Home KEGEREJAAN Umat diajak bergerak bersama memberi rasa asin, menjadi cahaya di kegelapan

Umat diajak bergerak bersama memberi rasa asin, menjadi cahaya di kegelapan

0

Administrator-KAS-RD.-F.X.-Sukendar-Wignyosumarta-843x340

“Sebagai umat Allah KAS, mari kita bergerak bersama agar sebagai garam tetap mampu memberikan rasa asin, meskipun harus melarutkan diri dan tidak kelihatan dalam kehidupan bersama. Dan sebagai terang mampu menjadi cahaya di tengah kegelapan.”

Itulah kalimat terakhir Surat Gembala Prapaskah 2016 bertema “Diutus menjadi garam dan terang bagi masyarakat” dari Administrator Keuskupan Agung Semarang (KAS) Pastor Sukendar Wignyosumarta Pr yang dibacakan di semua gereja dan kapel keuskupan agung itu, 6-7 Februari 2016.

Umat KAS diingatkan bahwa kini KAS memiliki Arah Dasar (Ardas) ketujuh untuk periode 2016-2020. Dalam semangat Ardas baru itu, “kita ingin menapaki peziarahan iman, dengan bergotong royong memperjuangkan Peradaban Kasih melalui hidup bersama yang sejahtera, bermartabat dan beriman, sebagaimana dicita-citakan dalam Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016-2035.”

Dijelaskan juga bahwa umat KAS hidup bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga diutus hadir dan tinggal bersama warga masyarakat. “Secara istimewa pada Tahun Yubileum Kerahiman Allah ini, kita diutus menampilkan Wajah Kerahiman Allah. Dia sungguh baik, peduli dan penuh kasih,” tulis administrator KAS itu.

Berkaca dari ketakutan, ketidaksiapan, dan perasaan tidak pantas Nabi Yesaya untuk mengemban perutusan hidup di tengah suasana muram, namun akhirnya dengan penuh iman berkata: “Inilah aku, utuslah aku!” (Yes 6:8), serta dari perasaan Simon yang merasa lemah dan tak layak bahkan menjawab “Tuhan, pergilah dari padaku sebab aku ini orang berdosa” (Luk 5:8), pastor itu menegaskan, “Kadang kita pun merasa tidak pantas untuk mengemban tugas perutusan.”

Justru dalam pengakuan akan kelemahan dan keterbatasan, lanjut imam itu, kita merasakan kekuatan Allah yang berkarya. “Seperti nabi Yesaya yang tinggal di tengah bangsa yang suram, kita juga tinggal di tengah-tengah bangsa yang masih diwarnai oleh kesuraman karena berbagai masalah, antara lain pemaksaan kehendak dan kekerasan, pengrusakan alam, dan korupsi serta lemahnya penegakan hukum. Dalam situasi seperti itu Yesus menghendaki kita bertolak ke tempat yang dalam (Luk 5:4), agar hidup semakin bermak­na dan berbuah,” tulis imam itu.

Umat Katolik pun disadarkan akan hakikat mereka sebagai  garam dan terang dunia (Mat 5:13-14). Sabda Yesus kepada para murid itu yang dijadikan tema Aksi Puasa Pembangunan 2016 di KAS yakni “Akulah garam dan terang dunia.”

Tema itu menyadarkan jati-diri umat Katolik sebagai murid Yesus yang siap diutus untuk menaburkan garam kebaikan di tengah masyarakat, sehingga kehidupan bersama tidak terasa hambar, dan untuk membawa terang sehingga memungkinkan setiap orang menemukan kebenaran dan jalan keselamatan. Maka, seperti Simon dan Yesaya, imam itu berharap agar umat di KAS berani menanggapi panggilan Yesus dengan memberikan jawaban: “Inilah aku; utuslah aku menjadi garam dan terang dunia”.

Imam itu yakin, panggilan dan perutusan sebagai garam dan terang dunia akan semakin meman­tap­kan iman. “Dengan iman yang mantap itu kita memberi kesaksian melalui keteladanan dan perbuatan yang berkenan kepada Allah serta berguna bagi masyarakat. Gagasan Romo Albertus Soegijapranata SJ tentang lingkungan, sewaktu masih berkarya di Bintaran pada tahun 1934, mendorong umat Katolik untuk hadir dan terlibat dalam kehidupan bermasya­rakat,” jelas imam itu.

“Alangkah baiknya kalau dalam setiap wilayah pemukiman terdapat ‘seorang pribumi yang bersemangat’ yang dapat mengumpulkan orang-orang Katolik, supaya orang Katolik tidak ‘berkedudukan’ di luar lingkungan hidup mereka  (berkumpul pada hari Minggu di gedung gereja), melainkan supaya orang Katolik tinggal di tengah-tengah masyarakat, sebagai orang beriman menjadi satu dengan hidup sosial,” kata imam itu mengutip Pastor Soegija.

Pemikiran itulah yang kemudian melahirkan sistem lingkungan dalam tata penggembalaan umat di paroki-paroki dan sangat khas di Jawa, jelas imam itu seraya menjelaskan bahwa sistem lingkungan bukan semata-mata sistem administrasi, melainkan sebagai sarana keterlibatan sosial, supaya iman kristiani benar-benar berakar di masyarakat. “Melalui karya nyata dalam keterlibatan sosial di tengah masyarakat, kita mengemban tugas perutusan sebagai garam dan terang dunia.”

Pastor Sukendar juga mengajak umat meningkatkan aneka karya karitatif dan pemberdayaan bagi umat dan masyarakat. “Tindakan nyata membangun budaya transparansi dan akuntabilitas sebagai upaya melawan tindak korupsi, tentu sangat bermanfaat. Budaya memilah dan meletakkan sampah pada tempatnya, membuat sumur resapan, dan memanfaatkan air hujan merupakan sarana kepedulian terhadap lingkungan hidup dan kelestariannya. Hal ini merupakan tindakan bijaksana yang perlu terus dikembangkan. Selain itu, dengan rendah hati, kita mau belajar pada komunitas lain yang mempunyai kepedulian dan bertindak secara nyata demi kebaikan bersama (bonum commune).”

 

Dijelaskan bahwa UU RI Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mendorong umat KAS ikut membangun dan mengembangkan desa dengan cara masing-masing. Pasal 18 UU itu menegaskan, “kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang Penyeleng­garaan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa, Pem­bi­naan Kemasya­ra­katan Desa, dan Pemberdayaan Masyara­kat Desa. Dengan memahami dan mendalami yang tertuang dalam UU itu, serta dalam semangat kerjasama yang sinergis dengan berbagai pihak, Pengurus Dewan Paroki bersama umat Katolik dapat mengambil bagian dalam salah satu bidang itu guna mewujudkan diri sebagai garam dan terang di tengah masyarakat,” tulis imam itu.

 

Imam itu yakin, usaha kecil dan sederhana yang telah dilakukan menjadi cahaya dalam kehi­dupan yang masih diliputi kesuraman. “Kita terus berdoa agar umat Allah KAS, dalam terang Rencana Induk Keuskupan 2016-2035 dan semangat ARDAS KAS 2016-2020, semakin meneguh­­kan peran sebagai garam dan terang dunia,” kata Pastor Sukendar seraya mengutip perkataan Kardinal Darmajuwana: “Tidak ada tenaga yang tidak berguna meski kecil sekalipun, asal mau. Meski kita lemah namun Tuhan memberi kekuatan. Tuhan memilih yang lemah untuk memberi hikmah kepada yang kuat”. (pcp)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version