Home RENUNGAN Sabtu, 5 September 2015

Sabtu, 5 September 2015

0

5-Sept-KWI-R-702x336

PEKAN BIASA XXII (H)

Beata Teresa dari Kalkuta; Santo Laurensius Glustiniani

Bacaan I: Kol. 1:21-23

Mazmur: 54:3-4.6.8; R:6a

Bacaan Injil: Luk. 6:1-5

Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus ber­jalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata: ”Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Lalu Yesus menjawab mereka: ”Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?” Kata Yesus lagi kepada mereka: ”Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

Renungan

Peraturan Allah (termasuk tentang Sabat) selalu dibuat untuk kebaikan manusia, bukan untuk memberi beban. Sebagai contoh, Allah tidak menghukum Daud dan para pengikutnya yang memakan roti sajian saat mereka kelaparan, padahal roti sajian itu hanya boleh dimakan oleh imam dan keluarganya. Hal ini berlaku pula untuk peraturan-peraturan lainnya, termasuk peraturan Sabat. Sabat mengingatkan umat Allah akan pentingnya beristirahat (karena kekuatan manusia terbatas). Sabat juga merupakan kesempatan bagi umat Allah untuk menikmati dan bersyukur atas berkat yang telah Allah berikan.

Tuhan Yesus memberi arti baru terhadap kewajiban merayakan Sabat. Bagi Tuhan Yesus, Sabat tidak meniadakan kewajiban bagi umat Allah untuk berbuat baik. Oleh karena itu, Tuhan Yesus membela murid-murid-Nya yang memetik dan memakan bulir gandum. Bahkan lebih jauh lagi, bagi Tuhan Yesus, pelayanan penyembuhan tetap boleh dilakukan pada hari Sabat.

Banyak orang kerap menjadikan aturan agama sebagai di atas segala-galanya, namun kerap melupakan ajaran cinta kasih yang menjadi ajaran Yesus sendiri. Kita kerap jatuh pada kekakuan aturan-aturan dalam agama, namun melupakan bahwa di sekitar kita ada banyak orang yang membutuhkan pertolongan mendesak.

Ya Bapa, ampunilah aku bila hanya sibuk menjalankan aturan agama, namun kurang peka terhadap kebutuhan sesama. Amin.

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version