Sebelas tahun silam, seorang ibu mendekati Mgr Alexander Djajasiswaja setelah Misa requiem suaminya dan berkata, “Bapa uskup, tolong doakan anak saya supaya jadi uskup seperti Bapa. Mgr Djajasiswaja terdiam sejenak dengan wajah kebingungan, lalu tersenyum dan menganguk.
Dengan rasa malu, anak yang ditahbiskan imam oleh Mgr Djajasiswaja, 26 Juni 1996, mendekati mamanya dan bertanya, “Mama bilang apa tadi sama Monsinyur?”Jawab ibunya, “Cuma minta kamu didoakan supaya bisa menjadi Monsinyur seperti beliau.”
Anak itu malu, karena ada yang salah dari permintaan mamanya. Tapi, dia tahu mamanya yang polos tidak bermaksud aneh-aneh. “Ma … Uskup itu jabatan seumur hidup. Jabatan itu bisa berganti kalau uskupnya meninggal atau mengundurkan diri. Nah, kalau mama meminta doa seperti itu, mama bisa dikira mendoakan Monsinyur cepat meninggal lho …” Mama kaget, “Oohh ….” Ia pun berjanji tidak akan mengulanginya.
Cerita itu disampaikan kembali oleh Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC yang ditahbiskan Uskup Bandung oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo sebagai penahbis utama dan Uskup Agung Semarang Mgr Johanes Pujasumarta serta Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM sebagai penahbis pertama dan kedua, di Sasana Budaya Ganesha ITB, Bandung, 25 Agustus 2014.
Ternyata, setelah Mgr JH Goumans OSC (1932-1952), Mgr PM Arntz OSC (1952-1984), Mgr Djajasiswaja (1984-2006), dan Mgr Pujasumarta (2008-12 November 2010), sang anak dipilih oleh Paus Fransiskus untuk menggembalakan umat Keuskupan Bandung.
“Saya seorang hamba Gereja. Dengan rendah hati dan penuh iman saya berkomitmen, kapan pun Gereja membutuhkannya saya akan siap. Apa pun yang Sri Paus minta saya akan laksanakan.” Itulah jawaban Mgr Anton saat ditanya Duta Vatikan Mgr Antonio Guido Filipazzi tanggal 24 Mei 2014. Pengumuman Paus tentang pengangkatan Mgr Anton sebagai Uskup Bandung dilakukan 3 Juni 2014. http://penakatolik.com/2014/07/04/semangat-ekaristi-akan-jiwai-tugas-uskup-baru-di-tanah-parahyangan/
Tapi, mama dan papanya tidak hadir saat penahbisannya. Mereka sudah meninggal. Yang hadir 33 uskup dan uskup emeritus dari 37 keuskupan di Indonesia, Julius Kardinal Darmaatmadja dan Mgr Filipazzi, sekitar 200 pastor, keluarga Mgr Anton, sekitar 3000 umat, termasuk 100 anak dan 200 orang dewasa dalam paduan suara.
Di hadapan mereka Mgr Agus mengucapkan 10 janji. Terakhir Mgr Suharyo bertanya: “Bersediakah Saudara berdoa tak henti-hentinya kepada Tuhan yang Mahakuasa bagi umat Allah yang kudus, serta menunaikan tugas Imam Agung tanpa cela?” “Dengan bantuan Allah, saya bersedia,” jawabnya.
Mgr Suharyo meminta semua umat berdoa agar Tuhan melimpahkan rahmat-Nya kepada uskup terpilih yang merebahkan diri sepanjang lagu Litani Orang Kudus. Setelah semua uskup menumpangkan kedua tangan di kepala Mgr Anton, Kitab Injil terbuka diletakkan di atas kepalanya dan Mgr Suharyo mengucapkan Doa Tahbisan yang dilanjuti semua uskup konselebran.
Setelah pengurapan minyak krisma, penyerahan Kitab Injil, pengenaan cincin dan mitra serta penyerahan tongkat kepada Mgr Anton, Mgr Suharyo berkata, “Saudara-saudari terkasih, Keuskupan Bandung kini mempunyai uskup baru yang akan memimpin serta mempersatukan umat pada Kristus, memperhatikan keselamatan, serta hidup bersatu sehati sejiwa dalam suka dan duka dengan umat. Sebagai tanda syukur kepada Tuhan, kita semua dengan gembira menyambut Bapak Uskup Antonius Subianto Bunjamin OSC sebagai pemimpin Keuskupan Bandung.”
Serentak umat bertepuk tangan. Dua uskup penahbis mengantar uskup baru ke tahtanya, dan semua uskup konselebran datang memberi salam.
Bagi umat Keuskupan Bandung, kata George Wangsanegara, ketua panitia dengan 343 anggota, malam itu penuh rahmat sebab setelah lama menunggu, kini segala harapan yang dirajut dalam rangkaian doa mendapatkan jawaban, Habemus Episcopum Antonius Subianto Bunjamin OSC.
Umat bergembira, tapi OSC iri dan sedih. Master General OSC Mgr Glen Lewandowski OSC mengatakan: “Ordo Salib Suci merelakan dia menjadi Uskup Bandung. Kami merelakan dia dengan bangga bercampur gembira bagimu dan sedih bagi ordo kami.” Namun Mgr Glen yakin, Uskup Anton tetap rohaniwan, tetap saudara Salib Suci, “tetap mengikuti panggilan Allah, tetap tergiur akan cinta kasih Allah yang begitu besar.”
Dalam sambutan yang mendorong kaum muda diperkuat dalam hidup beriman sehingga berpartisipasi lebih aktif dalam perkara-perkara agung Kristus yang selalu muda dan segar, Mgr Glen menegaskan, “saya iri hati dengan kado Paus Fransiskus bagi kalian.”
Pernyataan itu didasari oleh kualitas hidup panggilan Uskup Anton yang tahun ini merayakan pesta perak hidup baktinya. “Selaku prior provinsial, dia juga promotor karisma dan inspirator bagi sesama Krosier. Dia pernah anggota dewan jenderal, anggota komisi keuangan, nara sumber lokakarya internasional, dosen filsafat Unpar, dan terutama insan penuh rahmat.”
Keutamaannya yang khas sebagai Krosier, menurut Mgr Glen, adalah kesanggupan menjadi saudara. “Saya mau tekankan betapa mudah dia bergaul, betapa fasih dia masuk ke dunia orang lain, betapa pandai dia memikat hati semua, karena merangkul kegembiraan, harapan dan kegelisahan orang.”
Mendengar itu, Mgr Suharyo percaya uskup baru itu sudah mengembangkan dinamika misioner Gereja. “Semoga dinamika ini tidak hanya dialami Keuskupan Bandung, tetapi para uskup yang tergabung dalam KWI,” kata Mgr Suharyo seraya menambahkan uskup baru akan ditempatkan di bagian keuangan KWI.
Mgr Filipazzi berterima kasih kepada OSC atas sumbangan besar bagi kelahiran dan perkembangan Keuskupan Bandung. Kepada sesama uskup dan umat, Duta Vatikan berharap persoalan muda usia tidak dipermasalahkan. “Tetaplah bersatu dengan uskup. Saya harap Uskup Anton menjadi pusat promotor kesatuan di antara klerus dan umat.”
Ternyata matahari terbit tidak saja di pagi hari, kata Mgr Pujasumarta dalam homili. “Pada petang hari pun kita bisa melihat matahari terbit di sana, (menunjuk) Mgr Anton, jadi matahari kita.” Mgr Pujasumarta lalu menyanyikan “You Are My Sunshine,” seraya berharap dengan terbitnya matahari di petang hari itu “kita melihat saudara-saudari kita, sebagai anak-anak Allah, mampu membangun persaudaraan sejati.”
Mgr Pujasumarta meyakini, matahari terbit “ketika hatimu penuh kasih dan matamu menjadi mampu melihat bahwa orang-orang di seputarmu adalah saudara-saudarimu. Kasih adalah daya kekuatan yang membuat kita mampu melihat segala-galanya secara berbeda.”
Menurut Mgr Pujasumarta, Uskup Anton menangkap hal itu dengan mengangkat visi pastoral tentang perintah baru supaya saling mengasihi. “Kasih adalah daya kekuatan yang membuat kita mampu melihat langit yang baru dan bumi yang baru.”
Martabat uskup adalah anugerah istimewa yang pantas disyukuri, tetapi sekaligus salib yang indah, kata Uskup Anton.“Panggilan ini merupakan rahmat untuk semakin dekat dengan Tuhan, semakin melayani Gereja-Nya. Menyadari kelemahan dan kerapuhan diri, saya memohon doa dan dukungan agar bersama saudara dan saudari sanggup melaksanakan perintah Tuhan ‘ut diligatis invicem,’ kasihilah seorang akan yang lain.” (paul c pati)