Minggu, 04 September 2016

0
2794

Lukas 14 25 33

Pekan Biasa XXIII (H)
Santa Rosa dari Viterbo; Musa, Nabi

Bacaan I: Keb. 9:13-18

Mazmur: 90:3-4.5-6.12-13.14.17; R:1

Bacaan II : Flm. 9b-10.12-17

Bacaan Injil: Luk. 14:25-33

Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: ”Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Renungan

Tidak jarang kita melihat bangunan yang tak selesai dibangun dan dibiarkan oleh pemiliknya. Proyek pembangunan terhenti karena kehabisan dana. Proyek yang tak selesai akan selalu menjadi bahan perguncingan orang dan pemilik bangunan tersebut akan dicibir atau dicemooh. Manusia memang sering terlalu besar keinginan dan nafsu untuk melakukan atau memiliki sesuatu.

Yesus mengingatkan kita lewat kisah Injil hari ini untuk memiliki kebijaksanaan hidup. Hal mengikuti Yesus tidak dapat dibangun dengan keinginan semata tanpa memperhitungkan apakah orang akan mampu, sanggup, dan setia dalam mengikuti Dia. Salah satu kebijaksanaan hidup untuk mengikuti Yesus adalah dengan berani meninggalkan apa yang dipandang sebagai ‘milik pribadi’, yakni hal-hal yang menjadi kelekatan dan ketergantungan; berani menanggung risiko menderita karena pilihan, dan berani memberi kepercayaan kepada Yesus sebagai satu-satunya jaminan dan pegangan hidup. Mereka yang ingin mengikuti Yesus perlu untuk memperhitungkan secara matang, entahkah dia mampu memiliki dan hidup dengan kebijaksanaan itu. Akan tetapi, penulis kitab Kebijaksanaan mengingatkan bahwa kebijaksanan adalah anugerah Allah, diberikan oleh Allah dan ditumbuhkembangkan dalam diri oleh daya dan kekuatan Roh Kudus Allah.

Mampukah kita bersikap bijak terhadap sesama sehingga dengan demikian kita juga mampu menjawab panggilan Tuhan dengan bijaksana?

Ya Tuhan, anugerahkanlah kepadaku kebijaksanaan-Mu agar aku sungguh mengikuti-Nya. Amin.

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here