Home RENUNGAN Jumat, 10 November 2017

Jumat, 10 November 2017

0

Bendahara

PEKAN BIASA XXXI

Peringatan Wajib Santo Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja (P)
Santo Andreas Avelino

Bacaan I: Rm. 15:14-21

Mazmur: 98: 1.2-3ab.3cd-4; R: 2b

Bacaan Injil: Luk. 16:1-8

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.”

Renungan

Sering dikatakan bahwa pencuri itu cenderung lebih cerdik dari polisi. Mungkin salah satu alasannya adalah kebutuhan bertahan hidup, dalam hal ini tidak tertangkap, yang memaksa mereka mencari segala macam jalan yang paling aman. Kiranya demikianlah situasi yang digambarkan dalam kisah bendahara yang cerdik. Ia harus bertahan hidup, sehingga muncullah ide cerdiknya.

”Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya” (Luk. 16:8). Yesus mengkonfrontasikan anak-anak dunia dengan anak-anak terang, mengisyaratkan sebuah tantangan bagaimana anak-anak terang dapat membawa terang itu kepada dunia. St. Paulus menegaskan tugas pelayanan kita kepada dunia, yaitu pewartaan injil. Di dunia yang sering dikatakan semakin sekuler dan materialistis, kita bertanya tentang bagaimana menemukan cara-cara kreatif untuk menyampaikan kabar sukacita ke hati manusia. Tetapi, sebelum itu, jauh lebih penting bertanya kepada diri kita, apa yang menggerakkan diri kita untuk melayani dan mewartakan Injil? Apakah pelayanan itu bernilai situasi hidup-mati bagi kita, atau dengan kata lain sesuatu yang maha penting, sebagaimana St. Paulus dan bendahara yang cerdik? Atau karena ingin ikut terlibat saja?

Allah Bapa penuh kasih, penuhilah aku dengan semangat untuk mewartakan Injil sehingga kebaikan-Mu semakin dikenal oleh semua orang. Amin.

Renungan Ziarah Batin 2017

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version