Ketika Orang Muda Katolik (OMK) se-Asia bersiap bertemu di Daejeon, Korea Selatan, untuk Hari Kaum Muda Asia (Asian Youth Day, AYD) bulan Agustus lalu, sekitar 300 orang muda Korea dan negara-negara lain mengadakan retret guna menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Untuk acara itu, mereka mengundang dan memberikan sponsor bagi OMK berbagai negara untuk datang ke Korea.
Empat orang muda dari Paroki Redemptor Mundi yang diundang ke Seoul oleh Agape Youth Group atau komunitas muda-mudi Katolik di Keuskupan Seoul yang berdevosi pada Sakramen Maha Kudus untuk mengikuti retret mereka adalah Wishaldi Limiadi, Andreas Priyanto, Michael Widodo dan Linus Batyefwal.
Menurut Wishaldi, salah satu agenda Paus Fransiskus di Korea adalah membeatifikasi 124 martir Korsel yang dibunuh saat Gereja Katolik masuk ke Negeri Ginseng itu. Beberapa hari sebelum beatifikasi itu, 16 Agustus 2014, mereka sudah datang ke Korea dan dijemput di Incheon International Airport oleh tiga orang perwakilan Agape Youth Group.
Untuk lebih mengenal Agape Youth Group, Herman Yos Kiwanuka dan Pastor Andrei Kurniawan OP berbincang-bincang dengan Wishaldi Limiadi yang juga Ketua OMK Paroki Redemptor Mundi Surabaya.
PEN@ Katolik: Dalam rangka apa Anda diundang ke Korea bulan Agustus lalu?
WISHALDI LIMIADI: Bulan Juli lalu, kami menerima undangan dari sebuah kelompok muda-mudi Katolik di Seoul yang bernama Agape Youth Group. Mereka mengajak kami untuk menghadiri retret yang mereka adakan bertepatan dengan kunjungan Paus Fransiskus ke Korea. Awalnya, kami mengira acara itu merupakan bagian dari AYD di Korea Selatan. Ternyata, retret bertema Grand Eucharistic Adoration Retreat itu merupakan kegiatan rutin komunitas Agape tersebut.
Ketika kami tanyakan, mengapa tidak bergabung dalam acara AYD saja, mereka menceritakan bahwa AYD diselenggarakan di Daejeon yang cukup jauh dari Seoul, sehingga menyulitkan bagi mereka yang bekerja untuk cuti panjang. Maka, mereka memilih berpartisipasi dalam AYD dengan cara lain, yaitu mengadakan retret vigili dan beradorasi.
Bagaimana bentuk retret itu?
Grand Eucharistic Adoration Retreat berbeda dengan konsep retret yang biasa digunakan di Indonesia. Rupanya, bagi umat Katolik di sana, pengertian retret benar-benar seperti makna dari kata retret itu, yaitu menarik diri dari rutinitas untuk menyendiri dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Hal ini terlihat dari jadwal retret. Retret dimulai hari Minggu malam pukul 22.00 dan berlangsung hingga pagi hari pukul 6.00. Setelah itu, mereka semua kembali beraktivitas seperti biasa, antara lain ke kantor dan sekolah. Hal yang sangat luar biasa! Pengorbanan yang sangat nyata. Mereka tidak tidur semalaman untuk berdoa dan beradorasi. Retret itu benar-benar terintegrasi dalam hidup mereka.
Siapa saja yang masuk dalam komunitas Agape Youth Group itu?
Komunitas itu terdiri dari kumpulan muda-mudi Katolik di Kota Seoul yang sebenarnya berasal dari berbagai paroki yang berbeda. Anggota aktif kelompok itu berjumlah antara 30 hingga 40 orang muda yang sudah bekerja atau berusia 25 hingga 30 tahun.
Devosi mereka adalah adorasi pada Sakramen Maha Kudus. Fokus pelayanan mereka adalah orang tua dan kaum imigran beragama Katolik. Selain retret setahun sekali, mereka juga rutin mengadakan persekutuan doa yang dihadiri sekitar 100-200 umat.
Bagaimana Anda melihat retret itu?
Retret vigili dan adorasi itu sesungguhnya bertujuan untuk menyadarkan kita bahwa Allah benar-benar ada di tengah kehidupan atau pekerjaan kita. Mungkin ini berbeda dengan konsep retret di Indonesia, dengan berkumpul dan menginap di rumah retret yang jauh dari keramaian kota selama tiga hari dua malam dengan memfokuskan tujuan-tujuan tertentu dalam berbagai sesi dan kegiatan.
Sebaliknya, retret vigili sangatlah standar dan sederhana. Retret yang saya ikuti dimulai dengan berdoa Rosario bersama, lalu dua sesi yang dibawakan imam tentang Allah adalah kasih. Selanjutnya, karena sudah pukul 02.00 pagi, kami menyegarkan tubuh dan menghilangkan rasa kantuk dengan masuk ke sesi pujian dan penyembahan hingga pukul 03.00. Setelah itu, kami mempersiapkan perayaan Ekaristi yang dilanjutkan dengan Adorasi Sakramen Maha Kudus sampai pukul 05.00 pagi.
Sangat sederhana bukan? Tidak ada hal yang wah, megah, ataupun istimewa. Tidak ada pesan atau makna tersembunyi yang membuat kita tersentuh dan histeris. Namun, yang luar biasa adalah hasrat untuk berjaga-jaga semalaman bersama Yesus dalam Sakramen Maha Kudus. Kecintaan mereka terhadap Allah dan Ekaristi sungguh dapat kami rasakan. Mereka hadir dan duduk dalam ruangan itu bukan untuk mendapatkan “hasil” atau pun intensi tertentu, melainkan sungguh-sungguh karena devosi dan perasaan cinta mereka kepada Yesus.
Apa yang paling berkesan selama retret?
Yang paling berkesan, selain tidak tidur semalaman untuk berdoa bukan untuk nonton bola, adalah melihat semangat muda-mudi yang menjadi panitia. Selama kunjungan, kami bertemu dengan hampir seluruh anggota Agape yang terlibat langsung dalam persiapan retret. Ada yang cuti, bahkan ada yang bolos kerja. Totalitas.
Saat bersama-sama mereka menghadiri Misa Beatifikasi 124 martir Korea yang dipimpin Paus Fransiskus, mereka tidak lupa membawa seluruh stok flyer dan poster yang mereka miliki untuk mempromosikan retret itu. Seusai Misa yang dihadiri kurang lebih 1 juta umat, mereka bertekad mengajak sebanyak mungkin umat yang ada untuk datang ke retret mereka.
Kami pun terbakar dengan semangat mereka sehingga kami ikut membantu membagikan flyer pada orang-orang muda yang lewat. Untungnya kami sudah terlatih membagikan Veritas (lembaran pengumuman) di Paroki Redemptor Mundi seusai Misa.
Apa masalah OMK di sana?
Karena Agape Youth Group adalah komunitas independen, mereka sempat curhat tentang kurangnya dukungan paroki terutama dalam hal pendanaan. Mereka kesulitan mengadakan acara, karena dana yang dibutuhkan harus mereka kumpul sendiri.
Namun, karena tahu ada AYD dan kunjungan Paus Fransiskus ke Korea Selatan, mereka merasa perlu membuka komunitas mereka terhadap dunia luar. Maka, pada acara retret kali ini, untuk pertama kalinya mereka mengundang muda-mudi dari luar negeri untuk berkunjung ke Seoul dan berkenalan dengan komunitas itu. Campur aduk, antara senang dan sungkan, karena mereka mengeluarkan biaya cukup besar untuk mengundang kami.
Maka, kalau ditanya hasil kunjungan kami, maka yang terpenting dan terutama adalah persahabatan yang terjalin dengan teman-teman komunitas Agape. Keramahan mereka dalam menyambut dan menemani kami tiada duanya, sehingga besar harapan kami dapat membalas dan mengundang mereka untuk berkunjung ke Indonesia.
Apa saran dari Anda untuk OMK di Indonesia?
Berdasarkan pengamatan kami, Agape Youth Group adalah komunitas yang sangat religius, bukan karena paksaan, tetapi karena kesadaran akan iman mereka. Mereka tidak melakukan hal muluk-muluk. Dalam kesederhanaan, mereka berkumpul untuk berdoa dan beradorasi bersama. Faith in simplicity.
Kesederhanaan ini perlu ditiru. Tidak hanya fokus pada kegiatan-kegiatan heboh dan spektakuler, melainkan dimulai dengan hal-hal sederhana untuk menumbuhkan kesadaran akan kehadiran Allah di tengah-tengah hidup kita.***
Wishaldi Limiadi yang paling tinggi, paling kanan