Jika murid-murid Yesus dipanggil untuk mewartakan kebaikan Allah demikian juga seluruh umat Katolik terpanggil untuk selalu menampakkan wajah Allah di tengah-tengah dunia. Caranya, setiap umat Katolik mewartakan dengan perilaku hidup dan tutur kata yang baik, serta memancarkan kasih di tengah pergaulan dunia yang semakin berat tantangannya. Menampakkan wajah Allah juga tercermin dari sikap hidup dengan melewati Sakramen Tobat, adorasi, rekoleksi dan amal kasih.
Demikian homili Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo dalam misa Pembukaan Tahun Luar Biasa Kerahiman yang berlangsung di Gereja Katedral, Jakarta, 7 Desember 2015. Misa konselebrasi yang dihadiri ribuan umat dari berbagai paroki di KAJ itu dipimpin Uskup Agung Jakarta dengan puluhan imam yang bertugas di KAJ sebagai konselebran.
Mengawali homili, Suharyo mengatakan bahwa dalam sejarah keselamatan Allah dan peristiwa hidup yang dilewati manusia hingga peristiwa Maria Mendapat Kabar Gembira dari Malaikat Gabriel, sosok Bunda Maria adalah pintu Kerahiman Allah. Dalam Kitab Kejadian, manusia jatuh dalam dosa. Meskipun demikian, Tuhan tidak membiarkan manusia terus jatuh dalam ‘kubangan’ dosa, namun tetap menampakkan kasih-Nya.
Allah yang maha kasih itu, lanjut Mgr Suharyo, menjanjikan seorang Juru Selamat untuk umat manusia, yang akan menebus dosa seluruh umat manusia. Peristiwa Maria Dikandung Tanpa Noda, menurut Mgr Suharyo, sesungguhnya merupakan bukti bahwa Allah menyiapkan rahim seorang wanita desa, yakni Bunda Maria, untuk mewujudkan karya Keselamatan Umat bagi manusia.
Bagaimana mewujudkan Kerahiman Allah? Uskup agung menjawabnya dengan mengajak seluruh umat Katolik terlibat dalam mengisi Tahun Yubileum Luar Biasa Kerahiman Allah yang telah dibuka oleh Bapa Suci Paus Fransiskus pada Hari Raya Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda, 8 Desember 2015, yang akan akan ditutup pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, 20 November 2016.
Tulisan-tulisan itu selaras dengan ArDas 2016-2010 Gereja KAJ yang bercita-cita “menjadi pembawa sukacita injili, mewujudkan Kerajaan Allah yang Maharahim dengan mengamalkan Pancasila demi keselamatan manusia dan keutuhan ciptaan.” Tema besar yang akan terus dikumandangkan di KAJ selama lima tahun adalah” Amalkan Pancasila, sedangkan tahun 2016 bertema “Kerahiman Allah Memerdekakan.”
Tujuannya, menurut Panduan umum Tahun Yubileum Kerahiman Allah KAJ adalah “mendorong seluruh umat Allah untuk hidup dalam semangat rekonsiliasi dan pertobatan, memperbaiki cara hidup yang tidak selaras dengan spiritualitas inkarnasi Yesus Kristus dan semangat gembala baik dan murah hati sebagaimana Bapa Murah Hati, dan meningkatkan hidup doa, laku tapa dan amal kasih (melakukan nilai-nilai luhur Pancasila).”
Wujud kegiatan yang akan dilakukan umat, kata Mgr Suharyo, adalah melakukan Sakramen Tobat bukan hanya menjelang Natal dan Paskah tapi juga di luar waktu-waktu itu. Uskup mengajak umat melakukan adorasi, rekoleksi serta amal kasih, yakni memberikan perhatian terhadap kelompok umat yang terpinggirkan, lemah, miskin dan tak berdaya.
Gerakan yang akan menjadi fokus Tahun Kerahiman Allah 2016, menurut panduan itu, meliputi dua bidang: ungkapan iman berupa gerakan pendalaman spiritualitas atau hidup rohani melalui kegiatan-kegiatan liturgi dan katekese, dan perwujudan iman dalam bentuk pelaksanaan nilai-nilai luhur Pancasila melalui gerakan amal kasih secara nyata.
Selama Tahun Kerahiman, seluruh gereja Katolik di Jakarta wajib memajang dua tulisan di gereja masing-masing. Yang pertama: “Gerakan Rohani Yubileum Kerahiman Allah (Sakramen Tobat, adorasi, rekoleksi, novena, ziarah, amal kasih)” dan tulisan kedua: “Kerahiman Allah Memerdekakan; Amalkan Pancasila.”
Umat Katolik diminta melakukan ajakan yang tertuang dalam gerakan rohani itu di tingkat paroki, lingkungan, wilayah masing-masing. Panitia dari KAJ sudah menyiapkan bahan (materi) itu. Untuk ziarah, umat di KAJ wajib mengunjungi Katedral Jakarta dan gereja-gereja lain yang membutuhkan dukungan doa dan bisa juga materi, agar kerinduan untuk selalu bersama dalam berkomunitas selalu dilindungi dan diberkati.
Semua paroki di KAJ daat menjadi tempat ziarah, tulis panduan itu. Namun, selain Gereja Katedral, gereja-gereja lain yang hendaknya diutamakan sebagai tempat ziarah adalah gereja yang disebut dalam panduan itu sebagai paroki yang sedang “berjuang” yakni Salib Suci Cilincing, Ibu Teresa Cikarang, Ratu Rosari Jagakarsa, Leo Agung Jatibening, Damai Kampung Duri, Kalvari Lubang Biaya, Santa Klara Bekasi Utara dan Santa Benadet Ciledug. Tempat ziarah lain yang juga disebut adalah Susteran Gembala Baik Jatinegara, Wisma Samadi Klender, dan kapel-kapel di Jakarta.
Panduan itu juga mengusulkan tema-tema refleksi atau sarasehan atau sharing iman yakni “Mengalami Belas Kasih Allah yang Maharahim dalam …” Dunia Kerja (Februari), Relasi Suami-Istri (Maret), Hidup Membiara (April), Pengabdian Guru (Mei), Lingkungan Hidup (Juni), Karya Penggerak Sosial Politik (Juli), Orang Muda Katolik (Agustus), Anak Sekolah (September) dan Menjalani Usia Emas atau Lansia (Oktober). Namun, lanjut pedoman itu, secara kreatif bisa dipikirkan sesuatu gerakan rohani yang dilakukan secara serentak di lingkungan, komunitas, sekolah tanpa perlu memakan biaya, misalnya Doa Rosario untuk Bangsa.” (Konradus R Mangu/pcp)