Home RENUNGAN Jumat, 09 Desember 2016

Jumat, 09 Desember 2016

0

yohanes

PEKAN ADVEN II (U)
Santo Fransiskus Antonius; Santo Petrus Fourier;
Beato Bernardus Maria Silvestrelli

Bacaan I: Yes. 48:17-19

Mazmur: 1:1-2.3.4.6; R: Yoh. 8:12

Bacaan Injil: Mat. 11:16-19

Yesus berkata kepada orang banyak: ”Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”

Renungan

”Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti” (Yes. 48:18). Janji Allah, yang dengan indah disampaikan Yesaya ini, bersifat partisipatif. Artinya, Allah menghendaki umat aktif menanggapi tawaran kasih-Nya. Atau, ada keterlibatan dari manusia sebagai partner Allah.

Namun, dalam kenyataannya jauh panggang dari api. Umat pilihan tak mengindahkan setiap usaha yang dilakukan Allah untuk menuntun mereka kepada hidup yang berlimpah. Yesus mengkritik sikap apatis ini dengan mengumpamakan diri-Nya dan para nabi bagai peniup seruling yang memainkan musik dan umat bagai orang yang bergeming walau mendengar musik-musik yang dimainkan. Maka, pertanyaannya, apakah manusia sungguh mengharapkan keselamatan? Apakah saya memang merindukan sukacita sejati di dalam Tuhan?

Keselamatan menjadi nyata ketika relasi berjalan harmonis antara Allah dengan manusia. Maka ketika manusia sedingin es, karya kasih berubah menjadi kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Kasih Allah selalu menyiapkan ruang kosong untuk kita. Kehendak baik kita untuk menggamit tangan Allah, dan membiarkan Allah berkarya dan menyalurkan berkat kasih-Nya melalui kita,  merupakan jalan menuju sukacita Ilahi.

Tuhan Yesus yang penuh kasih, ajarlah aku mengasihi-Mu dan jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Amin.

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version