Mendengar masukan almarhum Pastor Thoby Muda Kraeng SVD, Socius Master Ordo Pewarta untuk Asia-Pasifik waktu itu Pastor Vincent Lu Vien Ha, dan pengalaman pelayanan di Vietnam, agar para imam Dominikan memiliki tempat tinggal entah besar atau kecil di Surabaya untuk memberikan tempat khusus bagi formasi dan komunitas, “membuat saya dengan berkat Tuhan, melalui para sahabat yang terlibat membantu sejak proses awal, berupaya mewujudkan tempat tinggal ini demi pelayanan para imam Dominikan di Surabaya,” kata Pastor Andreas Kurniawan OP.
Pastor Andrei, demikian nama panggilannya, bersyukur bahwa tempat itu bisa dibangun dan diberkati dalam Misa, 17 September 2018, dengan nama Griya Santa Rosa de Lima. Misa itu dipimpin oleh Vicar Provinsial Ordo Pewarta untuk Indonesia Pastor Edmund C Nantes OP dengan enam imam konselebran. Tiga suster Dominikan termasuk Pemimpin Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia Suster M Anna Marie OP, serta sejumlah sahabat, penderma dan para frater Dominikan di Surabaya menghadiri Misa itu.
Menurut Pastor Nantes dalam homilinya, Tuhan menjawab doa yang disampaikan dengan kemurahan. “Tanpa kemurahan hati Anda, rumah ini tidak bisa berdiri,” kata Pastor Nantes seraya menjelaskan kisah hidup Santa Rosa de Lima bersama dua sahabatnya, Santo Yohanes Masias dan Santo Martinus de Porres. “Sungguh menarik karena pemberkatan rumah Santa Rosa de Lima dilaksanakan sehari sebelum pesta Santo Yohanes Masias. Persahabatan ketiga orang kudus itu, jelas imam itu, “memotivasi kita bahwa kekudusan adalah usaha kita bersama, baik imam, biarawan-biarawati, dan awam.”
Griya Santa Rosa de Lima kini dihuni oleh para suster Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia, serta sejumlah penerima beasiswa Dominikan yang belajar di Universitas Katolik Darma Cendika, Surabaya. (PEN@ Katolik/Robertus Silveriano)