Meski bermandikan lumpur, sekelompok anak muda, pelajar SMA dan mahasiswa dari berbagai latar belakang tetap menanam bakau (mangrove) di pesisir kelurahan Trimulyo, Kecamatan Genuk, Semarang. Mereka masuk ke dalam lumpur sedalam 1 meter untuk menanam 10 ribu bibit bakau. Setelah bibit bakau ditanam, mereka menancapkan potongan bambu kecil sebagai alat untuk melindungi bibit bakau tersebut.
Penanaman bakau tanggal 23 April 2017 itu merupakan salah satu kegiatan “Menyentuh Bumi dengan Hati” yang dilakukan dalam “50 Tahun Gereja Santa Theresia Bongsari” dan “175 Tahun Kongregasi Penyelenggara Ilahi.” Umat Paroki Santo Yusuf Gedangan yang berada di wilayah pesisir itu ikut membantu.
Menurut Ketua Panitia, Natalis Utomo, “Menyentuh Bumi dengan Hati” merupakan kegiatan lanjutan dari tebar benih ikan yang dilakukan tiap tahun di sungai Banjir Kanal Barat Semarang. Tahun ini, “karena keprihatinan yang melanda pesisir dengan berbagai kerusakannya, maka kegiatan yang berusaha untuk merawat bumi dilakukan di pesisir dengan melakukan aksi tanam bakau, di samping kegiatan aksi sosial pasar murah dan pelayanan kesehatan.”
Maka, jelasnya, panitia mendorong anak-anak muda untuk mengerti dan mencintai bumi, salah satunya dengan menanam mangrove, dan “kegiatan itu didukung oleh OMK, mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata, mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo, dan siswa-siswi SMA Kebon Dalem, suster-suster PI, para pemerhati dan pecinta lingkungan hidup serta warga setempat.”
Pastor Agustinus Sarwanto SJ dari Paroki Bongsari mengatakan, “Menyentuh Bumi dengan Hati” berarti hati sadar, pikiran juga sadar ketika kita berinteraksi dengan bumi. “Ada sebuah relasi. Relasi yang saya rasa relasi yang saling tergantung,” kata imam itu.
Seraya berharap pengalaman itu sungguh menyentuh peserta aksi tanam bakau, Pastor Sarwanto bercerita tentang pemanasan global yang menyebabkan kawasan pesisir terancam, garis pantai bergeser ke arah daratan, karena pertambahan volume air laut akibat mencairnya es di kutub bumi. “Semua itu terjadi karena ulah manusia yang serakah. Keserakahan adalah dosa-dosa manusia,” kata imam itu.
Kalau manusia tidak merawat alam, tegas imam itu, manusia sendiri akan terancam, sedangkan bumi bisa menyembuhkan dirinya sendiri, pada suatu hari.
Melihat keterlibatan sekitar 400 OMK dalam acara menanam itu, Pastor Sarwanto berharap “kaum muda akan menemukan pengalaman, dan bumi akan kelihatan baik, apalagi kalau mereka ikut membersihkan sampahnya.”
OMK tiba di lokasi penanaman bakau dengan naik perahu. Sesampai di lokasi, sebelum menanam bakau, mereka membersihkan pantai dari berbagai sampah berserakan, khususnya aneka jenis sampah yang tak mudah diurai seperti aneka jenis plastik, styrofoam, atau pun aneka jenis botol.
Suster Priska PI mengatakan bahwa kongregasinya, Kongregasi Penyelenggaraan Ilahi, yang sedang merayakan 175 tahun, menaruh perhatian yang tinggi terhadap keselamatan bumi, “maka kongregasi PI selama ini juga getol melakukan aksi-aksi perawatan bumi.” Selain terlibat dalam aksi tanam bakau, PI juga melakukan aksi penghijauan di beberapa tempat.(Lukas Awi Tristanto)