Home SOSIAL Mayoritas kaum difabel tidak bisa urus BJPS, maka perlu kebijakan khusus

Mayoritas kaum difabel tidak bisa urus BJPS, maka perlu kebijakan khusus

0

bertemu presiden jokowi

Setelah berhasil mendirikan Bank Sampah Flores (BSF) yang memberdayakan orang kecil, Susilowati Koopman, yang akrab disapa Bu Susi, berjuang untuk perlindungan dan hak-hak kaum difabel (cacat fisik dan cacat mental).

Untuk perjuangan itu, Susi bersama Fransiskus Saverius, yang akrab dipanggil Saver, tak segan-segan menyurati dan bertemu Presiden Jokowi di Kupang saat Perayaan Natal Bersama Nasional di Kupang di akhir Desember 2015. Saver adalah seorang cacat yang bekerja sebagai sekretaris Bank Sampah Flores (BSF).

Susi mengatakan kepada PEN@ Katolik di Kantor Bank Sampah Flores Lokaria Maumere, 24 Januari 2016, bahwa isu yang mereka bawa kepada Presiden Jokowi adalah soal BPJS untuk kaum difabel. “Mayoritas kaum difabel tidak memiliki kartu keluarga dan KTP dan tidak bisa mengurus kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Kalau mereka sakit tidak ada yang bisa membantu, jadi harus ada kebijakan khusus dari pemerintah,” kata Susi.

Undang-undang tentang perlindungan dan hak difabel yang mengisyaratkan satu persen difabel dipekerjakan di pemerintahan maupun non-pemerintahan, kata Susi, merupakan pintu masuk bagi difabel produktif mandiri yang masih bisa bekerja untuk mengasah skill lewat pelatihan dan magang. “Hanya peluang kerja bisa memberi pendapatan dan perubahan kehidupan ekonomi mereka. Mereka tidak butuh dikasihani tetapi diberikan kesempatan kerja,” kata Susi.

Susi juga mengamati bahwa fasilitas publik yang ramah bagi difabel seperti gereja dan tempat lainnya belum diperhatikan pemerintah. “Mereka juga tidak diterima di sekolah umum, padahal mereka adalah warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama,” lanjutnya.

Pendiri Yayasan Anak Cucu Sejahtera (YACS) yang berpusat di Maumere mengatakan bahwa pemberdayaan kaum difabel yang dilakukan yayasan itu adalah dengan memberi kesempatan kerja. “Strateginya adalah pengetahuan. Implementasi dari pengetahuan yang diberikan berupa pembuatan terapi dari batu, beternak, pembibitan bakau, sorgun dan daun kelor,” jelasnya.

Sekarang ini, para difabel di Bank Sampah Flores sedang berlatih membuat anggur dari buah mangga lokal.  Yoga asal Yogyakarta sedang melatih mereka lewat program Merajut Nusantara dari Group Rainbow Family. “Bahan bakunya mangga lokal yang berlimpah. Dengan menghasilkan anggur ini, pendapatan bagi para difabel bertambah,” kata Susi.(Yuven Fernandez)

Foto: Direktris Bank Sampah Flores Susilowati Koopman dan Sekretaris Saver, penyandang cacat, saat bertemu Presiden Jokowi di Kupang tanggal 27 Desember 2015

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version