Selasa, 25 Agustus 2015

0
2839

25-Agsts-KWI-R-702x336

PEKAN  BIASA XXI 

HUT Kongregasi CMM – Pekan Biasa XXI  (H)

Peringatan Wajib Santo Ludowikus; Santo Yosef dr Calasanz;

Beata Maria dari Yesus Tersalib

Bacaan I: 1Tes. 2:1-8

Mazmur: 139:1-6; R:1a

Bacaan Injil: Mat. 23:23-26

Pada suatu hari, Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi: ”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.”

Renungan

Ada cukup banyak orang terlibat dalam pewartaan Injil. Namun, tak semuanya merasul dengan hati tulus, ada juga dengan pamrih demi keuntungan material. Sebab, ada yang berpikir, lebih mudah ”menjual” Sabda Tuhan daripada kerja fisik. Bahkan ada yang menyindir, kalau mau cepat kaya, jadilah penginjil di hotel-hotel.

Kita perlu belajar dari Rasul Paulus hari ini. Paulus mewartakan Injil tanpa pamrih, tanpa minta imbalan dan tanpa perlindungan. Ia bahkan mencukupi kebutuhannya sendiri dengan kerja tangan, menjadi tukang kemah. Ia menghadapi banyak tantangan, kesulitan, penderitaan dan penganiayaan, tapi ia tetap mewartakan Kristus. Kuasa Rohlah yang mendorongnya sanggup berbuat demikian.

Sebenarnya, jika kita merasul dengan pamrih, kita menutup ”pintu surga”. Kerajaan Allah tidak berkembang. Cahaya Injil tidak bernyala. Waktulah yang akan membuktikan pewartaan kita itu berdasarkan kuasa Roh atau keuntungan pribadi. Bila demi keuntungan material, banyak aturan kita buat sendiri dengan mulut manis dan tipu daya. Lalu agama menjadi objek kerja dan hidup umat pasti akan lesu. Tanpa kuasa dari atas, pelayanan kita bisa menjadi ladang bisnis. Dan itu bisa membuat kita hidup munafik seperti ahli Taurat dan orang Farisi. Tentu kita tak mau hidup seperti ini.

Ya Tuhan, sadarkanlah aku untuk melayani dengan tulus dan tidak menghitung-hitung untung rugi. Amin.

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here