Home RENUNGAN Sabtu, 18 Juli 2015

Sabtu, 18 Juli 2015

0

18-Juli-KWI-R-702x336

PEKAN BIASA XV (H)

Santo Frederik dari Utrecht; Santo Simforosa dan Putra-putranya

Bacaan I: Kel. 12:37-42

Mazmur: Mzm 136:1.23-24.10-12.13-15

Bacaan Injil: Mat. 12:14-21

Sekali peristiwa keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk mem­bunuh Yesus. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ”Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”

Renungan

”Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya,”  demikianlah semangat hidup Yesus ketika Ia hadir dan tinggal di antara kita dan melakukan banyak mukjizat. Kita dipanggil Yesus untuk menghayati semangat yang sama. Kehadiran kita bagi orang lain hendaknya mendatangkan kekuatan dan peneguhan bagi mereka yang putus asa dan membangkitkan semangat hidup bagi hati yang sedih, lesu, terpuruk dan berbeban berat.

Di sekitar kita ada banyak orang mengalami penderitaan, kemiskinan, dan kemelaratan yang mengharapkan pertolongan. Kita mesti menolong mereka, tanpa pamrih,  bukan hanya agar mereka bisa keluar dari penderitaan dan kemelaratan mereka, tetapi terutama agar mereka menjadi sembuh, dan sanggup melihat kebesaran kuasa kasih Allah dalam hidup pribadinya dan dalam diri sesamanya.

Kata orang bijak: Hati yang tulus memberi, tak akan gelisah jika tak ada yang membalas jasanya. Dan hati yang tulus memberi tak akan bersedih jika niat baiknya justru dianggap buruk oleh orang lain. Inilah mukjizat yang lahir dari ketulusan untuk mengulurkan tangan bagi sesama kita. Bersediakah kita mengulurkan tangan kita untuk berbagi kasih dan menjadi berkat bagi sesama?

Tuhan, beri aku kesanggupan untuk mengulurkan tangan kepada sesamaku yang menderita dan berkekurangan, dan semoga kehadiranku menjadi penyalur berkat-Mu bagi sesamaku. Amin.

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version