Tiga hari setelah peresmian Museum Maria Bunda Segala Suku (MBSS) oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo di Gedung Marian Center Indonesia di Jakarta, 20 Oktober 2018, penggagas Museum MBSS Gomas Harun mengatakan bahwa Patung MBSS akan dibawa ke Vatikan dan dipersembahkan kepada Paus Fransiskus.
Gomas Harun berharap, persembahan patung itu kepada Paus Fransiskus akan menjadi salah satu koleksi di Vatikan yang menampilkan kekayaan budaya Indonesia, selain Museum Borobudur yang sudah ada di Museum Etnologi Vatikan yang menampilkan kekayaan budaya Indonesia.
Gomas Harun adalah juga penggagas lomba “Karya Patung, Lukisan dan Fotografi Bunda Maria” yang diawali tahun 2015. Melalui lomba itu, Gomas Harun ingin mewujudkan impiannya “menampilkan wujud Bunda Maria versi Indonesia.” Museum kecil yang baru saja diresmikan merupakan langkah lanjutan dari penyelenggaraan lomba tersebut.
Ikon MBSS, yang kini resmi digunakan oleh Keuskupan Agung Jakarta, adalah hasil lomba yang diumumkan tahun 2017 itu. Nama MBSS diberikan oleh AM Putut Prabantoro, seorang pegiat nasionalisme dan pluralisme, kepada Gomas Harun saat menggagas lomba itu.
AM Putut Prabantoro mengatakan, dengan nama MBSS “saya sebenarnya ingin mengajak bangsa Indonesia mencintai bangsa dan tanah air Indonesia. Dalam konteks ini, Bunda Maria menjadi perantara bagi bangsa Indonesia untuk mencintai bangsa dan tanah air (Per Mariam Ad Patriam).”
Peresmian Museum MBSS ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Mgr Suharyo yang disaksikan oleh Gomas Harun sebagai penggagas Museum dan AM Putut Prabantoro sebagai Ketua Panitia Peresmian Museum MBSS.
Mgr Suharyo mengatakan dalam homili Misa peresmian itu bahwa devosi kepada MBSS merupakan simbol yang diharapkan mendorong Umat Katolik Indonesia melibatkan diri pada situasi yang nyata. “Munculnya devosi kepada MBSS tidak dapat dilepaskan dari berbagai persoalan dan ancaman konflik horisontal yang membahayakan persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu harus dipahami bahwa devosi kepada MBSS bukan hanya urusan pribadi, tetapi terkait erat dengan ungkapan kearifan pribadi yang tidak dipisahkan dengan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa ini,” kata Mgr Suharyo.
Devosi yang bertumbuh di Keuskupan Agung Jakarta itu, lanjut Mgr Suharyo, bukanlah devosi yang menjauhkan orang dari kehidupan tetapi justru kontekstual. “Bangsa Indonesia sedang mengalami suatu masalah. Devosi kepada MBSS bertumbuh agar kita terlibat di dalam menjaga dan merawat kesatuan dari bangsa Indonesia yang sangat plural.”
Setelah perjalanan panjang, kata Mgr Suharyo, lahirlah Museum Maria Bunda Segala Suku, yang berisi beberapa lukisan dan patung Bunda Maria dari berbagai suku seperti Jawa, Dayak, Bali dan Papua. “Kita semua berharap semoga di ruangan kecil ini semangat Bunda Maria dapat semakin merasuk dalam batin siapa pun yang ikut di dalam devosi kepadanya.”(PEN@ Katolik/Panitia Peresmian Museum MBSS).
Artikel Terkait: