Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus berterima kasih kepada orang tua yang telah menyerahkan anak-anaknya menjadi imam dan minta orang tua “jangan takut anak kalian menjadi pastor dari kongregasi apa pun” karena Gereja membutuhkan banyak imam.
Mgr Agus berbicara dalam sambutan setelah pentahbisan dua imam dan tiga diakon dari Kongregasi Carmelitae Sancti Eliae (CSE) di Kapela Maria Bunda Karmel, Pusat Kerohanian Katolik Shanti Buana Bandol, Kalbar. Tahbisan itu didampingi Bapa Pendiri Kongregasi CSE Pastor Yohanes Indrakusuma CSE dan Pelayan Umum Kongregasi CSE Pastor Sergius Paulus CSE dan imam konselebran lain.
Dua imam yang ditahbiskan adalah Pastor Macarius CSE dan Pastor Klimakus de Jesu CSE. Sedangkan tiga diakon yang ditahbiskan adalah Diakon Epiphanius Maria CSE, Diakon Hubertus Maria CSE, dan Diakon Marsianus CSE.
Mgr Agus menjelaskan, ketika datang ke Pontianak dia melihat keuskupan itu kekurangan tenaga padahal di mana-ama ada potensi mendirikan paroki, karena satu paroki dengan dua imam harus melayani sekitar 30 ribu umat Katolik di lebih dari 60 kampung.
Karena keuskupan itu betul membutuhkan imam-imam, maka Mgr Agus menerima tarekat apa saja yang mau berkarya di keuskupan itu dan hari itu uskup berbangga karena CSE bisa berkembang di sana. “Karena umat di sini macam-macam, maka pelayanannya juga macam-macam dan tidak seragam dari aneka ragam imam dari berbagai tarekat. Jadi, kita tak menekankan tarekat apa pun.”
Dijelaskan bahwa umat di Keuskupan Agung Pontianak berjumlah hampir 600 ribu orang. “Semua membutuhkan pelayanan rohani,” kata Mgr Agus seraya meminta umat berdoa “agar banyak orang menjadi pastor.”
Pastor Indrakusuma juga berterima kasih kepada keluarga yang merelakan anaknya menjadi imam. Namun dia tetap berharap agar mereka tetap berdoa bagi para imam “supaya mereka menjalankan tugas panggilannya dengan baik.”
Menurut imam itu, imam dan diakon dipanggil sebagai saksi-saksi Kristus untuk memberikan kesaksian tentang Yesus dan membawakan kasih setia Tuhan kepada semua orang. “Karena menjadi saksi, maka Anda semua harus betul-betul mengenal siapa Yesus itu. Kalau menjadi saksi tapi tidak mengenal siapa yang disaksikan, itu namanya bohong!” tegas imam itu kepada para imam dan diakon baru seraya mengajak mereka untuk menjalin relasi yang sungguh mesra dengan Yesus.
Dukungan untuk menjadi imam juga dikemukakan oleh Bupati Bengkayang Suryadman Gidot dalam sambutannya. “Saya juga menghimbau kepada orangtua supaya mendukung panggilan anak-anak yang ingin menjadi Imam, sebab mungkin ada orangtua yang tidak memberi izin jika anaknya ingin menjadi imam,” kata bupati seraya menegaskan bahwa kebahagiaan saat itu bukan hanya milik Gereja tetapi juga menjadi milik pemerintah. “Dalam menjalankan tugas pelayanan, para imam juga membina iman kepercayaan rakyat yang juga menjadi milik pemerintah.”
Dalam acara itu, Pastor Sergius Paulus CSE membacakan penempatan tugas pastoral dua imam dan tiga diakon yang baru menerima tahbisan itu. Pastor Macarius mendapat tugas sebagai pemimpin rumah di Bandol dan Pastor Klimakus sebagai tim formator di Cikanyere, Bogor. Kemudian, Diakon Epiphanius akan bertugas di Paroki Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus Bandol, Diakon Hubertus di Paroki Santo Pius X Bengkayang, dan Diakon Marsianus di Paroki Santo Yosep Karangan.
Menurut Pastor Macarius, tahbisan adalah awal langkah para imam dan diakon baru untuk meneruskan karya pewartaan Injil. “Kami sadar, ini semua tidaklah mudah. Namun kami percaya, Tuhan akan memampukan kami untuk melaksanakannya,” kata imam baru itu seraya berharap mereka terus semangat dan komitmen untuk terus menghidupi panggilan mereka sebagai imam dan diakon. (aop/mssfic)