Sidang Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), 3-13 November 2014, menetapkan bahwa Keuskupan Manado akan menjadi tuan rumah Indonesian Youth Day atau Hari Kaum Muda se-Indonesia 2016, saat ribuan Orang Muda Katolik (OMK) se-Indonesia yang akan datang, bukan sekedar melakukan wisata kuliner atau wisata pantai, tetapi untuk perjumpaan iman seraya saling belajar dan berbagi dalam penghayatan iman Katolik
Kegiatan CARE Youth Congress (CYC) II 2014 atau pertemuan sesama remaja Katolik Kevikepan Manado, yang berlangsung tanggal 14-16 November 2014 menjadi sebuah persiapan rohani yang bagus bagi para OMK di Keuskupan Manado, kata Ketua Komisi Kateketik (Komkat) Keuskupan Manado Pastor Thomas Terry Ponomban Pr.
Maka, pada Misa Penutupan, Sekretaris Keuskupan Manado Pastor John Montolalu Pr , mengajak para rasul muda itu untuk terus bergiat menyebarkan iman dan semangat mereka, dan mengajak Komkat Keuskupan Manado dan Sekami atau KKI Keuskupan Manado untuk menyebarkan program itu kepada anak-anak remaja di kevikepan-kevikepan lain.
Komkat Keuskupan Manado serta KKI Keuskupan Manado menerima tawaran itu, karena Vikaris Episkopal (Vikep) Manado Pastor Wens Maweikere Pr juga mengeluhkan adanya tanda-tanda ‘melemahnya pengenalan dan penghayatan dasar iman Katolik’ pada anak dan remaja.
Untuk mengetahui apa saja yang dilaksanakan dalam CYC, PEN@ Katolik mewawancarai Pastor Terry Ponomban Pr yang baru saja menyelesaikan CYC II 2014 di Pusat Kateketik Keuskupan Manado, Lotta, Pineleng.
PEN@ Katolik: Apa itu CYC dan siapa yang memprakarsainya?
PASTOR TERRY PONOMBAN PR: CYC Kevikepan Manado adalah congressus (dalam Bahasa Latin) atau pertemuan sesama remaja Katolik dari Kevikepan Manado yang mengupas tuntas empat pilar dasar iman Kristiani yakni Confession (C), Adoration (A), Rosary atau Mary (R), dan Eucharist (E). CARE adalah singkatan dari empat kata itu yang berarti pengakuan dosa, adorasi, rosario dan Maria, serta ekaristi.
Melalui CYC, remaja-remaja Katolik Kevikepan Manado membenahi diri dan pribadi mereka untuk menjadi remaja-remaja Katolik yang lebih memahami dan mengamalkan imannya, dengan lebih bangga dan siap menjadi rasul Confession, Adoration, Rosary/Mary dan Eucharist.
Siapa sebenarnya yang memprakarsai kegiatan itu?
CYC diprakarsai oleh Komkat Keuskupan Manado. Sebagai inspirator, komisi yang saya pimpin ini sekaligus menjadi narasumber. Namun dalam kegiatannya, komkat bekerja sama dengan Sekami Remaja Kevikepan Manado. Moderatornya saat ini adalah Pastor Louis Bayak Pr.
Bagaimana pelaksanaan CYC 2014 itu?
Dalam pembinaan kali ini, kesepuluh paroki di Kevikepan Manado mengirimkan masing-masing 12 remaja pilihan. Semua pastor paroki mendukung kegiatan ini dengan membantu pembiayaan akomodasi dan konsumsi para remaja itu selama tiga hari.
Sejak pembukaan, yang dilakukan oleh Direktris Diosesan KKI Keuskupan Manado Suster Jeanette Tumuyu JMJ, sudah terasa suasana ‘rasul’ atau ‘kader muda,’ karena setiap delegasi disambut dan dijemput oleh sekelompok remaja dengan Tarian Kabasaran atau tarian perang Suku Minahasa. Penyambutan dengan cara ini menggambarkan perlunya para ‘rasul CARE’ ini untuk maju dengan gagah dan bersemangat membara. Tarian Katrili, dengan lenggang-lenggok anggun sesuai irama, dalam acara penyambutan itu juga mengungkapkan bahwa para ‘Rasul CARE’ perlu memiliki semangat lemah-lembut dan santun dalam kepribadian mereka.
Apa sebenarnya yang mereka lakukan saat itu?
Dalam kegiatan itu, remaja-remaja pilihan dari 10 paroki di Kevikepan Manado bersama-sama membina dan membekali diri dengan pengenalan lebih mendalam terhadap pokok-pokok iman Kristiani yang sejak dini mereka ingin ketahui, cintai dan hidupi. Ketika dunia dan keluarga cemas akan moralitas remaja dewasa ini, CYC hanya mau menemani mereka untuk menata hidup dengan mencintai kesucian, kemurnian, dan kekudusan hidup dengan jalan menghindari dosa dan melawan dosa, melalui pengenalan dan pengalaman akan kerahiman Tuhan lewat Sakramen Rekonsiliasi.
Lewat drama tentang hidup Maria Goretti yang mengampuni Aleksandro dan meminta Aleksandro mengakui dosanya, nurani belia remaja mereka disentuh dengan semboyan “lebih baik mati seribu kali daripada berdosa satu kali.” Sesudah keterangan panjang lebar tentang indahnya pengampunan Tuhan dan hidup jauh dari dosa, para remaja merayakan Sakramen Pengampunan secara personal bersama para imam yang penuh kebapakan menerima, mendoakan dan meneguhkan mereka.
Tadi dikatakan bahwa mereka juga belajar tentang Ekaristi!
Ya, remaja-remaja ini memperdalam iman dan pengalamannya akan Sakramen Ekaristi sebagai puncak hidup mereka. Dalam Ekaristi mereka berjumpa dengan Tuhan lewat sabda-Nya, lewat tubuh dan darah-Nya, lewat imam yang mewakili Kristus, lewat persekutuan umat sesuai pesan Yesus bahwa di mana dua atau tiga orang berkumpul, Dia ada di tengah mereka. Mereka mengalami lebih konkret betapa di setiap Ekaristi mereka boleh bersyukur, boleh mengalami pengampunan Tuhan, mereka semakin dikuduskan, mereka dibekali santapan rohani sabda dan tubuh Tuhan, mereka mempersiapkan diri untuk perjamuan surgawi, dan bahwa mereka diutus membawa damai, diutus untuk melayani.
Mereka sadar bahwa Ekaristi membuat mereka ‘diambil, diberkati, dipecah-pecahkan dan dibagi-dibagikan’. Dengan kisah ‘ibu Ekaristi’ mereka diingatkan bahwa sebagaimana mereka setia mencari Tuhan dalam Ekaristi, begitu juga Tuhan akan setia mencari dan menemani mereka dalam saat-saat penting hidup mereka. Perayaan Ekaristi pun menjadi lebih bermakna, dicintai apalagi dengan prosesi Sakramen Mahakudus yang dikawal para Rasul Ekaristi ini.
Bagaimana dengan adorasi?
Adorasi, doa pribadi atau pun bersama di hadapan Sakramen Mahakudus, adalah ungkapan cinta dan iman kepada Kristus yang sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus. Anak-anak sadar akan betapa banyak mujizat terjadi lewat doa adorasi. Betapa mereka dengan bebas dapat mengungkapkan iman, cinta, harapan akan Tuhan secara personal, intim dan kapan saja. Kesempatan beradorasi, mengalami kerahiman Tuhan lewat mercy night membuat mereka mendapatkan pengalaman akan saat-saat doa yang mendalam dan menyentuh.
Rosario pasti menjadi kenangan istimewa bagi mereka!
Ya, pengenalan akan Maria yang lebih lengkap menjadikan mereka yakin akan devosi ini dan dapat mempertanggungjawabkan imannya. Semangat-semangat dasar Maria, seperti ecce, fiat, magnificat dipahami dengan baik sekaligus siap diterapkan dalam hidup remaja mereka. Berdoa Rosario dengan peragaan, berdoa Rosario secara pribadi atau sendirian dan prosesi Maria dengan Maria-Maria hidup dari setiap paroki, membuat mereka lebih mencintai dan dekat pada Maria. Apalagi, ketika bersama umat Katolik Lotta, mereka melepaskan Rosario raksasa yang terbuat dari balon gas, yang naik ke langit biru, yang membawa doa dan harapan mereka ke pangkuan Maria, Ratu Surga.
Selain pengajaran-pengajaran pokok itu, apa lagi yang mereka peroleh?
Para peserta juga mendapatkan pengalaman berharga lewat meditasi dan praktek doa hening dan doa Yesus. Mereka juga berkesempatan bertanya jawab secara bebas dan bahkan saling bertanya dan menjawab seputar empat topik utama tadi. Kegiatan outbound yang mengasah semangat pantang menyerah mereka, sebagai rasul-rasul muda yang harus mengatasi tantangan dan kesulitan dengan jiwa besar, sungguh menyadarkan mereka akan perlunya semangat juang, harapan dan kebersamaan. Sukacita besar memenuhi hati dan jiwa mereka. Sungguh, mereka lebih mengalami moto dan seruan mereka “Yesus di hatiku, Katolik di hidupku!”
Apa langkah berikut yang akan mereka lakukan?
Langkah pertama yang akan dilakukan setiap peserta CYC adalah memberikan sebuah Rosario kepada salah seorang temannya yang belum terlalu mengenal doa Rosario dan Maria. Mereka bertugas juga memperkenalkan Maria dan doa Rosario. Setiap paroki memiliki programnya sendiri untuk dibawa pulang ke paroki masing-masing. Ada yang ingin membentuk kelompok Legio Maria Yunior, ada yang akan menjalankan ibadat remaja mingguan atau bulanan, ada yang mau melaksanakan adorasi setiap Jumat pertama, ada yang ingin merayakan Sakramen Pengampunan sebulan sekali, ada yang mau bertemu dalam adorasi di kapel adorasi, ada yang berencana memperkenalkan Care kepada remaja-remaja separoki, dan ada yang rindu mendampingi adik-adik Sekami dalam pembinaan iman dan ibadah-ibadah.***