Home RENUNGAN Sabtu, 04 Juni 2016

Sabtu, 04 Juni 2016

0

the_widows_mites003

PERINGATAN WAJIB: HATI TERSUCI SP MARIA (P)
Santo Fransiskus Caracciolo; Santo Kuirinus;
Beato Yakobus dari Viterbo; Santo Petrus dari Verona

Bacaan I: 2Tim. 4:1-8

Mazmur: 71:8-9. 14-15ab. 16-17. 22; R:15ab

Bacaan Injil: Mrk. 12:38-44

Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: ”Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat. ” Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. ”

Renungan

Yesus mengkritik sikap hidup orang Farisi yang menunjukkan kesalehan hidup untuk dilihat orang. Mereka blusukan ke mana-mana, bukan terutama untuk mengajarkan keutamaan keagamaan, tetapi lebih memamerkan kesalehan pribadi, agar mendapat pujian dan simpatik banyak orang. Mereka menyangka, dengan melakukan demikian, mereka telah melaksanakan perintah Taurat. Yesus amat tidak suka dengan cara hidup demikian. Yesus menghadirkan figur alternatif. Di adalah janda miskin, yang diam-diam menunjukkan sikap keberimanan dengan bersedekah. Sebuah tindakan konkret, yang jauh dari pemberitaan dan tidak semarak untuk dilihat orang. Bahkan orang pun tidak tahu kalau ia baru saja memberi seluruh yang ia miliki sebagai persembahan kepada Tuhan.

Yesus memperingatkan orang banyak untuk hati-hati dengan pola laku mereka yang suka memamerkan kesalehan pribadi. Mereka membungkus borok dalam diri dengan tampilan yang anggun, mentereng dengan dandanan sok suci. Kelihatan mewah secara lahiriah, tetapi miskin jiwanya. Yesus justru memuji si janda miskin. Ia menjalankan kewajiban agama tanpa pamrih. Bahkan ia justru memberi dari kekurangannya. Sebuah tindakan keagamaan tanpa perhitungan, tanpa motivasi popularitas dan tanpa mengharapkan imbalan.

Inilah sikap iman yang autentik. Kadang kala dalam hidup ini, kita sering terjebak dalam sikap hidup sok pamer agar dilihat dan dianggap keren. Sikap ini bukan saja berkaitan dengan kegemerlapan duniawi, tetapi juga merasuki karya karitatif dan pelayanan rohaniah. Bisa jadi pelayanan kita disisipi motivasi tersembunyi, agar dianggap hebat, gaul, dan penuh pengorbanan. Pada titik ini kita terjebak dalam sikap iman kosmetik, agar terlihat keren, tetapi cepat pudar dan tidak bertahan dalam arus pergumulan iman.

Ya Tuhan, karuniakanlah aku rahmat Roh Kudus-Mu, agar aku semakin rendah hati dan tidak menunjukkan kesombongan iman. Amin.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version