Home NUSANTARA Mgr Suharyo: Kasih Allah tetap dirasakan dalam mengamalkan Pancasila

Mgr Suharyo: Kasih Allah tetap dirasakan dalam mengamalkan Pancasila

0

DSCN3040

Banyak orang mungkin menganggap salib dalam kehidupan setiap hari sebagai suatu yang menakutkan. Namun sesungguhnya, salib itu melambangkan kasih dan pengorbanan. Bagi seluruh umat Kristiani, salib merupakan tanda kasih Allah tanpa batas kepada manusia. Dan setelah Yesus bangkit, Dia tetap masih menyertai manusia, karena kasih itu dirasakan melalui tanda-tanda pengalaman hidup manusia di atas dunia ini.

Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo mengatakan hal itu dalam homili Misa Pontifikal Paskah di Katedral Jakarta, yang dihadiri ribuan umat Katolik dari berbagai paroki di Keuskupan Agung Jakarta, tanggal 27 Maret 2016. Vikjen KAJ, Pastor Samuel Pangestu, Kepala Paroki Katedral Pastor Stephanus Bratakartana SJ dan dua imam lain menjadi konselebran Misa itu.

“Hari ini adalah Paskah. Umat Katolik seluruh dunia merayakan Yesus bangkit dari kubur-Nya. Perayaan ini juga menjadi bukti bahwa Yesus yang bangkit itu tetap menyertai perjalanan perziarahan umat manusia,”’ kata Mgr Suharyo.

Dalam Pesan Paskah 2016, yang disampaikan kepada para wartawan media cetak dan elektronik di pelataran Wisma Keuskupan Jakarta, Mgr Suharyo menegaskan bahwa selama lima tahun mendatang,  atau hingga tahun 2020, seluruh umat Katolik akan merenungkan tema “Mengamalkan Pancasila”.

Dalam ibadat malam Paskah, jelas uskup agung itu, telah dibacakan peristiwa umat Allah Perjanjian Lama yang keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah perjanjian. “Kisah yang menunjukkan kasih Allah kepada seluruh umat saat itu merupakan ‘ingatan bersama’ umat Perjanjian Lama, karena Allah sungguh menyertai mereka. Kisah ini diceritakan turun-temurun supaya menjadi ‘ingatan bersama’ bahwa Allah sungguh mencintai mereka,” jelas Mgr Suharyo.

Allah yang Mahakasih membebaskan mereka dari segala penderitaan. Uskup Suharyo mengaitkan pengalaman Musa dan umat-Nya sama seperti yang dialami bangsa Indonesia. “Tahun 1908 (Kebangkitan Nasional), tahun 1928 (Sumpah Pemuda) dan Proklamasi 17 Agustus 1945, adalah tiga peristiwa penting bangsa Indonesia yang sejatinya menjadi ‘ingatan bersama’ ketika bangsa menghadapi persoalan yang terus-menerus ini.”

Tiga peristiwa penting itu, lanjut Mgr Suharyo, menjadi ingatan bersama seluruh rakyat. “Dalam Proklamasi RI ada preambul yang memuat tentang rumusan Pancasila yang harus diamalkan dalam kehidupan setiap hari. Harapannya agar peristiwa-peristiwa penting tadi (Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda dan Proklamasi) menjadi spirit dalam membangun bangsa yang lebih beradab.”

Dalam kaitan dengan Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah, tegas Uskup Agung Jakarta itu, seluruh umat Katolik sebagai bagian dari bangsa Indonesia akan mengamalkan Pancasila. “Banyak hal akan dan terus dilaksanakan dalam rangka membuat umat semakin menghayati kehidupan berbangsa yang lebih baik, dan Vikjen KAJ bersama tim telah merumuskan hal-hal yang akan dilakukan dalam mengusung tema selama lima tahun yang akan datang, agar umat Katolik semakin menyadari bahwa pengalaman manusia tak lepas dari kasih Allah yang Maharahim,” kata Mgr Suharyo. (Konradus R Mangu)

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version