Home NUSANTARA Saat Jumat Agung, umat Katolik Kampung Sikka merunduk di bawah salib

Saat Jumat Agung, umat Katolik Kampung Sikka merunduk di bawah salib

0

logu senhor.JPG 2 (1)

Jumat Agung sebentar lagi akan dirayakan. Seperti tahun-tahun silam, Kampung Sikka di Lela, Kabupaten Sikka, Flores, akan menggeliat karena di sana, di sebuah gereja berusia 116 tahun bernama Santo Ignasius Loyola akan dilaksanakan Prosesi Jalan Salib ”Logu Senhor.”

Dalam Logu Senhor, yang dalam Bahasa Indonesia berarti berjalan ”Merunduk di bawah Salib Tuhan,” ribuan orang akan melakukan prosesi jalan salib dengan berjalan merunduk di bawah Salib Yesus yang diusung empat orang. Prosesi dilakukan di lima perhentian yang dilakonkan yakni: Yesus Berdoa di Taman Getsemani, Yesus di hadapan Pilatus, Yesus ditolong Simon dari Kirene, Yesus Menasihati Wanita-Wanita yang Menangis, dan Yesus Wafat di Salib.

Menurut beberapa kesaksian, peserta prosesi mengalami pelbagai ”mujizat” Paskah, antara lain seperti sembuh dari pelbagai penyakit dan yang tidak punya keturunan dianugerahi anak. Selesai mengikuti Logu Senhor 2010 di Gereja Santo Ignasius Loyola Sikka, umat paroki itu Siprianus Hilarius bersaksi bahwa prosesi itu memberi dia keturunan. Hal yang sama dialami Feriana dari Paroki Thomas Morus Maumere. Selain keturunan, prosesi itu menyembuhkan suaminya dari kelumpuhan.

Prosesi Logu Senhor di Paroki Santo Ignatius Loyola Sikka merupakan warisan Portugis dan mulai berakar di Sikka sejak tahun 1607. Menurut dua tokoh agama dan pemerhati sejarah Sikka yakni Goris Tamela dan Orestis Parera, prosesi itu diawali tahun 1600 dengan upaya raja Sikka, Don Alesu Ximenes da Silva, yang hendak mencari tanah hidup kekal atau dalam Bahasa Sikka ”tana moret dading”.

Dalam upaya pencarian itu, Don Alesu berangkat ke Malaka, Malaysia, melalui Portugal. Di sana, Don Alesu bertemu raja Portugal dan seorang imam dari Ordo Dominikan (OP). Imam itu lalu menjelaskan kepada Don Alesu bahwa yang dimaksudkan dengan tanah hidup kekal adalah surga, yang bisa dicapai melalui ajaran agama Katolik.

Selama empat tahun berada di Malaka, Don Alesu belajar agama Katolik, pemerintahan, budaya dan bahasa Portugis. Saat kembali ke Sikka, raja itu diberikan beberapa hadiah di antaranya patung Senhor dan patung Menino atau kanak-kanak Yesus. “Para misionaris memberi petuah kepada Raja Don Alesu menyimpan dan menjaga Senhor dan Menino dengan baik dan menyembahnya sebagai sesuatu yang sakral. (Yuven Fernandez)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version