rasa katolisitas sebagai umat Katolik Indonesia untuk memuji dan memuliakan Tuhan melalui lagu.”

Kerja keras mereka berbuah manis, meski tidak “Champion” tetapi mendapatkan kategori “Gold.” (PEN@ Katolik/Abdon Bisei)

Berfoto setelah tampil. PEN@ Katolik/ab
Persiapan di Merauke. Dokumentasi kontingen Kabupaten Mapi

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here