Ketika masih bersekolah di Sekolah Guru Santo Yusuf di Ambarawa, Jawa Tengah, dua atau tiga kali seminggu Mgr Julianus Kema Sunarka SJ datang dan berdoa di Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA). Ternyata, demikian pengakuan Uskup Purwokerto, panggilannya menjadi imam bermula saat itu.
Mgr Sunarka turut hadir dalam Misa Pemberkatan Patung Maria Assumpta di kompleks GMKA pada HUT GMKA ke-61, yang bersamaan dengan Hari Raya Maria Diangkat ke Surga, tanggal 15 Mei 2015. Dalam homili, uskup itu menegaskan bahwa peristiwa pemberkatan patung itu merupakan “suatu peristiwa, peristiwa kerendahan hati Bunda Maria yang menarik orang-orang.”
Mgr Sunarka berkisah bahwa dia terlibat dalam pembangunan GMKA bersama siswa-siswi lain. “Kami bersama-sama mengangkut batu-batu kali untuk disusun menjadi gua. Siswa-siswa putera di sungai memungut batu, sedangkan siswa-siswa puteri di atas mengangkut batu-batu secara estafet,” cerita Mgr Sunarka menggambarkan suasana gotong royong membangun gua itu.
Ketika kebimbangan mengganggu panggilannya untuk menjadi imam, Mgr Sunarka memohon kepada Bunda Maria supaya selalu membimbingnya, dan kerendahan hati Bunda Maria ‘menarik’ dia kembali, kata Mgr Sunarka.
Kerendahan hati Maria tergambar dalam tujuh duka yang dialami Maria, seperti terlukis di bahwa kaki patung itu. “Dengan rendah hati Maria menerima berbagai hal yang kurang menyenangkan. Hal itu yang layak diteladani,” kata Uskup Purwokerto.
Menurut Mgr Sunarka, waktu GMKA diberkati tanggal 15 Mei 1954, umat yang hadir hanya sekitar 100 orang, namun pemberkatan Patung Maria Assumpta di ujung kompleks tempat parkir GMKA itu dihadiri lebih dari 7.500 orang. Menurut informasi dari panitia, buku acara dengan jumlah sebanyak itu habis, namun banyak umat tidak mendapat buku.
Untuk memberkati patung setinggi 42 meter dari pondasi itu, Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta menaiki crane yang mengangkatnya ke atas untuk bisa memerciki patung itu dari ketinggian. Lukisan sapta duka Bunda Maria yang berada di bawah patung itu juga diberkati.
Mgr Pujasumarta mengatakan, kasih Allah dipancarkan melalui Kristus seperti matahari “yang diterbitkan oleh Bapa di surga bagi orang jahat dan orang baik dan Maria seperti bulan menjadi pantulan kasih Allah bersinar juga bagi orang jahat agar bertobat dan menjadi baik, dan bagi orang baik agar semakin baik.”
Mgr Pujasumarta menceritakan bahwa seminggu sebelum pemberkatan patung itu dia berjumpa dengan Kyai Budi Harjono dalam silaturahmi pengurus GMKA dengan tokoh masyarakat. Waktu itu dia membaca puisi “Kugandeng tanganmu” karya Kyai Budi dalam buku puisi Pusaran Cinta. Puisi itu dibaca seraya menggandeng tangan Sang Kyai.
Prosesi lilin kemudian mengarak patung Bunda Maria yang lebih kecil dari kompleks parkiran menuju area gua. Ribuan lilin bagaikan kunang-kunang berkedip-kedip menghiasi kegelapan malam. Para peziarah berjalan pelan seraya mendasarkan doa Rosario.
Dalam homilinya, Mgr Sunarka mengingatkan bahwa Indonesia akan tenteram damai dan sejahetera, kalau rakyatnya rukun. “Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah” (Rukun membuat sentosa, bertengkar membuat bubar), kata Uskup Purwokerto itu.
Ketua Tim Pengelola GMKA, RC Yunarto Kristantoro mengatakan, patung Maria Assumpta merupakan ikon GMKA. “Setelah ada patung tersebut, umat menjadi semakin banyak yang pergi ke Kerep,” katanya.
Patung Maria Assumpta itu merupakan persembanhan dari tiga bersaudara yang berprofesi sebagai pematung yakni RBA Koentjoro Budi Pranoto, RA Nugroho Adi Prabowo dan RA Hartanto Agung Yuwono.
Nugroho Adi menjelaskan, dia terinspirasi oleh pengabdian Bunda Maria kepada Allah melalui kesediaan dirinya menjadi Bunda Allah dalam fiatnya: “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”
Menurutnya, proses pembuatan dan pemasangan patung itu terkendala oleh cuaca, hujan, petir dan angin yang kurang mendukung. “Tetapi kami selalu percaya bahwa Tuhan selalu menyelenggarakan, dan doa Bunda Maria selalu menyertai kami. Harapan kami agar pemberkatan patung Maria Assumpta ini menjadi berkat dan rahmat bagi banyak orang,” katanya.(Lukas Awi Tristanto)