Bagaimana Gereja mengungkapkan Misteri Penjelmaan?

0
1986
Kuba Inkarnasi oleh Leandro Miguel Velasco, diambil dari Trinity Dome
Kuba Inkarnasi oleh Leandro Miguel Velasco, diambil dari Trinity Dome

KATEKISMUS GEREJA KATOLIK

89. Bagaimana Gereja mengungkapkan Misteri Penjelmaan?

Gereja mengakui bahwa Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan dua kodrat, kodrat Allah dan manusia, tanpa tercampur satu sama lain, tetapi dipersatukan dalam Pribadi Sabda. Karena itu, dalam kemanusiaan Yesus, segala hal – mukjizat, penderitaan, dan kematian-Nya – harus dilihat dalam rangka Pribadi Ilahi-Nya yang bertindak melalui kodrat manusia yang dipeluk-Nya.

”Ya Putra Tunggal dan Sabda Allah, Engkau yang abadi, Engkau yang telah sudi

menjelma menjadi manusia dari Bunda Allah yang tetap perawan, Maria (…),

Engkaulah satu dari Tritunggal , yang bersama dengan Bapa dan Roh Kudus,

selamatkanlah kami!”

(Liturgi Byzantin dari Santo Yohanes Krisostomus)

 Teruslah membacanya dalam Katekismus Gereja Katolik 464-470, 479

90. Apakah Putra Allah yang menjelma itu mempunyai jiwa dengan pengetahuan manusia?

Putra Manusia mengambil tubuh yang mempunyai jiwa manusiawi yang rasional. Dengan intelek manusia-Nya, Yesus belajar banyak hal lewat pengalaman, tetapi juga sebagai Putra Allah, Dia mempunyai pengetahuan langsung dan hubungan erat dengan Allah Bapa-Nya. Dia juga memahami pikiran rahasia manusia dan rencana-rencana abadi yang diwahyukan-Nya.

Teruslah membacanya dalam Katekismus Gereja Katolik 470-474, 482

91. Bagaimana keselarasan antara kehendak ilahi dan kehendak Sabda yang menjadi daging?

Yesus mempunyai kehendak ilahi dan manusiawi. Dalam kehidupan-Nya di dunia, Putra Manusia secara manusiawi menghendaki semua yang sudah diputuskan secara ilahi bersama Bapa dan Roh Kudus untuk keselamatan kita. Kehendak manusiawi Kristus mengikuti sepenuhnya kehendak ilahi tanpa ada pertentangan, atau dengan kata lain, kehendak manusiawi-Nya menempatkan dirinya di bawah kehendak ilahi.

Teruslah membacanya dalam Katekismus Gereja Katolik 475, 482

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here