Umat Katolik harus tampil sebagai raja, imam dan nabi dalam kehidupan setiap hari di tengah-tengah masyarakat, kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Katolik Kementrian Agama RI Eusabius Binsasi saat memberi sambutan dalam perayaan HUT ke-2 Paroki Santo Gregorius Kutabumi, Tangerang.
“Tiga hal ini (raja, imam dan nabi) harus melekat dalam diri setiap orang Katolik yang telah dibaptis,” kata Eusabius Binsasi di depan sekitar 3000 umat Katolik dari Paroki Kutabumi serta para undangan dari paroki tetangga. Kepala Pembimas Katolik Provinsi Banten Stanis Lewo Toby juga hadir.
Mengakui bahwa menjadi raja, imam dan nabi di zaman sekarang ini bukanlah persoalan mudah, namun jebolan Seminari Menengah Lalian dan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledarero, yang pernah bekerja sebagai guru agama Katolik itu tetap mengajak umat Katolik untuk menyadari tiga hal penting itu, yang karena pembaptisan melekat pada diri mereka.
“Raja, bagi umat Katolik berarti sosok yang selalu melayani, sedangkan nabi dan imam berarti ikut menjadi pewarta firman Allah dan melaksanakannya dalam kehidupan setiap hari,” kata Eusabius yang dilantik menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh Menteri Agama tanggal 10 April 2014.
Saat ini, menurut dirjen itu, menjalankan kehidupan sebagai umat Katolik membutuhkan keuletan dan pengorbanan. Oleh karena itu “dalam rangka Tahun Pelayanan (2014), umat Katolik harus senantiasa ikhlas melayani, membantu siapa saja yang sedang berada dalam kesusahan,” kata pria kelahiran Kuatnana, Timor Tengah Utara, NTT, tanggal 14 Juni 1959, suami dari Susana Suryani Sarumaha, dan ayah dari enam anak itu.
Dalam homili Misa HUT Paroki Kutabumi, tanggal 7 September 2014, Kepala Paroki Kutabumi Pastor Andy Gunardi Pr meminta umatnya untuk mewujudkan kasih, mempertahankan persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari dan mengingatkan kepada seluruh pengurus lingkungan, wilayah dan paroki untuk menghindari sikap “menang sendiri’ dan tidak mendengarkan pikiran orang lain.
Perayaan hari ulang tahun itu, lanjut Pastor Andy, juga menjadi ajang refleksi tugas pelayanan di dalam keluarga, lingkungan, wilayah bahkan paroki dan masyarakat, serta dewan paroki dan umat secara keseluruhan.
Pertandingan futsal dan sepak bola mewarnai pesta HUT paroki itu. (Konradus R Mangu)