Pen@ Katolik

Minggu, 21 Juni 2015

21-Juni-KWI-R-702x336

PEKAN BIASA XII (H)
Peringatan Wajib Santo Aloysius Gonzaga

Bacaan I: Ayb. 38:1.8-11

Mazmur: 107:23-24.25-26.28-29.30-31; R: 1b

Bacaan II: 2Kor. 5:14-17

Bacaan Injil: Mrk. 4:35-40

Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ”Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: ”Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ”Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”

Renungan

Dalam bacaan pertama, Yahweh menantang Ayub dengan pertanyaan-pertanyaan guna menunjukkan kekuasaan-Nya yang dilecehkan oleh Ayub. Ayub telah menuduh Allah telah bertindak tidak adil karena menghukum dirinya yang tidak bersalah. ”Kalau saya bersalah, tunjukkan kesalahanku,” gumam Ayub. Dengan sabar Yahweh mendengar tuduhan-tuduhan Ayub. Tetapi akhirnya Yahweh menarik Ayub keluar dari gambarannya yang sempit tentang Allah dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang mahabesar. Ayub akhirnya menarik kembali tuduhan-tuduhannya dan mengakui kehebatan kekuasaan Allah itu.

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita juga menuduh Allah telah bertindak adil terutama ketika kita mengalami malapetaka, bencana, atau kemalangan. Dalam situasi-situasi seperti itu kita tergoda menuduh Allah telah bertindak tidak adil. Ketika seorang putra tunggal meninggal karena kecelakaan lalulintas, misalnya, orangtuanya marah kepada Allah. Tetapi, apakah benar Allah menyebabkan kematian anak itu? Bukankah kematian itu mungkin disebabkan oleh seorang pengendara mabuk yang menabrak anaknya? Allah memang tidak bisa dinilai dengan ukuran-ukuran manusia. Allah adalah Kasih dan kepada Dia kita hendaknya menyerahkan diri.

Tuhan, bantulah aku untuk tetap percaya kepada-Mu baik dalam suka maupun dalam duka. Amin.