Home RENUNGAN Selasa, 18 Oktober 2016

Selasa, 18 Oktober 2016

0

70-murid

PEKAN BIASA XXIX (M)
Pesta Santo Lukas Pengarang Injil

Bacaan I: 2Tim. 4:10-17b

Mazmur: 145:10-11.12-13ab.17-18; R:12

Bacaan Injil: Luk. 10:1-9

Pada suatu hari Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: ”Tuaian me­mang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.  Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan jangan­­lah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu me­masuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.  Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”

Renungan

Hari ini kita merayakan pesta Santo Lukas pengarang Injil. Dalam Injilnya hari ini, Yesus berfirman: ”… sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala” (Luk. 10:3) Ini bukanlah ayat yang nyaman kedengarannya, dan memang demikianlah kalau kita hendak diutus oleh Allah. Kita harus siap untuk tidak nyaman. Kita harus berjuang, bekerja keras, dan siap untuk ditolak. Bahkan, Yesus memerintahkan kita untuk tidak tergantung pada segala sarana dan prasarana yang kita perlukan untuk pelayanan itu. ”Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut” (Luk. 10:4). Lalu apa yang dapat menjadi kekuatan bagi kita dalam perutusan?

”Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku…” (2Tim. 4:17). Paulus mendapatkan kekuatan dari Tuhan sendiri saat ia dianiaya oleh Aleksander, si tukang tembaga, dan ditinggalkan oleh teman-temannya. Tuhanlah satu-satunya yang menjadi sumber penghiburan dan kekuatan saat menanggung penderitaan bagi Paulus.

Demikianlah dalam hidup kita, tiada sesuatu pun yang dapat menjamin kedamaian kita; persahabatan pun tidak, apalagi harta duniawi. Semuanya bisa datang dan pergi begitu saja.  Tuhanlah yang tidak pernah pergi dari hidup kita.

Ya Tuhan, hanya pada-Mu ada damai, hanya dari-Mu ada sukacita, hanya bersama-Mu hidupku aman dan sejahtera. Janganlah tinggalkan aku sendirian. Amin.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version