Rabu, Desember 18, 2024
27.4 C
Jakarta

Kisah Sengsara Yesus oleh PMKRI gugah umat peka terhadap kondisi sosial

RILIS TABLO 4

Di sebuah taman, seseorang yang dikhianati ditangkap dan dibawa ke pengadilan. Di sana tidak ada yang membela dia, karena muridnya pun menyangkal dia. Maka, cambuk dan mahkota duri menjadi tanda kerasnya siksaan yang dialami pria itu seraya memanggul salib sambil jatuh, jatuh, dan jatuh lagi. Dia diseret, dipukul dan dihujani kata-kata kasar, lalu dipaku di kayu salib dan mati disalib.

Penderitaan itu sudah sejak awal disadari oleh Asprella Saka Justeven Leonard Pinem. “Awalnya sangat berat, karena pasti akan menjadi beban bagi saya. Tetapi setelah mendapat dorongan dan saran dari saudara, hatiku mau memerankan Yesus dalam drama Jalan Salib itu,” kata anggota muda Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Pekanbaru ‘Sanctus Albertus Magnus’.

PMKRI Cabang Pekanbaru telah memainkan drama Jalan Salib itu di Kompleks Gereja Paroki Santa Maria a Fatima, Pekanbaru, di pagi hari Jumat Agung, 3 April 2015. Ratusan umat Katolik hadir menyaksikan Kisah Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus itu.

Menurut Ketua Presidium PMKRI Cabang Pekanbaru, Fibrisio H Marbun, kisah sengsara itu dipentaskan agar hati umat Katolik digugah untuk lebih peka terhadap kondisi-kondisi sosial kekinian serta “menjadikannya itu sebagai refleksi pribadi untuk lebih menanamkan nilai-nilai kekatolikan dalam diri serta kepedulian terhadap sesama manusia.”

Fibrisio merasa, harapan dan tujuan lewat kisah itu akan menjadi kenyataan karena siksaan sepanjang perjalanan yang dialami Yesus yang diperankan oleh Asprella itu sungguh menyentuh, sehingga  sebagian umat meneteskan air mata.

Padahal, menurut pengakuan Asprella, dia kerap kali hendak mengundurkan diri karena latihan itu menyita waktu dan lumayan berat hingga tak jarang menyisakan lecet dalam tubuh. Namun mantan seminaris ini mengurungkan niat itu karena “apa yang saya alami dan rasakan belum sebanding dengan pengorbanan Yesus dalam menebus dosa manusia,” katanya.

Sebelum pementasan dimulai, anggota PMKRI itu masih merasa gugup tetapi, “saya berdoa dan merasa Yesus hadir dalam diriku, hingga saya mampu memerankan Yesus dengan penuh penghayatan.”

Asprella pun mengaku bahwa dengan memerankan Yesus dalam drama di lapangan terbuka itu dia mampu semakin memahami pengorbanan dan penderitaan Yesus serta “mendapatkan banyak pelajaran, dan doa saya terkabul.”

Prandika Ginting yang berperan sebagai Pilatus juga mampu merasakan bagaimana kebimbangan hati Pilatus dalam membuat keputusan bagi Yesus saat itu. “Semoga kesan menyelamatkan diri sendiri melalui cuci tangan yang saya peragakan tidak ditiru oleh umat Katolik, karena itu mencerminkan keegoisan dalam diri,” katanya.

Melalui peran itu, Prandika mengaku semakin paham tentang kisah sengsara Yesus dan peristiwa-peristiwa penting dalam tradisi Gereja.

Umat Paroki yang menyaksikan drama itu terharu menyaksikan kisah sengsara Yesus yang memang sudah beberapa kali diperagakan di paroki itu. Menurut pengakuan Florentina Martha Sinaga, dia sudah beberapa kali menyaksikan drama seperti itu, “tapi ini menjadi baru, karena baru pertama kali saya menyaksikannya di paroki ini.”

Kisah sengsara yang dimainkan para kader PMKRI itu sangat berkesan bagi Florentina, karena makna sengsara Yesus tersampaikan dengan baik kepada umat. “Melalui kisah sengsara ini, saya diingatkan kembali akan pengorbanan Yesus demi menebus dosa manusia,” kata Florentina seraya mengajak umat lebih mendekatkan diri kepada Yesus melalui kasih terhadap sesama.

Yos Laurensius Sembiring juga terharu dengan kisah itu. “Peristiwa jalan salib kali ini bagus dan membuat saya terharu, serta semakin memberikan pemahaman akan arti pengorbanan Yesus dalam memanggul salib-Nya,” kata Yos yang mengajak sesama umat untuk memahami dan mampu memanggul salib sendiri yang dicerminkan melalui perbuatan dalam hidup sehari-hari.

Kisah Sengsara Yesus Kristus itu diakhiri dengan doa dan berkat oleh Pastor Moderator PMKRI Cabang Pekanbaru “Sanctus Albertus Magnus”, Pastor Benedictus Manullang Pr.(PMKRI Cabang Pekanbaru)

rilis tablo 2

Komentar

  1. Apakah ini benar tablo yang PERTAMA KALI diperagakan di PAROKI SANTA MARIA A FATIMA PEKANBARU??? Ataukah UMAT yang memberikan KOMENTAR di atas yang baru pertama kali datang ke Gereja??? 🙂
    Salam Damai.. 🙂

  2. Ini yang buat artikel orang baru di Paroki St.Maria A Fatima Pekanbaru atau bagaimana ya? Ada satu kesalahan besar di artikel Anda. Saya luruskan artikel Anda. Tablo Jalan Salib ini sudah 6 tahun berturut-turut diadakan di lingkungan Paroki. Mulai dari tahun 2010 sampai 2015 dan dilaksanakan di tempat yang sama, yaitu di halaman Paroki St.Maria A Fatima Pekanbaru. Tahun 2010-2013 Tablo dibawakan oleh OMK St.Maria Pekanbaru. Dan di 2 tahun terakhir Tablo dibawakan oleh PMKRI. Sudah 6 tahun berturut-turut lho. Jadi, bukan baru pertama kali ya…
    Cukup aneh juga kalau Anda tidak mengetahui hal ini. Lebih mengherankan lagi kalau sebenarnya Anda tahu tapi justru luput dari pengamatan Anda sebagai seorang penulis.

    • Terimakasih atas Ralat yang telah direspon cepat oleh Penulis. Semoga kedepan penulis semakin Bijak & Akurat dalam penyampaian Berita / Informasi ke media sosial,dll karena dikhawatirkan nantinya ada salah persepsi dari pembaca yang mengunjungi website ini.
      Tetap berkarya utk teman2 PMKRI.

      Salam Kasih
      “Satu Untuk Semua, Semua Untuk Tuhan”

      Regards,
      Mike

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini