Home RENUNGAN Selasa, 21 Juli 2015

Selasa, 21 Juli 2015

0

21-Juli-KWI-R-702x336

PEKAN BIASA XVI (H)

Santa Agnes; Santo Augurius dan Eulogius; Sanato Laurensius dari Brindisi

Bacaan I: Kel. 14:21–15:1

Mazmur: Kel. 15:8-9.10.12.17; R:1

Bacaan Injil: Mat. 12:46-50

Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan ber­usaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: ”Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: ”Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: ”Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

Renungan

Dalam satu dasawarsa belakangan ini, KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) menjadi sebuah istilah yang familiar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Selain menjadi ajakan dan awasan untuk membangun cinta kasih dan relasi harmonis di tengah keluarga, term ini juga menggambarkan sebuah perkembangan yang tidak mengenakkan dalam kehidupan keluarga. Dalamnya diungkapkan dan diakui bahwa keluarga dewasa ini, bukan hanya merupakan tempat hunian yang baik dan kondusif bagi setiap warganya, melainkan juga merupakan rumah bagi bertumbuhnya tindakan kekerasan dan sikap tidak manusiawi.  Di tengah keluarga, muncul juga kasus-kasus seperti incest, pembunuhan orang tua, kekerasan seksual, dan lain sebagainya. Kasus-kasus itu menuntut kita untuk sekali lagi melihat  dan memahami makna keluarga dalam kehidupan kita.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memberikan suatu definisi baru tentang keluarga. Keluarga bukan cuma sekadar kumpulan orang yang memiliki ikatan darah dan ikatan perkawinan, melainkan jauh lebih luas merupakan persekutuan orang-orang yang melakukan kehendak Allah. Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku. Penegasan ini berarti, keluarga bukanlah persekutuan biasa tempat orang berkumpul atas namanya sendiri, atau atas dasar kepentingan manusia semata. Melainkan lebih mendalam, keluarga adalah persekutuan atas nama Allah yang memiliki tugas untuk mewujudkan dan melaksanakan kehendak Allah, dan menjadi tempat bertumbuh mekarnya nilai-nilai Injili di tengah dunia.  Dengan kata lain, keluarga adalah persekutuan doa dan persekutuan cinta kasih Kristiani. Sudahkah keluarga kita bersekutu dalam doa dan cinta kasih? Mudah-mudahan doa bersama dalam keluarga tidak kita lupakan karena kesibukan dan tuntutan kerja kita yang semakin padat.

Tuhan, ampuni aku bila sering kali tidak memberi tempat bagi-Mu di tengah keluargaku, dan kuatkan aku agar mulai hari ini, aku lebih ingin berkumpul atas nama-Mu dalam rumah keluargaku. Amin.

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version