Home KEGEREJAAN Perkasih akan tolong anak miskin, cacat dan terbuang, “karena mereka majikan, bos...

Perkasih akan tolong anak miskin, cacat dan terbuang, “karena mereka majikan, bos kita”

1

 

Upacara pemakaman Pastor Janssen CM di Kapel Paulo Bhakti Luhur Malang disertai penghormatan bendera dan penjagaan oleh Kolonel Bernard, alumnus STP IPI Malang, yang didirikan oleh Pastor Janssen. ist
Upacara pemakaman Pastor Janssen CM di Kapel Paulo Bhakti Luhur Malang disertai penghormatan bendera dan penjagaan oleh Kolonel Bernard, alumnus STP IPI Malang, yang didirikan oleh Pastor Janssen. ist

“Pahlawan Kemanusiaan” Pastor Paul Hendrikus Janssen CM, yang mendirikan Yayasan Bhakti Luhur serta Perkasih (Persaudaraan Kasih), IPI Malang, AKI Madiun, Tarekat ALMA (Asosiasi Lembaga Misionaris Awam) Putri dan Putra, serta merintis Unika Widya Mandala Madiun dan Unika Widya Mandala Surabaya, telah dimakamkan di samping Kapel Paulo, Bhakti Luhur, Jalan Terusan Dieng, Nomor 40, Malang, setelah Misa Requiem di kapel itu, 24 April 2017.

Misionaris dari Belanda itu sudah lama meminta agar dimakamkan di situ, bahkan liang kuburnya sudah lama disiapkan. “Romo mau tetap dekat sama anak-anak cacat. Supaya mereka juga merasa tidak kehilangan,” kata Ketua Perkasih Surabaya Yoseph Kuota Kusuma kepada PEN@ Katolik, 26 April 2017.

Pastor Janssen sangat baik dan sangat peduli kepada orang  miskin, jelas Yoseph. “Dia titip pesan terakhir bahwa saya harus menerima anak-anak miskin, cacat dan terbuang. Berapa pun banyaknya, apa pun penyakitnya, harus ditolong, karena mereka adalah majikan, bos kita,” lanjutnya seraya menggambarkan Pastor Janssen sama dengan Ibu Teresa dari Calcuta.

Saat terkulai sakit, kenangnya, “Romo Janssen menyampaikan pesan itu tiga kali, setiap kali saya menemuinya di rumah sakit. Dia baru lega dan tertawa saat saya menjawab, ‘Ya, saya menerima.’ Setelah menjawab itu saya menangis, namun Romo Janssen tertawa senang hati.” Dengan begitu, Yoseph yakin, Pastor Janssen baru lega meninggalkan dunia.

Perkasih Bhakti Luhur, yang didirikan Pastor Janssen, 30 Januari 2004, merupakan wadah sukarelawan dan donatur dari berbagai macam profesi untuk melayani saudara-saudara kurang mampu, cacat, terlantar dan lansia yang berkaitan dengan pelayanan Yayasan Bhakti Luhur. Perkasih itu sesuai ilham karya Vincentius A Paulo tahun 1615.

Perkasih mendukung kelangsungan Yayasan Bhakti Luhur untuk membina lebih dari 400 wisma sosial termasuk 40 pusat rehab, unit terapi, balai latihan kerja, klinik bimbingan, klinik psikologi, penanganan masalah sosial untuk merawat lebih dari 5000 anak dan lansia (menurut data 2012) melalui penanganan lebih dari 700 suster dan bruder ALMA di lebih dari 40 kota se-Indonesia.

Lebih dari 100 orang, termasuk dokter, yang terlibat dalam Perkasih, berterima kasih kepada Pastor Janssen yang mengajarkan mereka melihat kaum papa dan difabel sebagai “Kristus yang tersamar” dan sebagai tuan serta majikan yang harus dilayani dengan tulus.”

Semua yang berada dalam Yayasan Bhakti Luhur, ALMA dan Perkasih melihat Pastor Janssen sebagai “papa kami, pendiri, pembina, pendidik yang baik dan contoh teladan yang pernah Tuhan berikan untuk menjadi bagian dari perjalanan hidup kami.”

Yoseph mengaku sering menerima nasehat dan motivasi dari imam itu yang memintanya harus rendah hati. “Walaupun diolok dan diejek, saya harus tetap tabah dan tidak boleh marah. Kamu direndahkan manusia, Tuhan yang meninggikan’.”Sejak tiga tahun terakhir, Pastor Janssen meminta semua operasi untuk anak-anak, perawat dan suster dari seluruh Indonesia dilakukan di Surabaya dan semua biaya operasi dan transporasi ditanggung Perkasih. “Ternyata, Tuhan selalu sediakan dokter. Dana selalu dicukupkan dan tepat waktu,” tegasnya.

Dan mujizat terus terjadi, tegas Yoseph. “Perkasih tak perlu membayar dokter dan rumah sakit, obat saja, dan setiap tahun yang meninggal hanya tiga sampai empat anak, yang lain sehat dan sembuh.”

Perkasih Surabaya beranggotakan awam yang peduli dan Pro Deo, tanpa pamrih, jelasnya. “Memang tidak mudah, tapi kita punya Tuhan yang sangat peduli terhadap anak-anak-Nya yang tidak berdaya. Amat banyak kasih karunia-Nya. Luar biasa. Puji Tuhan!”

Dengan demikian, Yoseph percaya, masa depan Perkasih tanpa Pastor Janssen tetap baik karena “tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, asalkan kita mengerjakan pekerjaan sangat mulia ini dengan tulus hati dan dengan dukungan ALMA.”

Dijelaskan, Perkasih tidak menghitung jumlah anggota, “tapi kualitas kerja.” Semua pengurus, tegasnya, komit untuk tetap bekerja. “Kalau ada masalah, selalu ada solusinya. Tuhan ikut bekerja membuka jalan. Kami merasakan kasih karunia-Nya terhadap anak-anak. Memang secara kasat mata tidak mungkin, tapi bagi Tuhan semua jadi mungkin, berapa pun dana yang diperlukan dan apa pun penyakitnya, bahkan yang divonis mati oleh dokter menjadi sehat.”

Yoseph tak bisa mengatakan dari mana datangnya uang. “Kuasa Tuhan yang menyediakan dananya, dan selalu tepat waktunya. Ini karya Tuhan, bukan manusia. Banyak mujizat terjadi. Kita hanyalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-Mu, Tuhan.”

Yoseph, yang dulu mengaku bejat, tukang pukul dan tidak beragama, yakin, tanpa kehadiran Pastor Janssen, Perkasih tetap menjadi kelompok basis kasih, “suatu komunitas penuh kasih, bukan kasihan,” seperti agape yang asli, dalam arti bhakti, bekerja dalam persaudaraan kasih. (paul c pati)

Anggota Perkasih Surabaya
Ketua Perkasih Surabaya Yoseph Kuota Kusuma

1 komentar

  1. Saya dulu kuliah di IPI Putri tahun 1991. Kami biasa dipanggil Romo dengan sebutan Putri-puri Sion. Memory itu tak terlupakan. Kami dibina secara disiplin namun penuh kasih. Pada tahun ketiga saya praktek di JlSeruni 4 A,tempatnya Romo. Cinta dan kekaguman pada beliau bertambah. Walau saya tidak selesai menjalankan praktek dan keluar dari IPI namun semua ajaran dan didikan di IPI tertanam hingga kini,dan kami mendidik anak kami berlandaskan pastoral dasar yang telah berurat akar tersebut. Anak saya yang pertama dan kedua pada usia TK A dan yang satunya belum sekolah waktu itu,kami minta agar Romo yang baptis di Seruni. Sebulan sebelum Romo pergi, kami mengontak Suster Vianti Desa ALMA, agar kalau boleh kedua anak kami nomor 3 dan 4 berusia 9 dan 6, dibaptis oleh Romo namun sayang keadaanRomo tidak memungkinkan. Dan akhirnya sampai meninggal kami takbertemu lagi dengan Romo. Terakhir bertemu beliau ketika KK suster Perseveranda Bunga,ALMA,meninggal. Terimakasih pejuang sejati. Berbahagialah di surga,semoga Perkasih tetap mengembangkan sayang untuk merangkul anaka-anak istimewa,seperti teladan Romo.Berkah dalem….

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version